Keluarga WNI Terpapar ISIS di Solo
9 Fakta DI Diajak Suami Gabung ISIS: Dibawa Kabur saat Hamil Tua hingga Terlunta-lunta di Suriah
Seorang ibu di Solo, Warjinem (50), tampak sedih kala menceritakan kisah putri sulungnya, DI (30) yang diajak bergabung ke kelompok ISIS di Suriah.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Seorang ibu di Solo, Warjinem (50), tampak sedih kala menceritakan kisah putri sulungnya, DI (30) yang diajak bergabung ke kelompok teroris ISIS di Suriah.
Ajakan tersebut berasal dari suami putri sulungnya alias sang menantu.
Berikut TribunSolo.com rangkum fakta-fakta terkait keluarga WNI di Solo yang terpapar ISIS di Suriah:
1. Awal Perkenalan DI dengan Suaminya
Pertemuan DI dengan suaminya yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur itu berawal dari pengajian di sebuah pondok pesantren daerah Sukoharjo.
• Kisah DI yang Dibawa Kabur Suami ke Suriah Gabung ISIS, Menikah Diam-diam tanpa Diketahui Orangtua
“Setelah anak saya kemudian memilih mengaji di luar, waktu itu sore hari, mengajinya bersama-sama dengan laki-laki yang saat ini menjadi suaminya itu,” ucap Warjinem.
“Kami tidak tahun awal perkenalan anak saya dengan laki-laki itu, awalnya saya tidak tahu kalau dia berasal dari sana,” tambahnya.
2. DI Berubah Sikap sejak Mengenal Suaminya
Perkenalan dengan suaminya saat ini membuat perangai DI mulai berubah, tidak seperti DI yang dikenal keluarganya.
Keluarga mengenal DI sebagai sosok yang penurut, pintar, dan lucu.
Namun sosok itu perlahan “menghilang” dalam benak DI.
“Anak saya itu pribadi yang menyenangkan sekali dan lucu, setalah salah pilih pasangan, perubahannya itu cepat sekali, anak saya mulai menutup diri,” terang Warjinem.
3. Dinikahi Diam-diam
Hubungan DI dengan suaminya saat ini sempat membuat Warjinem dan Paidin dibuat terkaget-kaget.
Mereka menikah tanpa sepengatahuan Warjinem dan Paidin di Lamongan.
• Putrinya Dibawa Kabur Gabung ISIS di Suriah, Ibunda Ceritakan Awal Mula Pertemuan DI dengan Menantu
“Dulu sempat dikenalkan ke saya sama bapak, saya pikir itu perkenalan biasa namun bagi dia itu sebagai sebuah lamaran, selang beberapa hari anak saya dibawa pergi setelah itu saya minta pulang,” kata Paidin.
“Setibanya di rumah sini, mereka menyatakan sudah menikah pada tahun 2013, saya sebagai walinya kaget dan bertanya-tanya, walinya siapa, walinya kan seharusnya saya, tapi saya belum merasa menikahkan,” imbuhnya.
Paidin dan Warjinem kemudian meminta suaminya DI itu untuk kembali ke Lamongan untuk mempersiapkan sejumlah berkas yang diperlukan untuk keperluan pernikahan.
“Tanpa pikir panjang, saya minta dia untuk pulang dulu, mempersiapkan surat-surat yang diperlukan, selang waktu sebulan tak kunjung datang dan tiba-tiba datang membawa surat-surat yang sudah dikaruan bentuknya,” ucap Paidin.
“Akhirnya, ya saya nikahkan betul,” tambahnya.
4. Dibawa ke Suriah pada 2014
DI kemudian diajak kabur suaminya ke Suriah pada tahun 2014 tanpa sepengetahuan Warjinem dan Paidin.
Warjinem dan Paidin pun dibuat kebingungan.
• Trauma Ibu yang Anak Sulungnya Dibawa Bergabung dengan ISIS Suriah, Larang Anak Bungsu Berorganisasi
Mereka baru mengetahui putri sulungnya itu kabur ke Suriah dari adik Warjinem di Jakarta yang memiliki kedekatan dengan DI.
“Anak saya itu seringnya kontak dengan adiknya istri saya yang ada di Jakarta, anak saya itu dekat sekali dengannya, ia bahkan masih mengingat nomor buliknya itu sampai sekarang,” kata Paidin.
“Akhirnya kami dapat informasi dari buliknya,” imbuhnya.
5. Diajak ke Suriah saat Hamil Tua
Dari pengakuan Warjinem, DI dibawa suaminya ke Suriah saat ia sedang mengandung anak pertamanya.
Warjinem dan suaminya, Paidin (53) bahkan tidak tahu secara pasti waktu keberangkatan DI dan suaminya ke Suriah.
“Mungkin itu terjadi tahun 2014, pada waktu itu anak saya sedang hamil tua anak pertamanya,” tutur Warjinem kepada TribunSolo.com, Kamis (6/2/2020).
• Nasib DI, Wanita yang Dibawa Suaminya Gabung ISIS, Nelangsa dengan 2 Anaknya di Pengungsian Suriah
“Itu tanpa sepengetahuan keluarga,” imbuhnya membeberkan.
6. Lapor ke Polisi
Warjinem (50) dan Paidin (53) langsung bergegas lapor ke polisi seusai tahu putrinya dibawa ke Suriah.
"Setelah anak saya dibawa lari suaminya ke Suriah, saya langsung mengadu ke pihak kepolisian,” tutur Warjinem.
Sejumlah bukti sudah didapatkan Warjinem dan Paidin, di antaranya foto dan alamat suami DI.
Bukti itu didapakatkan dari tempat mondok suami DI, tepatnya di sebuah pondok pesantren daerah Sukoharjo.
“Dapat alamat dari sana, suaminya itu berasal dari Lamongan, begitu juga dengan foto suaminya juga dapat dari sana,” ujar Warjinem.
• Ibu Simpatisan ISIS Sempat Lapor & Mengiba Polisi Usai Anaknya Dibawa ke Suriah, Ini yang Didapatkan
Warjinem dan Paidin dibuat gigit jari setelah melapor ke pihak kepolisian.
Respons yang didapatkan tidak begitu meredamkan hatinya agar anaknya kembali ke pangkuannya.
"Respons dari pihak kepolisian kurang menggembirakan, kami hanya memohon bantuan mereka,” kata Warjinem.
“Saya ini warga negara yang baik mohon dibantu, kami ini korban mohon dibantu pemulangan anak saya, anak saya ingin cepat pulang ke Indonesia,” imbuhnya membeberkan.
7. Putri dan 2 Cucunya Nelangsa di Suriah
Warjinem dan Paidin rela makan seadanya agar bisa menabung untuk anaknya dan dua cucunya yang saat ini bertahan hidup di pengungsian di Suriah.
Ia berlaku prihatin bertahun-tahun ini karena kondisi putri sulung mereka.
Warjinem dan Paidin hanya makan nasi ditaburi kecap yang dipadukan dengan sambal semata.
Tak ada lauk pauk istimewa, seperti orang biasanya ketika menyantap makanan sehari-hari.
• Ratapan Warjinem, Ibu Simpatisan ISIS pada Jokowi : Pulangkan Anakku Pak, Kita Sama-sama Orang Solo
Adapun saat ini DI diduga tinggal di sebuah penampungan pengungsi eks ISIS di daerah Provinsi Hasakah, Suriah bersama kedua anaknya.
Warjinem mengatakan DI dan dua anaknya kesulitan makan karena kebutuhan bahan pokok yang dijual di penampungan mahal.
Adapun saat ini DI diduga tinggal di sebuah penampungan pengungsi eks ISIS di daerah Provinsi Hasakah, Suriah bersama kedua anaknya.
Warjinem mengatakan DI dan dua anaknya kesulitan makan karena kebutuhan bahan pokok yang dijual di penampungan mahal.
Warjinem dan Paidin saat ini bekerja sebagai penjual susu keliling dan tukang pijat.
Hasil keringat mereka kemudian ditabung untuk membantu DI dan kedua anaknya bertahan hidup di Suriah.
8. Mengiba ke Presiden Jokowi
Warjinem menuturkan DI sebenarnya ingin pulang ke Indonesia dan bertemu dengan keluarganya.
Ibu 2 anak perempuan itu pun kebingungan ingin meminta pertolongan kepada siapa, supaya putri sulungnya itu bisa kembali ke pelukannya.
“Kami juga bingung, saya ini warga negara yang baik semua perintah saya ikuti, saya mohon dibantu, kami ini korban mohon dibantu pemulangan anak saya, anaku cepat segera pulang ke Indonesia,” tutur dia.
“Anak saya sebenarnya sudah ingin pulang ke Indonesia, ke tanah kelahirannya,” katanya.
Warjinem pun mengiba ke Presiden Indonesia, Jokowi, yang disebutnya sama-sama wong Solo.
"Kami memohon kami orang Solo se-daerah,"
"Saya ingin memohon, Pak (Jokowi) tolong Pak, saya orang Solo warganya (agar) dibantu. Anak saya diambil, dia perempuan tidak tahu apa-apa,"
"Pak mohon, Pak Jokowi, pulangkan anakku, Ya Allah aku orang Solo, mohon dibantu mohon dibantu pulangkan anak saya ke Indonesia, ke Solo," kata Warjinem.
9. Larang Anak Bungsu Berorganisasi
Berdasarkan pengalaman yang dialami DI, ia kemudian melarang anak bungsunya untuk ikut sejumlah organisasi apapun itu.
Larangan tersebut agar tidak terjadi kepada anak bungsung seperti yang dialami anak sulungnya yang dibawa kabur DI ke Suriah.
“Tidak boleh ikut organisasi, tidak boleh, jangan, tidak boleh anak saya ikut organisasi,” ujar Warjinem tegas.
Warjinem merasa kampus menjadi lokasi rawan penyebaran ajaran-ajaran seperti ISIS.
Itu membuatnya ngeri dan khawatir anak bungsunya ikut dibawa kabur seperti kakaknya.
“Saya takut di kampus itu agak rawan juga, pokoknya anak saya tidak boleh ikut organisasi,” tutur dia.
“Semenjak kejadian yang menimpa kakanya, saya tidak memperbolehkan,” imbuhnya membeberkan.
Warjinem juga sampai melarang anaknya untuk ikut organisasi keagamaan apapun.
“Organisasi keagamaan jangan, lebih baik mengaji sama bapak saja di masjid dekat rumah, pokoknya jangan,” ucapnya.
“Untuk reuni-reuni juga saya batasi, kami orang tua masih merasa takut,” pungkasnya. (*)