Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Uji Swab Ditolak Warga Pengungsi Gunung Merapi, Ini Penjelasan Sekdes Tlogolele Boyolali

Perangkat desa angkat bicara atas batalnya rencana uji swab massal yang menyasar para pengungsi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.

Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com/Adi Surya
Penampakan Gunung Merapi dari kawasan objek wisata Kali Talang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jumat (6/11/2020). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI – Perangkat desa angkat bicara atas batalnya rencana uji swab massal yang menyasar para pengungsi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali. Uji tersebut rencananya dilakukan Selasa (10/11/2020).

Sekretaris Desa Tlogolele, Neigen Achtah Nur Edy Saputra mengatakan kedepan pihaknya tidak akan mengadakan uji swab di wilayahnya.

"Iya, benar pemeriksaan swab di desa kami ditunda, bahkan tidak akan diadakan swab," kata Neigen kepada TribunSolo.com.

Lebih lanjut, Neigen mengatakan pembatan uji swab massal tersebut  untuk menjaga kenyamanan warga di tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) dan tempat penampungan pengungsian akhir (TPPA).

Baca juga: Warga Pengungsian Gunung Merapi di Tlogolele Boyolali Tolak Swab Test, Dinkes : Dipengaruhi Hoax

Baca juga: Siaga Gunung Merapi, Pemdes Tlogolele Siapkan Tempat Penampungan Sementara & Mulai Data Ternak Warga

"Pemeriksaan ini ditiadakan hari ini, karena menjaga kenyamanan warga yang diungsikan,” katanya.

Kondisi para pengungsi, lanjut Neigen, saat ini tidak ada yang mengalami kegelisahan saat menempatai TPPS ataupun TPPA.

“Sampai saat ini, masyarakat yang mengungsi tidak ada yang mengalami kegelisahan," akunya.

Neigen mengungkapkan total jumlah pengungsi saat ini tercatat sebanyak 133 orang.

Total  jumlah tersebut tersebar di TPPA, TPPS, dan rumah warga di Desa Tlogolele.

"Sampai saat ini, masyarakat yang mengungsi berjumlah 133 orang, dan masyarakat desa kami mengungsi di TPPA, TPPS serta rumah warga di desa kami," ucapnya.

Terpengaruh Hoaks

Sebelumnya, rencana swab test massal yang menyasar pengungsi Gunung Merapi di Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali batal, Selasa (10/11/2020).

Dari informasi yang dihimpun TribunSolo.com, batalnya swab test bagi warga lereng Merapi itu karena mendapat penolakan ramai-ramai.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali Ratri S Survivalina membenarkan adanya pengunduran jadwal swab untuk warga Desa Tlogolele.

Baca juga: Guru Besar Unpad Ungkap Efek Samping Vaksin Covid-19 pada Relawan: Tak Ada yang Sampai Masuk RS

Baca juga: Ngaku Jadi Petugas Covid-19, Debt Collector Ini Pakai Masker TNI-Polri & Plat Nomor Cantik H-444-US

"Iya, rencananya pagi ini, direncanakan akan dilakukan uji swab kepada masyarakat Desa Tlogolele, namun belum jadi dilakukan," kata Ratri.

Lebih lanjut, Ratri menjelaskan alasannya dikarenakan masyarakat belum bisa menerima pemeriksaan swab test yang dilakukan pemerintah.

Bahkan dia menekankan, jika warga di desa tersebut dipengaruhi dengan informasi hoax.

"Kami urungkan lakukan pemeriksaan, karena persepsi masyarakat di sana terhadap Covid-19, sangat dipengaruhi oleh hoax," aku Ratri. 

Ia mengaku akan menunggu masyarakat di desa tersebut siap dan bersedia di-swab.

Pihaknya mengatakan tidak bisa memaksa keinginan masyarakat Desa Tlogolele.

"Kami akan undur, sampai masyarakat akal dan mau diswab, karena kita tak bisa memaksa mereka," kata Ratri.

Vaksin Covid-19

Berikut perkembangan vaksin virus corona (Covid-19) Merah Putih yang dikembangkan tim peneliti dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Vaksin Merah Putih rencananya akan mulai diuji coba pada Desember 2020 mendatang.

