Cerita Kakek Asal Bayat Klaten Jualan Angkringan selama 50 Tahun, Keukeuh Tak Ingin 'Pensiun'
Seorang kakek asal Desa Ngerangan, Bayat, Paidi (70), sudah berjualan angkringan selama 50 tahun.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Noorchasanah Anastasia Wulandari
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Seorang kakek asal Desa Ngerangan, Bayat, Paidi (70), sudah berjualan angkringan selama 50 tahun.
Diketahui Kabupaten Klaten sudah mempromosikan Desa Ngerangan, Bayat, sebagai lokasi cikal bakal lahirnya angkringan.
Saat ini, desa ini sudah menjadi ikon angkringan yang sudah dikenal di penjuru Klaten.
• Truk Pasir Terguling di Sawah Gara-gara Sopir Hilang Konsentrasi saat Bersihkan Kaca ketika Nyetir
Sebagian besar warga Ngerangan, Bayat banyak menyambung hidupnya dengan berjualan Angkringan.
Paidi, kakek ini biasa berjualan angkringan seorang diri di pojok Kampus Universitas Widya Dharma (Unwidha) Klaten.
Paidi mempunyai seorang istri yang saat ini masih bekerja sebagai petani.
Pria paruh baya ini sudah memiliki 5 anak dan 17 cucu.
Paidi sudah mulai berjualan seperti ini saat ia masih muda, sekitar umur 20 tahun.
• Tarif KA Bandara BIAS-Klaten Turun, dari Rp 15 Ribu Jadi Rp 10 Ribu
"Saya, mulai berjualan angkringan sejak umur 20 tahun," ucapnya sambil meracik minuman yang akan disajikan kepada pembeli.
Paidi memulai berjualan di Kota Solo dengan berkeliling membawa gerobak angkringannya.
Pada saat ia masih muda, angkringan saat itu belum seperti sekarang, dengan gerobak.
"Saat itu angkringan masih dipikul," kata Paidi saat ditemui TribunSolo.com, Sabtu (29/2/2020).
• Harga Tiket Masuk Umbul Ponggok Klaten 2020, Cocok untuk Liburan Akhir Pekan
Ia membawa barang dagangannya berkeliling Kota Solo.
Hingga pada 1994, ia kembali ke kampung halamannya.