Solo KLB Corona
Akhir Cerita Oknum Koordinator Santri Temboro Sragen yang Meneror & Intimidasi Perawat di Kedawung
Sosok peneror seorang perawat yang menangani Covid-19 di Puskesmas Kedawung, Kabupaten Sragen akhirnya mengaku salah.
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Sosok peneror seorang perawat yang menangani Covid-19 di Puskesmas Kedawung, Kabupaten Sragen akhirnya mengaku salah.
Meski kasus teror ke tenaga medis tersebut, berakhir damai dengan difasilitasi polisi di ruang Kasat Reskrim Polres Sragen, Rabu (3/6/2020).
Staf puskesmas itu didampingi Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen, Hargiyanto dan Sekdin DKK Fanny Fandani serta Kasat Reskrim Polres Sragen AKP Supardi.
Pertemuan atau audiensi ini berlangsung tertutup dan berjalan cukup lama, yaitu dari pukul 11.30 hingga pukul 13.45 WIB.
"Tadi kita sudah ke Polres dengan Nakes dan yang bersangkutan dan sudah kita selesaikan secara kekeluargaan, masing-masing sudah menerima," ungkap Hargiyanto.
• Ketika Seorang Kuli di Pasar Kobong Semarang Asal Sragen Harus Menerima Dirinya Positif Covid-19
• Isi Pesan Teror kepada Perawat di Sragen, Kapolres : Intinya Ditulis Anda Terima Akibatnya
"Kemarin yang mengancam itu merasa salah karena dia itu sebenarnya tidak tahu program pemerintah yang kita laksanakan baik dari yang namanya karantina itu apa, yang namanya rapid test reaktif seperti apa, protap kesehatan seperti apa," terang dia.
Terprovokasi
Dilanjutkan Hargi, peneror tersebut merasa terprovokasi oleh temannya karena hasil swab positif dan harus menjalani karantina di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen.
Peneror tersebut kemudian meminta nomor telepon T dari temannya yang menjalani karantina tersebut.
"Setelah minta nomor dan masih merasa emosi ditambah terprovokasi kemudian keluarlah statemen atau ancaman yang diberikan kepada petugas kesehatan kami di Puskesmas Kedawung dua itu," lanjut Hargi.
Hargi menyampaikan T sudah menerima permintaan maaf peneror dan juga telah ada kesepakatan atau surat perjanjian serta laporan telah dicabut.
Adanya insiden tersebut Hargi sangat berharap ke depan hal yang sama tidak akan terulang lagi kepada nakes terlebih yang saat ini bekerja untuk mengendalikan dan mencegah penularan Covid-19.
"Kami minta kerjasamanya dengan semua lini masyarakat dan juga terutama di petugas kesehatan ini jangan ada ancaman-ancaman lagi, jangan ada yang curiga bahwa hasil tes bisa diminta ataupun di rekayasa karena tidak mungkin".
"Kita benar-benar sesuai dengan protap kesehatan sebagai pedoman pengendalian Covid-19 ini," terang Hargi.
Dirinya menyampaikan peneror juga selain meminta maaf kepada T, juga meminta maaf kepada tim gugus tugas di Kabupaten maupun kelurahan.
"Dia siap mendukung semua program pemerintah dalam pencegahan Covid-19 di Sragen," tandasnya.
• Buntut Intimidasi Perawat di Sragen, Polisi Panggil 4 Saksi untuk Korek Siapa Aktor di Balik Teror
• Perawat di Sragen Kena Teror Usai Test Pasien Covid, PPNI Sragen Minta Nakes Tak Mogok Pelayanan
Sementara itu Kasat Reskrim Polres Sragen AKP Supardi belum mau berkomentar lebih jauh.
Dirinya hanya menyampaikan kasus tersebut masih dalam proses penyelidikan.
Awal Kasus
Sebelumnya diberitakan, tenaga medis Covid-19 di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen mendapatkan ancaman misterius via WhatsApp.
Ancaman itu diduga dari salah satu warga kecamatan setempat, setelah sempat rapid test pertengahan ramadan lalu.
Pengirim ancaman mengatasnamakan Koordinator Santri Temboro Sragen.
Diketahui, pengirim itu seorang pria.
Teror ditujukan koordinator rapid test setempat.
"Kemarin hari Jumat malam tiba-tiba petugas kami mendapatkan ancaman dari WhatsApp."
"Ancamannya berupa kita dianggap mendzolimi mereka dan dipesan itu menerangkan bahwa mereka akan membalas dengan caranya mereka," kata Kepala UPTD Puskesmas Kedawung, Windu Nugroho," Minggu (31/5/2020).
Windu panggilan akrabnya menyampaikan pihaknya telah berkoordinasi dengan camat terkait ancaman tersebut.
Bahkan mereka telah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Kedawung.
• Tak Terima Hasil Swab Tak Sesuai Keinginan, Pasien Corona Intimidasi Perawat Sragen hingga Trauma
Windu menceritakan awal mula kejadian, dimana di wilayah yang mereka tangani terdapat tiga warga yang positif Covid-19.
Salah satunya ialah santri klaster Temboro.
"Satu berada di desa kami dari Klaster Temboro."
"Akhirnya kami melakukan tracking dan didapatkan 18 orang dan kami rapid test Alhamdulillah hasilnya non reaktif," kata Windu.
Windu menyampaikan pihaknya telah melakukan prosedur yang berlaku terhadap penanganan Covid-19 baik itu pemudik, ODP maupun PDP.
Walaupun non reaktif pihaknya menghimbau agar tetap melakukan karantina mandiri selama 14 hari di rumah masing-masing.
Karena hasil rapid test belum spesifik.
"Petugas medis yang diancam ini bertugas mengumpulkan nama-nama yang dilakukan tracking dan berkoordinasi dengan yang positif."
"Perlakuan kami sudah sama dan sesuai ketentuan kenapa kita malah mendapatkan ancaman seperti ini."
"Kami mendzalimi dimana atau mungkin gara-gara dikarantina itu kami juga kurang paham," terang Windu.
Windu menyampaikan tenaga medis usai diancam tersebut sempat ketakutan.
Namun setelah diberi pemahaman oleh kecamatan dan Kesbangpol Sragen sudah agak tenang.
"Saya hanya khawatir dampaknya itu, Covid-19 ini kan belum selesai nanti kalau ada kasus-kasus lagi saya memerintahkan mereka pasti takut jika terjadi hal yang sama".
"Ancaman itu berisi kata-kata "kami sudah mempunyai data-data panjenengan dan kelompok panjenengan" jadikan itu menyeluruh ke semua petugas," terangnya.
Selama kurang lebih dua bulan bertugas, Windu menyampaikan keluh kesah rekannya bahwa mereka sebenarnya telah jenuh dan takut dengan resiko tertular.
"Kita sebenarnya kesulitan seperti kasus PDP yang meninggal, malam-malam saya dan petugas juga harus turun untuk mendampingi pemakaman tapi kok malah dapat ancaman seperti ini kan mempersulit lagi".
"Tidak ada ancaman saja mereka sudah takut dengan risiko tertular."
"Kita sedang melawan virus yang tidak terlihat ditambah ancaman dari yang terlihat," katanya.
Dengan sudah dilaporkannya hal tersebut ke Polsek Kedawung pihaknya berharap polisi segera menemukan pelakunya.
Pihaknya tidak menginginkan apa-apa hanya perlu dijelaskan, shock terapi, meminta maaf dan tidak melakukan hal yang sama.
"Karena seperti itu melemahkan imun tenaga kesehatan."
"Psikisnya apalagi padahal kita harus tetap menjaga imun agar tetap baik, nanti kalau imun kita turunkan naudzubillah bisa terkena sendiri," tandasnya. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Teror Oknum Santri Temboro ke Tenaga Medis Sragen Berakhir Damai, Mengaku Salah Terprovokasi Teman