Baca juga: Kemenkes Minta Perguruan Tinggi Bentuk Satgas Covid-19 di Kampus, Ini Tugas Pokoknya

Baca juga: Ada Pegawai Positif Covid-19, Kantor RRI Solo Bak Kota Mati’ : Tamu Hanya Boleh Sampai Pos Satpam

Uji coba tersebut dilakukan terhadap hewan (animal trial), di antaranya mulai dari tikus hingga kera.

"Animal trial ini nanti mulai dari tikus sampai dengan nanti kera," ujar Rektor Universitas Airlangga Surabaya Muhammad Nasih dalam video yang diunggah kanal YouTube Metrotvnews, Senin (9/11/2020).

Adapun untuk pengembangan uji coba terhadap hewan dan pembiakan dalam tahap lanjutan Vaksin Merah Putih, Unair menggandeng PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.

Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan kerjasama antara Unair dengan industri farmasi yang ditunjuk langsung oleh Kementerian Riset dan Teknologi itu pada Senin (9/11/2020) kemarin.

Muhammad Nasih mengatakan, alasan dibalik kerjasama dengan Biotis adalah karena Unair memiliki keterbatasan terkait uji coba vaksin.

Laboratorium biosafety level 3 (BSL-3) milik Unair saat ini sedang proses renovasi.

Sehingga proses uji coba pada hewan terutama kera, memerlukan bantuan dari Biotis.

"Kita enggak punya fasilitas sampai ke sana, karena BSL-3 kita sedang dalam proses renovasi untuk kera-nya terutama."

"Sehingga perlu kerjasama dengan kawan-kawan di Biotis, khususnya untuk penggunaan untuk kera," sebut Muhammad Nasih.

Jika uji coba Vaksin Merah Putih terhadap hewan berhasil, selanjutnya uji coba akan dilakukan pada manusia.

Yang mana uji coba pada manusia dilakukan melalui beberapa tahap.

Rektor Universitas Airlangga Surabaya Muhammad Nasih
Rektor Universitas Airlangga Surabaya Muhammad Nasih

"Setelah itu, doakan sukses, efektif, tidak ada dampak yang signifikan, akan kita lanjutkan juga nanti dengan trial ke manusia," ujarnya.

Untuk diketahui, tim peneliti Unair memperkirakan Vaksin Merah Putih akan selesai pada Maret 2021.

Selain Unair, vaksin tersebut juga dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Diberitakan Tribunnews sebelumnya, Vaksin Covid-19 yang berasal dari Tiongkok, Sinovac saat ini telah memasuki uji klinis fase III.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof Dr dr Cissy Rachiana Sudjana Prawira Kartasasmita mengungkap, sejauh ini dari hasil uji klinis I dan II tidak menimbulkan efek samping berat pada 1.620 relawan.

Laporan yang diterimanya adalah relawan hanya mengalami efek samping ringan seperti demam, kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan, maupun pusing.

"Tidak ada yang apa namanya efek samping berat, hanya ada panas, dingin, demam tetapi tidak ada yang sampai relawan itu harus dibawa ke rumah sakit."

"Relawan yang dilaporkan yang ringan-ringan, hanya demam kemudian merah bengkak," jelas Ketua Satgas Imunisasi IDAI dan Ketua Pokja Vaksinasi Peralmuni.

Cissy meminta agar masyarakat dapat menerima informasi yang benar dan jelas terkait vaksin.

Ia menyebut, jika hasil uji klinis I dan II menunjukan hasil yang tidak baik maka tidak akan ada fase uji klinik III.

"Masa seluruh dunia menunggu vaksin kalau tidak aman dan mencelakakan. Memang ada yang distop dua kali di luar negeri tapi karena peradangan di tulang belakang tapi ternyata itu tidak ada hubungannya dengan vaksin."

"Vaksin itu distop sebentar kemudian dilanjutkan lagi kemudian di Brasil itu juga ada yang meninggal tapi ternyata dia bukan yang mendapat vaksin," ungkap dia.

Catatan Redaksi: Bersama-kita lawan virus corona. TribunSolo.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan. Ingat pesan ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

(Tribunnews.com/Rica Agustina/Rina Ayu Panca Rini)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Vaksin Covid-19 Merah Putih akan Diuji Coba ke Hewan pada Desember 2020

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved