Jumenengan Keraton Solo

Suksesi Keraton Solo Makin Panas, Adik PB XIII Benowo Tegaskan Putra Tertua Tidak Otomatis Jadi Raja

Benowo menyebut sejarah suksesi Keraton sejak dulu penuh dinamika, termasuk ketika PB X maupun PB XII—ayahnya—naik tahta meski bukan putra tertua.

TRIBUNSOLO.COM/Andreas Chris
ADIK PB XIII - KGPH Benowo hadiri dalam prosesi pengukuhan PB XIV Hamangkunagoro sebagai raja baru, Sabtu (15/11/2025). Benowo menegaskan penentuan raja Keraton Kasunanan Solo tidak selalu jatuh kepada anak laki-laki pertama. Menurutnya, sejarah suksesi Keraton sejak dulu penuh dinamika, termasuk ketika PB X maupun PB XII—ayahnya—naik tahta meski bukan putra tertua. 

Ringkasan Berita:
  • KGPH Benowo menegaskan bahwa raja Keraton Solo tidak harus anak laki-laki pertama, karena penunjukan penerus adalah hak penuh raja sebelumnya.
  • Ia mendukung pengikraran KGPAA Puruboyo sebagai PB XIV dan menegaskan legitimasi ditentukan lewat sumpah di atas Watu Gilang.
  • Benowo menantang pihak lain yang mengklaim tahta untuk berani bersumpah di tempat yang sama dan siap menanggung risikonya.

 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto 

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Adik mendiang PB XIII, KGPH Benowo, menegaskan bahwa penentuan raja Keraton Kasunanan Solo tidak selalu jatuh kepada anak laki-laki pertama.

Benowo menyebut sejarah suksesi Keraton sejak dulu penuh dinamika, termasuk ketika PB X maupun PB XII—ayahnya—naik tahta meski bukan putra tertua.

Ditemui usai prosesi Hajad Dalem Jumenengan Dalem Nata Binayangkare SISKS Pakubuwono XIV, Benowo juga mengisyaratkan dukungan kepada Putra Mahkota KGPAA Puruboyo, yang pada Sabtu (15/11/2025) mengikrarkan diri sebagai SISKS PB XIV.

SANG RAJA - Sosok raja Keraton Kasunanan Solo yang baru, SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Ia pertama kalinya menampakkan diri usai ditasbihkan sebagai penguasa Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025).
SANG RAJA - Sosok raja Keraton Kasunanan Solo yang baru, SISKS Pakubuwono (PB) XIV Hamengkunegoro. Ia pertama kalinya menampakkan diri usai ditasbihkan sebagai penguasa Keraton Solo, Sabtu (15/11/2025). (TribunSolo.com/ Andreas Chris)

"Di depan tadi saya sudah bilang, dari dulu pasti ada cocok dan tidak cocok. Pasti ada tandingan-tandingan, apalagi dia (Hangabehi) merasa lebih tua. Tapi lebih tua bukan berarti harus jadi raja. Contohnya bapak saya bukan yang tertua, anak bontot. Pakubuwono X juga, bukan yang tertua," ungkap Benowo.

Benowo menekankan bahwa penunjukan raja merupakan hak penuh raja sebelumnya dan tidak bisa diintervensi siapa pun.

"Jadi terserah bapaknya, yang dipilih itu aku (saja) tidak bisa membujuk. Kenapa yang dipilih itu, ya itu urusannya (raja sebelumnya) dengan Tuhan," tegasnya.

Baca juga: Mengejutkan! Kirab Bukan Ritual Wajib Jumenengan PB XIV di Solo, Bisa Tak Digelar Jika Kurang Dana

Ia menambahkan, legitimasi raja yang sah dapat dilihat dari keberanian bersumpah di atas Watu Gilang, batu peninggalan Majapahit yang secara turun-temurun menjadi tempat pengikraran raja Keraton Solo.

"Jadi begini, kemarin itu Sinuhun yang ini sudah mengirarkan diri menjadi pengganti Pakubuwono XIII. Di sini di watu Gilang, itu dibawa dari Majapahit. Jadi kalau mengucap sumpah harus di atas itu, ini bukan main-main, saya nggak berani. Dia menetapkan kembali, mengukuhkan kembali bahwa dia menggantikan ayahandanya sebagai Pakubuwono XIV di watu Gilang itu, bukan di tempat lain," kata Benowo.

Benowo bahkan menantang siapa pun yang mengklaim diri sebagai raja untuk berani bersumpah di tempat yang sama.

Baca juga: Makna Sesajen yang Disiapkan untuk Kereta Kencana yang Bawa Raja SISKS Pakubuwono XIV Hamengkunegoro

"Kalau berani di sini ya Monggo, berarti taruhannya itu tadi, sakit atau mati. Nyawa taruhannya, itu tidak main-main lihat saja kalau tidak percaya," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa seluruh raja Keraton Solo sejak zaman dahulu memang diikrarkan di atas Watu Gilang, sehingga prosesi itu tidak bisa dipindah ke tempat lain.

"Iya, watu Gilang itu. (Semua raja di sini) Iya. Di keraton pun ada tempatnya sendiri, tidak bisa di sasana sewaka, tidak bisa sasana handrawina, tidak bisa di dalem Ageng Probo Suyoso. Tidak bisa, resminya ini," jelasnya.

Sebelum menutup pernyataan, Benowo kembali menegaskan bahwa siapa pun yang nekat mengikrarkan diri tanpa legitimasi Watu Gilang harus siap menanggung akibatnya.

"Kalau nanti yang satunya berani di sini ya Monggo silahkan, kita tidak melarang. Saya sudah ngomong pada saudara-saudaranya silahkan kalau mau mengikrarkan diri di situ ya Monggo. Kalau ada apa-apa ya tanggung sendiri," pungkasnya.


 
 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved