Berita Viral Solo
Sosok Kakek Penjual Bakso Keliling Solo Bersama Istri, Berjuang Melawan Keterbatasan Demi Keluarga
Kakek penjual bakso kuah asal Kenteng, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Slamet Parmin Hadiwiyono (78) memiliki perjalanan panjang.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Kakek penjual bakso kuah asal Kenteng, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Slamet Parmin Hadiwiyono (78) memiliki perjalanan panjang untuk melawan keterbatasan ekonomi keluarganya.
Parmin, sapaan akrabnya, sempat bekerja menjadi buruh pabrik batik Wongsodinomo sekitaran tahun 1970-an.
"Saya dulu jadi buruh pabrik batik Wongsodinomo, sekarang itu namanya Danar Hadi," tutur Parmin kepada TribunSolo.com di rumahnya di Kenteng Baru RT 02 RW 07, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo, Minggu (13/10/2019).
"Waktu itu belum terkenal seperti sekarang ini," imbuhnya membeberkan.
Parmin bertanggung jawab dalam proses pelunturan malam saat masih bekerja sebagai buruh pabrik batik.
Ia mengaku pekerjaan sebagai buruh pabrik dilakukannya selama tiga tahun karena ketidakjelasan waktu kerja.
"Kadang itu ada, kadang ndak, tidak menentu," terang Parmin.
Menurut Parmin, kondisi itu terjadi seusai pabrik Batik Keris berdiri dan itu memberikan dampak besar dalam dunia industri batik saat itu.
"Pabrik-pabrik batik yang berdiri berangsur-angsur turun," ucap Parmin.
• Kisah Romantis Kekek Nenek Penjual Bakso Keliling Solo, Kayuh Gerobak Belasan Km, Dapat Rp 50 Ribu
• Guru Apresiasi Kegigihan Bocah Penjual Es Lilin dan Nasi Kucing di Sekolah Bisa Asah Mentalnya
"Ya, sekitar tiga tahun jadi buruh," tambahnya.
Ketidakjelasan waktu kerja dan pabrik yang mulai 'kembang-kempis' membuat Parmin memutar otak.
Ia kemudian memilih sampingan belajar mengolah bakso pada seorang juragan, Hartono di daerah Kelurahan Jagalan, Solo.
"Saat itu bahkan saya mendapat makan dan diperbolehkan tidur di sana, dan saat itu saya masih bujang," terang Parmin.
"Saya itu baru bertemu dengan istri saya sekitar tahun 1973," tambahnya.
Parmin menuturkan, Hartono biasanya memborong dua hingga tiga kuintal daging untuk diolah menjadi bakso.
"Kemudian itu dicacah-cacah, terus dimasukkan ke bak, terus diaduk sama tangan, itu dulu sebelum ada gilingan," tutur Parmin.
Parmin mengungkapkan, Hartono pernah mengajaknya berjualan bakso di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.
"Terus dulu itu, juragan mau buka usaha bakso di Sumbawa, saya diajak tapi ndak mau, saya milih disini, buka sendiri," tutur Parmin.
Awalnya, lanjut Parmin, berjualan dengan cara dipikul berkeliling Solo mulai jam 14.00 WIB.
• Lewat Kegigihannya, Anak Tukang Becak Asal Pamekasan Ini Raih gelar Doktor Dengan Nilai IPK 4
• Kisah Miris Nenek Amih di Garut, Dulu Digugat Anaknya Rp 1,8 Miliar Kini Dia Digugat Menantu
"Itu sekitar tahun 1970-an, dan sempat berhenti jualan dan coba untuk menjadi tukang becak," tutur Parmin.
"Saat itu jualan bakso berat, capek jadi coba itu," tambahnya.
Jadi Tukang Becak
Parmin mengungkapkan, ia menjadi tukang becak dari tahun 1974 hingga 1993.
Ia biasa ngetem di komplek Pasar Klewer, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo.
"Biasanya mengambil barang jauh-jauh di terminal Tirtonadi, dan Pajang, bawanya kain itu," ucap Parmin.
"Paling jauh itu, Pajang, dan dapat bayaran sekitar Rp 3 ribu hingga Rp 5 ribu," ujar dia.
Setelah menua, Parmin perlahan tidak lagi digunakan para pelanggannya untuk mengambil kain.
• Curhat Hatinya Resah pada Anaknya, Setelah Itu Kakek di Wonogiri Justru Gantung Diri di Kandang Sapi
• Kisah Pilu Nenek Sebatangkara 40 Tahun Hidup di Kamar Sempit Surabaya, Hari Ini Meninggal Dunia
Parmin pun kembali memilih untuk berjualan bakso keliling dengan menggunakan gerobak bersama istrinya, Painem (60).
"Terus baru stabil jualan bakso tahun 1993, dan saat itu istri juga sudah membantu jualan keliling," tutur Parmin.
Warna becak itu tampak mulai memudar dan berkarat.
Parmin menuturkan, ia coba mengajari cucunya, Rifa'i (18) cara berjualan bakso keliling dengan menggunakan gerobak.
Rifa'i, lanjut Parmin, mulai berjualan bakso kuah sejak berusia 10 tahun.
"Ia berhenti berjualan umur 11 tahun, ndak mau lagi, katanya berat, ndak bisa," ucap Parmin.
Gerobak milik Rifa'i kemudian digunakan Parmin berjualan hingga sekarang.
"Gerobak saya sudah rusak, jadi pakai tempatnya cucu, ndak bisa membiayai perbaikan, jadi pakai tempatnya cucu," ucap Parmin. (*)