Perebutan Tahta Keraton Solo

Soal Kisruh Suksesi Keraton Solo, Pegiat Sejarah Ingatkan Soal Etika dan Adab

Pengamat mengingatkan soal kisruh suksesi Keraton Solo. Dia menyebut harus mengedepankan adab dan etika.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
KERATON SOLO - Suasana Keraton Solo pasca meninggalnya Sinuhun Pakubuwono XIII, Minggu (2/11/2025). Kini terjadi kisruh Suksesi. 

Ringkasan Berita:
  • Pegiat sejarah R. Surojo menilai suksesi pengganti Pakubuwono XIII seharusnya dimusyawarahkan, bukan melalui klaim sepihak di hadapan jenazah raja.
  • Ia menjelaskan Maha Menteri Tedjowulan, berdasarkan SK Mendagri, menginisiasi Musyawarah Agung yang akhirnya menunjuk Gusti Pangeran Haryono Hangabehi sebagai PB XIV.
  • Surojo menegaskan keputusan musyawarah harus diterima semua pihak demi menjaga marwah dan persatuan keraton.

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pegiat sejarah, R. Surojo, angkat bicara terkait kemelut yang terjadi di internal Keraton Solo pascamangkatnya Sinuhun Pakubuwono (PB) XIII.

Menurutnya, persoalan suksesi pengganti PB XIII semestinya diselesaikan dengan penuh kearifan melalui musyawarah besar keluarga keraton, bukan dengan klaim sepihak.

“Sebenarnya, pada saat PB XIII mangkat, saya sudah menyampaikan bahwa seyogianya suksesi itu dimusyawarahkan, mengingat Sinuhun baru saja sedo (meninggal,red),” ujar R. Surojo, Kamis (13/11/2025).

Ia menilai langkah pihak tertentu yang langsung mengklaim sebagai raja baru di hadapan jenazah PB XIII sangat tidak etis.

“Etika dan adab itu harus diperhatikan. Setidaknya 40 hari dulu baru dimusyawarahkan. Jangan sampai ada salah satu pihak yang mengklaim dulu,” ujarnya.

Namun, kenyataannya, lanjut Surojo, putra mahkota mengaklamasikan diri sebagai Pakubuwono XIV di depan jenazah ayahandanya.

“Ini kan tidak etis. Jenazah belum dikebumikan kok sudah rebut warisan,” tegasnya.

SUKSESI KERATON SOLO - Suasana pemakaman Raja Keraton Solo, Sinuhun Pakubuwono XIII, Rabu (5/11/2025) kemarin. Meninggalnya Sinuhun Pakubuwono XIII menyisakan perselisihan di antara kerabat Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo. Pengamat Sejarah, Ki Rendra Agusta mengungkapkan setiap suksesi kerajaan mataram islam tidak ada yang baku.
SUKSESI KERATON SOLO - Suasana pemakaman Raja Keraton Solo, Sinuhun Pakubuwono XIII, Rabu (5/11/2025) kemarin. Meninggalnya Sinuhun Pakubuwono XIII menyisakan perselisihan di antara kerabat Keraton Kasunanan Surakarta atau Keraton Solo. Pengamat Sejarah, Ki Rendra Agusta mengungkapkan setiap suksesi kerajaan mataram islam tidak ada yang baku. (TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin)

Surojo menjelaskan, situasi ini kemudian mendapat tanggapan dari Maha Menteri Tedjowulan, yang berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Dalam Negeri ditunjuk sebagai pengelola Keraton Kasunanan Surakarta.

“Dari SK tersebut memang Tedjowulan yang ditunjuk sebagai pengelola keraton. Karena itu, beliau bereaksi karena langkah sepihak tersebut tidak sesuai dengan kaidah,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut, Tedjowulan menginisiasi Musyawarah Agung yang dihadiri seluruh keluarga dan kerabat keraton.

Dalam forum itu muncul kesepakatan bulat menunjuk Gusti Pangeran Haryono Hangabehi sebagai pengganti ayahandanya, PB XIII.

“Dalam Musyawarah Agung ini mengerucut nama Gusti Pangeran Haryono Hangabehi sebagai pengganti ayahandanya, Pakubuwono XIII,” kata Surojo.

Ia menilai, keputusan hasil Musyawarah Agung seharusnya bisa diterima semua pihak, termasuk kubu Purboyo, karena keraton bukan milik pribadi, melainkan milik dinasti.

“Mestinya pihak Purboyo menerima, karena keputusan ini berasal dari Musyawarah Agung. Tidak ada alasan untuk menolak, karena bagaimanapun juga keraton ini milik dinasti, bukan milik perorangan atau satu keluarga,” tegasnya.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved