Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Viral Tinggal di Becak Solo

Sejumlah Pejabat Utusan Bupati Grobogan Jemput Keluarga yang Tidur di Becak karena Imbas Corona Solo

Satu keluarga korban PHK karena pandemi Corona yang kemudian menggelandang dan tidur di becak di jalanan Solo dijemput sejumlah pejabat dari Grobogan.

Penulis: Ilham Oktafian | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Ilham Oktafian
Keluarga Dul Rohmat dijemput dan dipelangkan ke daerah asalnya di Grobogan menaiki minibus di kantor Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jumat (8/5/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ilham Oktafian

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Satu keluarga korban PHK karena pandemi Corona yang kemudian menggelandang dan tidur di becak di jalanan Kota Solo dijemput sejumlah pejabat dari Kabupaten Grobogan, Jumat (8/5/2020.

Keluarga tersebut yakni Dul Rohmat (30), bersama istri Isma (31), adiknya Lis (22) dan anak balitanya, Dafa (13 bulan).

Dari pantauan TribunSolo.com, keluarga kecil yang sempat sewa indekos di Kelurahan Jagalan, Kecamatan Jebres, Kota Solo dijemput dengan minibus oleh Kades Asemrudung, Wita dan Sekretaris Camatcam Geyer, Utoyo.

Keduanya mengaku diutus langsung Bupati Grobogan Sri Sumarni untuk menjemput warganya di Solo.

Karena Dul Rohmat yang baru di PHK dari kerjaanya kuli bangunan di Solo Baru, berasal di Desa Asemrudung, Kecamatan Geyer, Kabupaten Grobogan.

Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adisucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020).
Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adisucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020). (TribunSolo.com/Ilham Oktafian)

Utoyo mengatakan diutus Bupati Grobogan Sri Sumarni untuk melakukan penjemputan warganya yang viral itu, terlebih membuat keresahan tersendiri bagi warga Grobogan.

Kisah Pilu Sekeluarga Ada Balitanya Tinggal di Becak, Hidup Menggelandang Usai di PHK Akibat Corona

Meski Tinggal di Rumah Becak Imbas Corona, Anak Dul Rohmat Berusia 13 Bulan Tak Pernah Rewel

Ini Alasan Keluarga yang Tinggal di Becak, Tak Balik Grobogan Meski Sudah Tak Punya Kerjaan di Solo

"Hari ini yang bersangkutan kita pulangkan ke Desa Asemrudung," papar Utoyo saat serah terima di Kelurahan Jagalan, Jumat (8/5/2020).

"Soalnya info itu itu memberikan keresahan, di antaranya Bupati Grobogan," tambahnya.

Dikatakan olehnya, sejak Dul Rohmat muncul, pihak Pemkab Grobogan langsung melakukan koordinasi dengan Kades Asemrudung.

"LKita tindak lanjut setelah ada berita itu, kita koordinasi dengan Pak Kades dan yang bersangkutan memang warga situ," paparnya.

Dia membantah jika warganya yang merantau di Solo itu menggelandang dan tidur dibecak.

"Punya kos-kosan, dia kos di belakang Kelurahan Jagalan," pungkasnya.

Dia mengklaim jika saat menginap di becak sewaannya itu, Dul Rohmat sedang kehujanan dan tak bisa pulang ke kosnya.

"Kebetulan saat itu ada hujan lebat, yang bersangkutan dengan keluarganya tidak bisa pulang," paparnya.

Tinggal di Becak, Keluarga Asal Grobogan Ini Bergantung Bantuan Sembako, Minggu Jadi Yang Dinanti

Kesaksian Pria Jual Ginjal Klaten Kecewa Tak Bisa Temui Ganjar Padahal Sudah Jalan Kaki ke Semarang

Saat nanti tiba di Grobogan, ia menuturkan jika keluarga Dul Rohmat tidak khawatir lagi untuk mencari makan.

Pihak Pemkab Grobogan sudah menyediakan bantuan sosial yang disalurkan melaui desa.

"Nanti di sana kita cover dengan dana desa, Dinas Sosial akan menindaklanjuti untuk memberikan bantuan," katanya.

Kabid Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat Satpol PP Solo, Agus Sis Wuryanto membenarkan jika Pemkab Grobogan melakukan penjemputan pada Dul Rohmat dan keluarganya.

Saat ini kekurangan biaya sewa becak dan operasional kepulangan, dibiayai penuh oleh Satpol PP Solo.

"Nanti semua biaya sewa becak selama ini akan kita bayar penuh," tegasnya.

"Kami akan menfasilitasi juga untuk mengantarkan barang-barang ke Grobogan," pungkasnya.

Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adisucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020).
Keluarga yang bertempat tinggal di sebuah becak Dul Rohmat di kawasan Jalan Adisucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020). (TribunSolo.com/Ilham Oktafian)

Korban PHK Corona

Imbas pandemi Corona yang sudah dua bulan ini menyasar siapa saja, di antaranya keluarga Dul Rohmat (30), perantauan asal Kabupaten Grobogan di Kota Solo. 

Ya, bersama keluarga kecilnya istri Isma (31), adiknya Lis (22) dan anak balitanya, Dafa (13 bulan) terpaksa tinggal di atas sebuah becak.

Di atas becak tampak penuh dengan isi barang, mulai dari tumpukan baju di dalam tas, perkakas kecil hingga bantal.

Dul Rohmat sapaan akrabnya, mengisahkan perjalanan kehidupan yang teramat keras akhir-akhir ini selama 4 tahun menjadi perantau.

Karena pandemi Corona telah membuatnya harus 'angkat kaki' dari indekosnya karena sungkan tidak bisa membayarnya.

"Ini keluarga saya, ya beginilah keadaannya," kata dia ditemui TribunSolo.com, saat tengah berada di kawasan Jalan Adi Sucipto, Kecamatan Laweyan, Kota Solo, Rabu (6/5/2020).

Dul Rohmat adalah satu dari sekian orang miskin baru yang muncul semenjak pandemi Corona.

Sejak Kena PHK, Dul Rohmat Tak Mampu Bayar Kos, Gadai HP Jadi Pilihan

Jadi Korban PHK, 1,7 Juta Buruh di Indonesia akan Terima Kartu Prakerja

Ia yang mulanya berprofesi jadi kuli bangunan yang cukup menjanjikan karena bisa menghidupi istri dan dua buah hatinya meskipun masih ngontrak di indekos di kawasan Jagalan, Kecamatan Jebres.

Saat Corona datang hingga dua bulan ini, nasib tak jelas dengan kehidupan tak menentu, bahkan mau makan juga sulit.

"Dulu saya kuli bangunan di Solo Baru," ungkapnya.

"Semenjak ada musibah ini saya kena PHK dan tidak punya penghasilan lagi," jelas dia membeberkan.

Lebih lanjut dia mengaku, hampir 2 bulan setelah tak berpenghasilan, ia tak mampu lagi membayar sewa bulanan kos.

Roda nasib berubah begitu cepat, ia dan keluarganya itu harus tetap hidup di tengah situasi sulit.

Ia memutar akal, karena tak lagi bisa bayar sewa kos, ia menggelandang dan menyusuri jalan besar di Kota Solo.

Dari Kecamatan Jebres ia dan keluarga kecilnya itu berjalan kaki mencari tempat tinggal, dan termasuk mencari makan.

"Saat saya dipecat itu saya dan keluarga jalan kaki," paparnya.

Pandemi Corona Buat Banyak Pekerja di Solo Kena PHK, Pegadaian Diserbu, Banyak yang Gadaikan Emas

Kakaknya Kena PHK, Kini Giliran Adiknya Juga Alami Nasib Serupa, Kini Ikut Menggelandang di Solo

"Ke mana mana jalan kaki," katanya menegaskan.

Ia bergantung hidup dari para dermawan yang berbagi sembako maupun takjil, dari situlah keluarga kecilnya dapat makan.

Berjalan berpuluh kilometer rupanya membuatnya kewalahan, pembagian sembako yang berganti tempat tak mungkin ia datangi secara tangkas dan cepat hanya dengan jalan kaki.

"Ada orang yang nyaranin kita untuk sewa becak," aku dia.

"Jadi kemana mana bisa cepet kalau ada pembagian sembako dan makanan," katanya.

Berbekal informasi seadanya, ia menyewa becak di Daerah Pulomanan Solo, harga sewanya Rp 5000 per hari.

Harga sewa ia tebus dengan sembako yang ia dapat sehari-hari.

Dengan kendaraan roda tiga itu, ia tak lagi jalan kaki.

Sejak saat itu, ia dan keluarganya punya rumah tinggal sederhana bernama "Rumah Becak"

"Sudah hampir sebulan ini nyewa becak, kami tinggal di sini untuk tidur dan makan," katanya.

"Untuk bayar kita jual sembako yang kita dapat," kata dia.

Bahkan saat malam hari, singgasana kursi becak yang cukup empuk direlakannya demi si kecil danistrinya bisa terlelap tidur.

Terlebih terkadang tidak mendapat apa-apa, sehingga Dul Rohmat harus menahan perut kosongnya.

Sementara dia dan anaknya sulungnya tidur di emperan toko atau bangunan seadanya yang penting tidak kehujanan.

"Tidur di mana saja yang penting bisa," akunya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved