Berita Sragen Terbaru
Sapi Berkaki Tiga di Sragen, Sulit Keluar Saat Akan Dilahirkan, Ini Penyebabnya
Ada cerita unik di balik kelahiran sapi jenis limosin berkaki tiga di Dukuh Krisan, Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Rahmat Jiwandono
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Ada cerita unik di balik kelahiran sapi jenis limosin berkaki tiga di Dukuh Krisan, Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen.
Pemilik sapi itu adalah Suwarno dan sapinya ia beri nama Juned.
Baca juga: Tiga Orang di Lampung Palsukan Daging Babi Jadi Daging Sapi, Begini Modusnya
Baca juga: Kejujuran Desi Si Penjual Amplop Kantor Pos Solo : Kembalikan Uang Rp 16 Juta yang Tercecer di Jalan
Suwarno menyampaikan bahwa dia sudah berpengalaman dalam membantu proses kelahiran anak sapi.
"Saya sudah lima kali menangani sapi melahirkan," ucap Suwarno saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (6/5/2021).
Namun, diakuinya, proses melahirkan sapi yang satu ini sempat ada kendala.
"Waktu mau melahirkan susah karena kaki si sapi dalam posisi terlipat," paparnya.
Kemudian dengan dibantu 2 orang, Juned akhirnya dapat dikeluarkan dari perut induknya, dengan kondisi hanya memiliki 3 kaki.
Setelah melahirkan, induk Juned menunjukkan reaksi berbeda, yang malah takut dengan peranakannya sendiri.
"Setelah keluar, induknya nggak mau membersihkan lendirnya, takut, bawaannya pingin lari, setelah dijauhkan, induknya tenang, didekatkan lagi, kayak mau lari lagi" cerita Suwarno sambil tertawa geli.
Akibatnya, sapi berwarna coklat keemasan tersebut, tak mendapatkan asupan susu dari induknya, dan hanya diberi nutrisi tambahan oleh Suwarno.
"Minumnya setiap 3 jam sekali, kalau haus, ya mendatangi saya, sudah mengerti dia" katanya.
Setelah 13 hari sejak dilahirkan, kondisi Juned mulai membaik dan dalam keadaan sehat, bahkan mampu berlari.
Anak Sapi Unik
Anak sapi milik Suwarno, warga Dukuh Krisan, Desa Tangkil, Kecamatan/Kabupaten Sragen terlahir dengan kondisi unik, hanya memiliki 3 kaki.
Juned namanya, peranakan sapi jenis limosin berwarna coklat keemasan itu diperlakukan bak anak sendiri oleh Suwarno, si pemilik.
"Sejak lahir itu, saya nggak bisa jauh, karena kasihan, induknya nggak mau menyusui," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Kamis (06/5/2021).
Baca juga: Tiga Orang di Lampung Palsukan Daging Babi Jadi Daging Sapi, Begini Modusnya
Baca juga: Viral Video Maling di Bangkalan Diseret dan Dipukuli Warga, Sempat Sembunyi di Kandang Sapi
Bahkan, pria berusia 60 tahun tersebut, rela tidur di gubuk dekat kandang sapi yang didirikannya, untuk memberikan susu dan mengawasi Juned saat malam hari.
Suwarno mengaku, semenjak dilahirkan sudah banyak orang yang menanyakan, apakah Juned akan dijual.
"Ya nggak (dijual), cuma sementara ini, coba saya rawat dulu, beda kalau sudah mandiri, bisa makan sendiri, kalau masih bayi kasihan," ujarnya.
Suwarno menceritakan betapa menggemaskan tingkah Juned, saat sedang merasa lapar.
"Teringat, kalau lapar pasti mencari yang memberinya minum, jam 9 otomatis berdiri, nyari saya, kalau sudah kenyang, terus tidur disana," kenang dia.
Baca juga: Harga Daging Sapi di Sragen Sempat Meroket, Kini Sudah Kembali Normal, Segini Harganya
Selain itu, setiap jam 6 pagi, Juned memiliki kebiasaan unik yang mengikuti kemanapun Suwarno pergi yang kemudian enggan pulang.
"Kalau sudah diluar, susah untuk diajak pulang, saya siasati dengan menarik perhatiannya dengan dot kosong, kemudian dia mengikuti sampai masuk kandang" ujarnya.
Tingkah menggemaskan Juned, menjadi hiburan tersendiri bagi Suwarno.
"(tingkahnya) Lucu, menyenangkan sekali lihatnya. Kalau Juned dibawa pergi, saya nangis," pungkasnya.
Pasar Unik di Karanganyar
Di tengah modernisasi zaman, warga di Kabupaten Karanganyar membuat wisata bernuansa tempo dulu.
Lokasinya ada Pasar Ciplukan yang berada di Lembah Dongde, Dusun Mlilir, Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang.
Seperti apa bentuknya?
Di pasar tersebut wisatawan bisa bernostalgia menikmati hal-hal yang berbau zaman dahulu alias jadul yang menjadi keemasan pada zamannya.
Bahkan jadulnya pasat tampak asri di bawah rerimbunan pepohonan dengan daun serta rantingnya yang lebat sehingga terasa adem.
Aneka jajanan yang disajikan juga merupakan khas daerah, seperti sate kerang, kue apem, tiwul dan aneka ragam panganan lainnya.
Baca juga: Pembangunan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Dimulai, Bisa Jadi Tempat Wisata Religi
Baca juga: Kemarin di Sukoharjo dan Tawangmangu, Kini Jogja Dibanjiri Hujan Es Cukup Besar, Fenomena Apa?
Menurut Ketua Wisata Lembah Dongde, Mulyono (45), pasar tersebut telah berdiri sejak 17 Agustus 2020.
"Pasar ini berdiri di tengah pandemi Covid-19, kami harap dengan semangat 17-an pasar ini bisa eksis di tengah keterbatasan," ungkapnya kepada TribunSolo.com pada Minggu (7/3/2021).
Dirinya menjelaskan penggunaan nama 'ciplukan' pada nama pasar sebagai bentuk pengingat bahwa buah tersebut sempat viral di era 90-an dan di awal 2.000-an.
"Masa kecil anak desa zaman dulu kan sangat lekat dengan ciplukan," kenangnya.
"Dulu banyak di ladang, sekarang sudah mulai berkurang dan kami ingin mengingatnya kembali dengan menjadikannya sebagai nama pasar," kisahnya.
Selain nama pasarnya yang unik, di pasar ini para pembeli dan pedagang bertransaksi menggunakan alat tukar koin kayu yang telah disediakan pihak pengelola.
"Setiap koin kami hargai Rp 2 ribu," jelasnya.
Kembali Dibuka
Wisata di Candi Cetho Karanganyar kembali bergeliar, setelah kembali dibuka ditngah PPKM Mikro ini.
Dalam pantauan TribunSolo para wisatawan datang dari berbagai daerah dilihat dari beragam nomor polisi kendaraan yang datang silih berganti.
Menurut Juru Kunci Candi Cetho, Cipto (56), hari kedua ini ratusan wisatawan yang masuk ke dalam area candi.
"Akhir pekan ini wisatawan cukup antusias, jadi lumayan ramai," katanya kepada TribunSolo.com pada Sabtu (20/2/2021).
"Jumat kemarin yang datang hanya puluhan, kemungkinan karena belum dapat info dan masih hari kerja sehingga tidak ramai," jelasnya.
Baca juga: Candi Cetho & Sukuh di Karanganyar Kembali Dibuka, Tapi Wistawan Wajib Jalankan Protokol Kesehatan
Baca juga: Nekat Adakan Senam Masal di Masa Pandemi, Manajer Pusat Belanja di Karanganyar Diciduk Satpol PP
Baca juga: Pembangunan Masjid Agung Dapat Perhatian Khusus Dari DPRD Karanganyar
Baca juga: Buat Aroma Busuk dan Cemari Lingkungan, Kandang Babi di Karanganyar Diprotes Warga
Sebelumnya Candi Cetho ditutup untuk publik sejak penerapan PPKM jilid 1.
Lalu kemudian penutupan itu berlanjut hingga PPKM jilid 2 dan mulai dibuka untuk umum di masa PPKM Mikro.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Karanganyar, Titis Sri Jawoto, pihaknya telah mengajukan ke Kemendikbud agar Candi Cetho dapat diizinkan dibuka agar ekonomi sektor pariwisata dapat berjalan kembali.
"Kami butuh waktu dua Minggu agar memperoleh izin dari Balai Cagar Budaya Jawa Tengah, jadi saat ini tinggal komitmen baik dari pengelola maupun wisatawan itu sendiri untuk taat protokol kesehatan," tegasnya.
Patuhi Protokol Kesehatan
Candi Cetho dan Candi Sukuh di lereng Gunung Lawu, Kabupaten Karanganyar telah dibuka kembali untuk umum.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Karanganyar, Titis Sri Jawoto, pihaknya telah mengajukan surat kepada Kemendikbud agar kedua wisata candi itu dapat dibuka kembali.
Akhirnya Kemendikbud melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi Jawa Tengah akhirnya mengizinkan kembali untuk buka sebagai area wisata.
Adapun kedua candi itu sebelumnya sempat ditutup untuk umum.
"Kami mengajukan surat pengajuan sejak diterapkan PPKM jilid dua dan setelah menanti dua Minggu, akhirnya diberi izin untuk kembali buka," katanya kepada TribunSolo.com pada Sabtu (20/2/2021).
Baca juga: Menikmati Keindahan Alam di Candi Cetho Karanganyar, Tiket Cuma Rp 10 Ribu per Orang
Baca juga: Viral Burung Jalak Tuntun Pendaki yang Tersesat di Gunung Lawu, Mitos Atau Fakta? Ini Kata Relawan
Izin itu sendiri diberikan secara resmi melalui surat sejak Jumat (19/2/2021).
Maka kabar baik bagi wisatawan, segera bisa menikmati sajian khas wisata sejarah di kedua candi sembari menghirup udara segar pegunungan.
"Kami langsung sosialisasi kepada masyarakat tidak hanya melalui surat resmi namun juga video ajakan untuk berkunjung ke candi kembali," ujarnya.
Dirinya berharap dengan dibukanya kedua candi itu, ekonomi masyarakat kembali bergeliat di sektor wisata.
"Kita yakin pandemi Covid-19 sudah mulai terkendali, oleh karena itu dari Kemendikbud sudah memberi izin," ungkapnya.
"Selama warga taat protokol kesehatan, pandemi Covid-19 dapat kita kendalikan dan ekonomi warga juga akan aman," imbuhnya.
Kini masih ada dua area wisata di bawah naungan Kemendikbud langsung yang masih belum dibuka, yaitu Arena Edukasi Intan Pari dan Ndayu Park.
"Nanti akan kita buka, pelan-pelan lewati prosesnya," jelasnya. (*)