Pilkada Solo 2020
Jago PDIP di Boyolali & Sragen Lawan Kotak Kosong, Pengamat UNS Solo : Parpol Lain Tak Punya Nyali
Potensi calon tunggal di Pilkada Sragen dan Boyolali pada 2020 ini hampir pasti terjadi.
Penulis: Adi Surya Samodra | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Adi Surya Samodra
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Potensi calon tunggal di Pilkada Sragen dan Boyolali pada 2020 ini hampir pasti terjadi.
Mengingat akhir masa pendaftaran, hanya ada satu pasangan bakal calon yang mendaftar sejak 4 - 6 September 2020.
Meski kini, KPU di dua wilayah tersebut memperpanjang pendaftaran hingga 12 September 2020 mendatang.
Kusdinar Untung Yuni Sukowati - Suroto menjadi pasangan bakal calon yang resmi mendaftar ke KPU, Sabtu (5/9/2020).
Yuni sendiri terhitung bakal calon petahana yang berlaga dalam kontestasi Pilkada Sragen 2020.
• Cerita Gibran Setelah Terjun ke Pilkada Solo 2020, Hanya Bertemu dengan Anak Istri saat Malam Hari
• Pilkada Solo Raya 2020 Diwarnai Kotak Kosong, di Boyolali dan Sragen Hanya Ada Satu Pasangan Calon
Yuni-Suroto didukung setidaknya lima partai politik, yakni PDI Perjuangan, Golkar, PKB, PAN, dan Nasdem dengan total kekuatan 29 kursi.
Sementara di Pilkada Boyolali 2020, hanya pasangan M Said Hidayat - Wahyu Irawan yang resmi mendaftar.
Mereka disokong enam partai, yakni PDI Perjuangan, Golkar, PKB, Gerindra, Nasdem, dan PPP.
Total kekuatan mencapai 32 kursi.
Meski masa pendaftaran calon di Sragen dan Boyolali diperpanjang, potensi calon tunggal melawan bumbung kosong masih ada.
Pengamat politik dan hukum tata negara Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Agus Riewanto menilai sosok para bakal calon itu sangat kuat.
Hal itu yang membuat partai politik lain keder untuk memunculkan calon penantang bagi mereka.
"Para bakal calon piawai memainkan kartu-kartu truf. Partai-partai yang tidak mencalonkan kursinya diborong untuk berkoalisi dengan mereka," ujar Agus kepada TribunSolo.com, Kamis (10/9/2020).
"Bakal calon ingin mendapatkan dukungan koalisi, maka kartu truf dimainkan. Memainkan pendanaan yang cukup besar ke partai-partai terkait," imbuhnya.
Ditambah lagi, bakal calon tahu partai - partai mana yang memiliki pendanaan cukup besar mana yang tidak.
Alhasil, para partai politik lebih memilih untuk mendapatkan imbalan dana praktis ketimbang memberi perlawanan.
Toh, biaya berlaga di pesta lima tahunan harus merogoh kocek dalam-dalam.
"Partai politik lain memang tidak punya nyali untuk bertanding dan lebih baik mendapatkan imbalan dana praktis, jadi sedikit pragmatis," tutur Agus.
"Mereka lebih memilih mendukung daripada bertanding, kalau bertanding biayanya mahal," imbuhnya.
• Masih Pandemi Covid-19, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Usul Debat Pilkada 2020 Digelar Virtual
• Pendaftaran di KPU Sragen Diperpanjang, Yuni - Suroto Bisa Saja Hadapi Lawan dari PKS - Gerindra
Trah yang Mengakar
Selain dipicu persoalan pendanaan, pasangan bakal calon tunggal lantaran trah yang mengakar di kedua daerah itu.
Di Sragen, misalnya, bakal calon petahana saat ini, Kusdinar Untung Yuni Sukowati merupakan putri mantan bupati Untung Wiyono.
Untung Wiyono sempat menjabat selama dua periode terhitung sejak tahun 2001 sampai 2011 dengan pendamping Agus Fatchur Rahman.
Agus Fatchur Rahman kemudian melenggang menjadi Bupati Sragen periode 2011 sampai 2016 sebelum akhirnya digantikan petahana.
"Sudah kadung menguasai semua lini, akibatnya memang agak sulit ditandingi lawan-lawan lain," jelas Agus.
"Pengalaman panjang, dana yang banyak, kedermawanan sosial yang tidak tertandingi sulit untuk mencari lawan tanding yang seimbang," terang dia.
• Update Covid-19 Solo Raya 10 September : Sudah 118 Orang Meninggal karena Terinfeksi Positif Corona
• Ribuan Orang Tertipu Paguyuban Tunggal Rahayu, Pendiri Ngaku Profesor, Padahal Hanya Tamat SMP
"Akhirnya, hanya berkutat dalam satu ring saja," tambahnya.
Sementara di Boyolali, Seno Samodro yang diusung PDI Perjuangan merupakan sosok yang kuat dengan memimpin selama dua periode.
Program-program yang dijalankan dinilai menyentuh kepentingan-kepentingan rakyat.
"Sangat kuat mengorganisasi kekuatan sosial politik, dia bisa menguasai partai parlemen," ujar Agus.
"Warga Boyolali juga terpuaskan oleh itu, tidak ada yang mau bertanding," tandasnya. (*)