Agen di Mana-mana,Tiga Serangkai Solo Pakai Cara Lain Luruskan 'Ganjar Tak Pernah Bersykur & Shalat'

Dia menegaskan, nama Ganjar dalam buku tersebut tidak merujuk pada Gubenur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo.

Penulis: Ryantono Puji Santoso | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Ryantono Puji
General Manager (GM) Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, Mas Admuawan membuat klarifikasi di kantornya Jalan Prof DR Supomo No.23, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, Kota Solo soal 'Ganjar tidak pernah bersyukur', Selasa (9/2/2021). 

Dicecar Pertanyaan Asal-usul nama Anies dan Mega muncul

Dinas Pendidikan DKI Jakarta dicecar oleh Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta Iman Saputra soal kemunculan nama dua tokoh politik tersebut dalam soal ujian sekolah.

Pasalnya, menurut Iman, peristiwa penyebutan nama tokoh politik yang bernuansa politis di soal ujian sekolah di DKI Jakarta bukan pertama kali terjadi.

"Ini bukan kali pertama terjadi di dunia pendidikan (DKI Jakarta). Kalau enggak salah ini terjadi di zaman Pak Jokowi dan Pak Ahok (juga)," kata Iman kepada Kadisdik DKI di ruang rapat Komisi E, Selasa kemarin.

Iman juga menanyakan siapa yang bertanggungjawab atas soal-soal ujian yang menyebut nama-nama tokoh politik dengan perbandingan yang jomplang tersebut.

Menurut dia, penyebutan nama tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja karena sudah seperti modus politik elektoral di ranah pendidikan.

Dia juga mempertanyakan kepada guru pembuat soal apakah sudah tidak ada lagi nama-nama umum yang harusnya dijadikan contoh dalam soal.

"Kalau saya ngelihat seperti modus, kenapa selalu begini? Apa memang sudah kehabisan nama si Banu, si Amir?" tutur Iman.

Fenomena gunung es

Politikus muda PDI-P dan juga Komisi E DPRD DKI Jakarta Ima Mahdiah juga turut bersuara dalam kasus penyebutan dua tokoh politik di soal ujian sekolah tersebut.

Dia mengkhawatirkan kasus pencatutan nama-nama tokoh politik dalam soal jauh lebih banyak terjadi, tapi kebetulan tidak ada yang melaporkan saja.

"Saya takut ini fenomena gunung es," ucap Ima.

Ima kemudian meminta ada upaya pemecatan terhadap guru-guru yang melakukan pelanggaran tersebut seperti guru SMAN 58 Jakarta yang bertindak rasial dan guru SMPN 250 Cipete yang bertindak politis.

Dia juga meminta agar Disdik DKI Jakarta serius menangani hal tersebut dan langsung melakukan investigasi kasus-kasus serupa agar tidak terulang lagi.

"Saya mendorong Disdik investigasi ini semua," ujar dia.

Bakal dilaporkan ke polisi

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi terlihat paling marah dalam ruang sidang Komisi E DPRD DKI Jakarta saat agenda klarifikasi yang berlangsung Selasa kemarin.

Pras yang juga merupakan kader PDI-P itu mengancam akan melaporkan guru pembuat soal bernama Sukirno tersebut ke Polda Metro Jaya.

Dia berniat melaporkan Sukirno atas nama Kader PDI-P karena merasa keberatan nama ketua umum partainya disebut dengan citra yang buruk.

"Saya atas nama kader PDI-P (akan melaporkan) karena itu menyebut nama ketua umum saya," kata Pras.

Tidak hanya mengancam Sukirno dengan jerat pidana, Pras juga sempat membentak-bentak Sukirno di depan forum rapat.

Dia meminta penjelasan kepada Sukirno mengapa bisa muncul nama Mega dan Anies dalam soal yang dia buat.

"Kenapa Bapak punya insting Pak Gubernur Anies dan Bu Mega. Apa yang di otak Bapak apa sih, buat soal seperti itu? Bapak kan seorang guru," kata Pras.

Disdik DKI Jakarta enggan berkomentar

Setelah rapat usai, Kadisdik DKI Jakarta Nahdianah langsung keluar ruangan tanpa menghiraukan pertanyaan-pertanyaan dari wartawan.

Nahdianah hanya mengatakan tidak ada yang bisa dia komentari dan menunggu rekomendasi dari Komisi E DPRD DKI Jakarta.

"Tunggu rekomendasi," kata dia.

Kepala Sekolah SMPN 250 mengaku ada kesalahan

Kepala Sekolah SMPN 250 Cipete Setiabudi menjelaskan, munculnya soal ujian sekolah yang memuat nama Anies dan Mega karena dibuat terburu-buru.

"Kami terburu-buru untuk waktu (pelaksanaan ujian) yang sudah ditentukan," ujar Setiabudi.

Setiabudi menjelaskan, sebenarnya tim telaah sudah dibentuk dari Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas di sekolah tersebut.

Dia mengakui, tim telaah tidak melakukan editing secara sempurna sehingga muncul soal-soal yang tidak diinginkan.

"Diedit beberapa soal saja sehingga kami terlewatkan itu," ucap Setiabudi.

Untuk itu, lanjut Setiabudi, keluarga besar SMP 250 meminta maaf kepada semua anggota Dewan yang hadir dalam rapat tersebut.

Begitu juga kepada semua pihak yang merasa dirugikan dengan beredarnya soal yang memuat nama Anies dan Mega di soal tersebut.

"Jadi mohon maaf kalau seandainya ada hal yang tidak berkenan dari semua yang hadir pada hari ini," kata Setiabudi.

Guru pembuat soal mengaku tak ada niat apa-apa

Guru Sukirno mengaku spontan menulis soal dengan mencantumkan nama Anies dan Mega. Ia mengaku tidak memiliki niat apapun saat menulis soal kontroversial tersebut.

"Demi Allah, pak, saya tidak punya niat apa-apa, saya ketika membuat soal ada nama Anies," ucap Sukirno.

Sukirno juga menceritakan kronologi dia ditugaskan untuk membuat soal ujian sekolah Kelas 7 SMP berdasarkan kurikulum yang diajarkan di sekolah.

Menurut dia, tidak ada yang janggal sampai dengan ditulisnya nama dua tokoh politik di dalam soal yang dia buat tersebut.

"Bapak Kepala Sekolah menugaskan saya untuk membuat soal untuk anak kelas 7 dengan kisi-kisi berdasarkan kurikulum yang kami miliki di sekolah," ucap Sukirno.

Sebagian berita tayang di Warta Kota: Viral Soal Dalam Buku sebut Ganjar Tidak Bersyukur dan Jarang Salat, Ferdinand Hutahaen Berang 

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved