Kisah Wanita Lulusan S2 dari Luar Negeri Rela Kehilangan Pekerjaan Bergaji Tinggi Demi Urus Anak
Rachel pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan dan fokus mengurus kehidupan rumah tangganya.
Penulis: Noorchasanah Anastasia Wulandari | Editor: Daryono
Ternyata pilihan-pilihan ini membuat saya jauh lebih bahagia walaupun dengan segala keterbatasan yang saya miliki.
Saya hanya minta dua dari Tuhan: sehat dan sabar.
Tidak ada lagi gaji fantastis apalagi jabatan sangar.
Tidak ada lagi anak buah yang membungkukkan badan sewaktu bertemu saya dan memberikan laporan-laporan.
Sehari-hari saya hanya pakai daster, mengurus anak-anak, dan membersihkan rumah.
Kata orang dunia, saya "hanya" seorang ibu rumah tangga.
Tapi mengejutkan, bahwa dibalik kesederhanaan dan kerepotan ini saya merasa "penuh", bahagia, dan cukup. Kata cukup disini adalah bukan masalah uang, walaupun hidup memang butuh uang. Tidak munafik. Tapi cukup disini artinya apa yang saya jalani tidak membuat saya kurang atau malu.
Bahkan saya tidak merasa rendah diri ketika mereka mengenal siapa suami saya dan sedangkan mengetahui bahwa istrinya hanyalah ibu-ibu berdaster di rumah yang suka pegang sapu.
Saya mengucap syukur dan bangga dengan "image" saya.
*****
Hidup memang selalu harus memilih. Seringnya ada hal-hal yang harus dikorbankan, entah itu diri sendiri maupun orang-orang yang kita kasihi.
Tapi tetap kita harus menjalani kehidupan ini dengan ikhlas dan penuh rasa syukur.
Baca: Aksi Demo di Depan Gerainya Disebut Bagian Promosi Bisnis Usahanya, Gibran Rakabuming: Jahat
Bila anda membaca tulisan ini dengan hati nurani, anda akan tahu bahwa disini sama sekali tidak ada esensi untuk menyinggung ibu yang bekerja. Tulisan ini adalah sharing tentang bagaimana saya mengambil sebuah keputusan hidup yang tidak glamor namun membuat saya bahagia.
Sejatinya saya percaya bahwa kebahagiaan sebuah rumah diawali dari seorang ibu yang melakukan semuanya dengan penuh rasa syukur, entah ia mencari nafkah di luar rumah atau menjadi ibu rumah tangga.
Emak Rahel Yosi Ritonga (emoji)
Kisahnya pun menjadi inspirasi dan motivasi bagi warganet. (*)