Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo Terbaru

Sukoharjo Jadi Sarang Jaringan Bom Bekasi, Sehari Densus Ciduk 3 Terduga Teroris Sekaligus

Densus 88 ternyata melakukan penggeledahan di tiga lokasi yang berbeda di Kabupaten Sukoharjo, Selasa (15/10/2019).

Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Aji Bramastra
TribunSolo.com/Agil Tri
Detasmen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap seorang terduga teroris di Dukuh Serongan RT 01 RW 02, Desa Mayang, Kecamatan Gatak, Sukoharjo, Selasa (15/10/2019). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Agil Tri

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Densus 88 ternyata melakukan penggeledahan di tiga lokasi yang berbeda di Kabupaten Sukoharjo, Selasa (15/10/2019).

Hal tersebut diungkapkan Kapolsek Gatak, AKP Yulianto usai pengggeledahan di sebuah rumah kost di di Dukuh Serongan RT 01 / RW 02, Mayang, Gatak, Sukoharjo, Selasa (15/10/2019).

"Ada tiga lokasi, Dua lokasi berada di Desa Mayang, Gatak dan satu lokasi di Desa Purbayan, Baki."

"Kami hanya backup pengamanan saja," katanya.

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, Densus 88 melakukan penggeledahan di Dukuh Serongan RT 01 / RW 02, dan Dukuh Ngemplak RT 01 / RW 01, Desa Mayang, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

Dan satu lokasi di Dukuh Tegalrejo, RT 02 / RW: 05, Desa Purbayan, Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo.

Selain itu, Densus juga mengamankan tiga orang terduga teroris berinisial AK (31), J (36), dan S (28).

Saat dikonfirmasi penangkapan dilakukan sejak kapan, Kapolsek Gatak enggan membeberkan hal tersebut.

Ketua RT 01 Sorongan, Sri Widodo dam Ketua RT 02 Tegalrejo, Eri Widodo juga tidak mengetahui kapan dan dimana penangkapan dilakukan.

Namun dari informasi yang berhasil didapatkan TribunSolo.com, ketiga terduga teroris yang diamankan terlibat dalam jaringan Bom Bekasi.

Solo Jadi Sasaran

Mabes Polri mengungkapkan kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) merencanakan aksi bom bunuh diri di kampung halaman Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Solo.

Selain itu, bom bonuh diri juga disiapkan di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, rencananya aksi itu dilakukan saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober mendatang.

"Pengantin bom bunuh diri sudah disiapkan untuk melaksanakan aksi teror pada tanggal 20 Oktober nanti di Solo dan DIY," ungkap Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Selasa (15/10/2019).

Dedi Prasetyo mengatakan, rencana itu disiapkan oleh kelompok JAD Yogya, namun aksi itu berhasil digagalkan aparat Densus 88 Antiteror.

"Informasi ini dari JAD yang sudah ditangkap di Yogya, dari hasil riksa (pemeriksaan) oleh tim Densus," jelasnya.

Mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menuturkan, kelompok teroris tersebut berencana menyasar tempat-tempat ibadah dan markas kepolisian di dua kota tersebut.

"JAD Yogya menyiapkan pelaku bom bunuh diri untuk melakukan aksi teror dengan sasaran Mako Polri dan tempat ibadah di Solo dan DIY," bebernya.

Penusuk Wiranto Merupakan Anggota JAD Bekasi, Berikut Perjalanan Kedua Pelaku di Jaringan Terorisme

Curhat Eks Napiter Bom Bunuh Diri di Mapolres Solo, Akui dapat Pencerahan di Bui dan Kembali ke NKRI

Sebelumnya, Mabes Polri menyebut kelompok teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD) lebih terstruktur di dunia maya melalui media sosial, ketimbang di lapangan.

Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, kondisi ini berbeda dari kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) yang justru lebih terstruktur di lapangan.

"JAD tidak terstruktur di lapangan, beda dengan JI yang terstruktur di lapangan."

"Mereka (JAD) terstrukturnya secara virtual," ujar Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2019).

Ia menjelaskan, kelompok JAD akan memberi kabar terlebih dahulu apabila hendak melakukan aksi amaliyah.

Kabar itu diberikan melalui media sosial, di mana Telegram menjadi salah satu media sosial yang dimanfaatkan oleh kelompok teroris.

"Intensitas komunikasinya di media sosial terstruktur dan sistematis."

"Kalau mau melakukan amaliyah, mereka akan sampaikan di Telegram maupun media sosial lainnya."

BREAKING NEWS : Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Gatak Sukoharjo

Sosok AK Sang Terduga Teroris di Gatak Sukoharjo, Tak Pernah Lapor ke Pak RT

"Misalnya 'Saya akan melakukan amaliyah pada hari ini.' Tapi dia tidak menyebutkan secara detail siapa yang menjadi sasaran, waktu dan tempat tidak disampaikan."

"Dia cukup men-declare akan melakukan amaliyah, mohon doanya, langsung dilakukan," beber Dedi Prasetyo.

Lebih lanjut, mantan Wakapolda Kalimantan Tengah itu menuturkan, aksi amaliah yang dilakukan oleh anggota kelompok tersebut, sesuai kemampuan yang dimiliki masing-masing.

"Bergerak melakukan amaliyah dengan kemampuan masing-masing, kalau kemampuan membuat bom ya contohnya suicide bomber," terangnya.

Sebelumnya, Syahril Alamsyah (31) alias Abu Rara dan istrinya, Fitri Adriana, berharap ditembak mati petugas saat menikam Menko Polhukam Wiranto, sehingga aksi mereka dianggap jihad.

Mereka, kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo, sudah mengetahui aksinya akan coba digagalkan petugas, sehingga sejoli itu siap mati atau ditangkap.

"Dari pemeriksaan, mereka sudah berkomitmen menyerang pejabat dan polisi."

"Harapan mereka ditembak, sehingga mereka komitmen melakukan perlawanan semaksimal mungkin dan sampai ditembak."

"Supaya matinya itu jihad, dan jihadnya berhasil," ungkap Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Sebelumnya, Dedi Prasetyo mengakui, pihaknya sudah mengintai Syahril Alamsyah (31) alias Abu Rara dan istrinya, tiga bulan belakangan.

Namun, pihaknya, kata Dedi Prasetyo, saat itu belum dapat membekuk penikam Menkopolhukam Wiranto tersebut, karena belum ada bukti permulaan kejahatan yang cukup.

"Jadi masih dimonitoring karena belum ada bukti permulaan kejahatan yang cukup."

"Seperti perencanaan amaliyah atau sudah melakukan amaliyah," kata Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Dedi Prasetyo menjelaskan, ada lima langkah pola kerja jaringan teroris yang biasa dilakukan.

Kagetnya Edo, Temannya Mabar dan Ngontrak Digerebek Densus 88, Diduga Terlibat Terorisme

Densus 88 Tangkap Pria Terduga Teroris di Cirebon, Sehari-hari Kerja jadi Tukang Es

"Pertama berjaga-jaga. Ini perencanaan awal juga, dengan membangun komunikasi intens menggunakan medsos."

"Juga komunikasi secara verbal atau langsung. Setelahnya di situ ada tokoh yang bisa rekrutmen kepada orang yang memiliki simpatik kepada perjuangan ISIS."

"Mereka yang merasa simpati dalam rangka mematangkan mental spriritual dari sisi visi," papar Dedi Prasetyo

Kedua, lanjutnya, tahap taklim khusus, kepada orang-orang yang sudah meliputi tahapan itu, khususnya di medsos. Setelah itu, ada penilaian dari yang merekrut.

"Lalu nanti ke tahap tiga, yakni mereka merencanakan Idad, pelatihan perang-perangan seperti yang dilakukan kelompok Abu Zee."

"Di mana melaksanakan Idad di Gunung Halimun secara terang-terangan," papar Dedi Prasetyo.

Lalu langkah keempat dan kelima, kata Dedi Prasetyo, merencanakan amaliyah dan melakukan amaliyah.

"Bisa dengan suicide bomber, atau bom lainnya, maupun dengan sajam dan lain-lain. Sasaran bisa kelompok atau tempat," tutur Dedi Prasetyo.

Baru ditahap keempat dan kelima ini, kata Dedi Prasetyo, dengan bukti permulaan yang ada, Densus 88 bisa melakukan penindakan atau preventive strike.

"Di tahap atau langkah ke-4 dan 5 inilah, Polri dengan bukti permulaan yang cukup baru bisa preventive strike."

"Sebelum ada langkah 4 dan 5, kita masih monitoring, karena bukti permulaan kejahatan belum ada bukti cukup."

"Ini yang kita lakukan pada Abu Rara dan masih kita monitoring setelah Abu Zee ditangkap," jelas Dedi Prasetyo.

Sebab, kata Dedi Prasetyo, Abu Rara masih dalam tahap kedua monitoring pihaknya.

"Bahkan ia tidak melakukan tahap ketiga, yakni Idad atau pelatihan," terang Dedi Prasetyo.

Terduga Teroris di Cengkareng Ditangkap, Dikenal Rajin Ibadah namun Tertutup dengan Tetangga

Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Jambi, Kenakan Pakaian Serba Hitam dan Gunakan Senjata

Menurut Dedi Prasetyo, Abu Rara stres dan tertekan saat mengetahui Abu Zee, Amir JAD bekasi dan kelompoknya, ditangkap Densus 88 dari Bekasi dan Jakarta Utara, bulan lalu.

"Abu Rara merasa stres dan tertekan setelah mendengar ketuanya dia dalam hubungan kelompok aktif, yakni Abu Zee, tertangkap."

"Ia berpikir kalau Abu Zee ditangkap, maka ia khawatir bisa ditangkap juga."

"Makanya dia komunikasi dengan istrinya untuk melakukan amaliyah dan tinggal menunggu waktu," ucap Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jumat (11/10/2019).

Akhirnya, amaliyah itu, kata Dedi Prasetyo, diputuskan dilakukan pada Kamis (10/10/2019) kemarin, saat mengetahui ada orang penting datang ke Menes, di mana Abu Rara dan istrinya tinggal.

"Sekali lagi dari pemeriksaan penyidik saat Abu Zee tertangkap, Abu Rara stres."

"Dia beranggapan akan ditangkap dan ditembak. Maka dia mencari momentum itu."

"Dia lari-lari ketika dapat info kapal (helikopter) mau mendarat dan masyarakat berkumpul."

"Sebab, menurutnya itu pasti ada pejabat publik pemerintah yang turun. Maka dia spontan untuk menyerang dengan senjata tajam," beber Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, Abu Rara dan Abu Zee, hanya sekali komunikasi lewat media sosial, sebelum Abu Rara pergi dan tinggal di Menes.

Sebelumnya, kata Dedi Prasetyo, Abu Rara dan istrinya, Fitri Adriana, juga dinikahkan oleh Abu Zee.

Keputusan amaliyah dengan menyerang Wiranto, kata Dedi Prasetyo, setelah Abu Rara mengetahui ada kedatangan orang penting ke Menes.

Menurut Dedi Prasetyo, dipastikan Abu Rara tidak mengetahui sosok sasarannya secara detail dan jelas.

Abu Rara bersama Fitri Andriana memutuskan melakukan penusukan tanpa rencana dan terjadi spontan.

"Jadi Abu Rara ini enggak tahu siapa sasarannya itu. Yang pasti setahu dia adalah orang penting pemerintahan, karena datang pakai helikopter."

"Dan itu menjadi salah satu sasaran pemahaman mereka, sehingga mereka melakukannya spontan," beber Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, jarak rumah Abu Rara dan istri dengan lokasi kejadian hanya 300 meter.

"Kemudian karena ada helikopter, yang istilahnya mereka adalah kapal, lalu mendarat."

"Abu Rara lalu ngomong ke istrinya 'itu sasaran kita'. Dia enggak tahu siapa itu. Ke istri lalu bagi tugas."

"Abu Rara bilang saya akan serang bapak yang turun dari heli. Kamu serang polisinya. Mereka putuskan melakukan itu," papar Dedi Prasetyo.

Karenanya, kata Dedi Prasetyo, Abu Rara dan istri membawa senjata tajam kunai dan mendekat ke alun-alun, di mana masyarakat berkumpul dan Wiranto akan menyapa warga di sana.

"Awalnya sempat diadang petugas, tapi keduanya memaksa. Sehingga, akhirnya bisa menyerang."

"Lalu pertama kena Pak Fuad, lalu kena Wiranto. Terus istrinya menyerang ke kapolsek hingga luka punggung," urai Dedi Prasetyo.

Sang istri, kata Dedi Prasetyo, kemudian kembali berupaya menyerang Kapolda Banten.

"Kemudian ditepis dengan tongkat komando. Melihat istinya ditangkap, Abu Rara coba berontak, dia masih pegang kunai."

"Akhirnya ajudan kena juga. Yang bersangkutan masih dalam pemeriksaan Densus 88 sampai kini, dan masih dikembangkan," ucap Dedi Prasetyo.

Menurut Dedi Prasetyo, Abu Rara dan istrinya terafiliasi ke JAD Bekasi pimpinan Abu Zee Ghurobah, tapi tidak eksplisit menjadi bagian struktur JAD

"Sehingga di kelompok Abu Zee ini, Abu Rara tidak secara eksplisit men-declare JAD Bekasi."

"Dia pertama bagian simpatisan. Dia juga sempat dinikahkan, kemudian pergi."

Cegah Paham Radikal di Masyarakat, Amir Mahmud Center dan Mabes Polri Gelas Dialog Anti Terorisme

Pengamat Teroris Amir Mahmud Center, Nilai Serangan Wiranto Sebagai Teror Jelang Pelantikan Jokowi

"Jadi kalau dia melakukan amaliyah diserahkan kepada masing-masing dan yang dilakukan Abu Rara, spontan," bebernya.

Abu Zee sendiri dan 8 anggota kelompoknya sudah dibekuk Tim Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Senin (23/9/2019) lalu.

Dari tangan mereka disita pula sejumlah bahan peledak dan bom rakitan.

Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono sebelumnya menyebutkan, Abu Zee Ghurobah merupakan pimpinan kelompok ini, atau merupakan Amir Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

Abu Zee Ghurobah alias Fazri Pahlawan dibekuk di rumah kontrakannya di Jalan Trias Kp Sasak Tiga Rt 02/04 Desa Tridaya Sakti, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (23/9/2019) subuh.

"Peran yang bersangkutan merupakan amir atau pimpinan JAD Bekasi dan mengoordinir Ikhwan untuk bergabung ke Bekasi."

"Lalu, mengajarkan beladiri setiap Hari Minggu sore di Perumahan Cluster Paris, Residence Bekasi," kata Argo Yuwono, Selasa (24/9/2019).

Selain itu, katanya, Abu Zee menikahkan dua terduga teroris lain yang dibekuk, yakni Asep Roni dan Sutiah.

"Ia juga menikahkan para terduga teroris lainnya seperti Syarial Alamsyah Abu Rara dan Fitri Adriana."

"Lalu Devi Rusli Warni dan Putri, kemudIan Parjo dan Ummu Farida. Semuanya dinikahkan di kontrakannya," tutur Argo Yuwono.

Peran Abu Zee lainnya, lanjut Argo Yuwono, ikut membaiat anggota lainnya di rumah Eka Hendra Utama, terduga teroris lain yang dibekuk sebelumnya.

"Juga melaksanakan Idad di Gunung Salak Bogor dan merencanakan aksi amaliyah dengan menyerang atau mengebom Pos Polisi," terangnya.

Dari penggeledahan di kontrakan Abu Zee, kata Argo Yuwono, diamankan satu bendera ISIS besar, satu busur panah, 1 KTP atas nama Khusnul Qhotimah, dan 1 STNK atas nama Agus.

Lalu, 1 buku tabungan Simpedes BRI, 1 buku tabungan BCA, 1 buah stempel, 1 buku radikalisme, 3 buah samsak tangan, 2 samsak tendang, 1 buah pisau lipat, 1 tongkat turlalin, dan 3 buah HP bekas

"Penggeledahan yang dilakukan disaksikan oleh Ketua RW setempat Sailan dan Ketua RT Muslim," ucap Argo Yuwono. (Wartakotalive.com/Vincentius Jyestha)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved