Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Wonogiri Terbaru

Gregoria Mariska Tak Bawa Pulang Medali Olimpiade, Orang Tua : Tak Apa, yang Penting Prosesnya

Gregoria Mariska Tunjung merupakan salah satu atlet yang membawa panji merah putih di pagelaran Olimpiade Tokyo 2020.

TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti
Koleksi medali dan penghargaan yang disabet Gregoria saat dipajang di kediaman orang tua di Griya Cipta Laras, Bulusulur, Wonogiri. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Erlangga Bima Sakti

TRIBUNSOLO.COM, WONOGIRI - Gregoria Mariska Tunjung merupakan salah satu atlet yang membawa panji merah putih di pagelaran Olimpiade Tokyo 2020.

Menjadi andalan Indonesia, dia mewakili Indonesia pada cabang olahraga bulutangkis tunggal putri.

Keikutsertaanya pada ajang Olimpiade merupakan kali pertama disepanjang karir gemilangnya. Sayang, dirinya gagal mempersembahkan medali karena langkahnya terhenti di babak 16 besar dari wakil Thailand.

Baca juga: Sosok Gregoria Mariska Kata Orangtuanya di Wonogiri : Tak Gentar Lihat Lawan, Cuek & Rajin Evaluasi

Baca juga: Demi Gregoria Jadi Atlet Bulu Tangkis Asli Wonogiri,Ayahnya Rela Tutup Kios & Fokus Dampingi Latihan

Namun orang tua Jorji, sapaan akrabnya, mengaku bahwa anaknya sudah membanggakan. Mereka mengaku tidak menargetkan Jorji harus membawa pulang medali.

"Nggak ada target medali dari saya, yang penting main bagus, musuhnya kan sulit, sedunia soalnya," jelas Maryanto ayah Jorji pada Kamis (5/8/2021).

Mereka mengaku bahwa pengalaman Jorji masih kurang, jadi mereka berharap bahwa anaknya bisa bermain bagus dan mendapat pengalaman berharga.

Baca juga: Kantongi 2 Kemenangan, Gregoria Mariska Siap Tempur Lawan Siapapun di Fase Gugur Olimpiade Tokyo

"Yang penting performanya bagus, kalau main bagus tapi kalah nggak apa-apa, kalau menang tapi main jelek ya saya evaluasi," jelas Maryanto.

Maryanto mengatakan, bahwa sampai sekarang, sebelum dan sesudah pertandingan, Jorji selalu minta saran dan evaluasi kepadanya.

Salah satu yang selalu ditekankan Maryanto adalah jangan sampai menyepelekan lawan.

Baca juga: Bermula dari IG, Mikha Angelo Ungkap Kisah Cinta dengan Pebulutangkis Asal Wonogiri Gregoria Mariska

Ketika bermain jelek, Maryanto mengaku selalu memberikan evaluasi dan saran pada anaknya setelah pertandingan melalui video call.

Tak hanya itu, bahkan ketika Jorji pulang ke Wonogiri, Maryanto juga tetap melatih anaknya itu. Hal tersebut dilakukan agar skill dan fisik Jorji terus berkembang.

"Kalau pas pulang ya tetap saya ajak latihan, saya carikan lawan separing, biasanya di GOR sana," imbuhnya.

"Yang jelas kemarin sudah membanggakan kami sebagai orang tua, nggak perlu berkata pun pasti sudah tau kalau kami sangat bangga," pungkas Maryanto

Rajin Evaluasi 

Di balik kegigihan Gregoria Mariska Tunjung Cahyaningsih hingga sukses masuk ke Olimpiade Tokyo 2020 ternyata ada kisah tersendiri.

Dikenal memiliki permainan cantik di lapangan, Gregoria disebut juga selalu bermain tangguh menghadapi lawan-lawan meski levelnya berada di atasnya.

Namun siapa sangka, dibalik sikap pantang menyerah di lapangan, sosok Ria sapaan akrab di lingkungan keluarganya merupakan pribadi yang cuek.

Hal itu disampaikan oleh ibundanya, Fransiska Dwi Astuti saat ditemui di salah satu kediamannya untuk menerima tamu di Karang Talun, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri kepada TribunSolo.com, Kamis (5/8/2021) malam.

Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska, mengembalikan kok ke arah Mimi Sixomxeauane (Laos) pada laga perdana perorangan SEA Games 2017 yang digelar di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Sabtu (26/8/2017).
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska, mengembalikan kok ke arah Mimi Sixomxeauane (Laos) pada laga perdana perorangan SEA Games 2017 yang digelar di Axiata Arena, Kuala Lumpur, Sabtu (26/8/2017). (Badminiton Indonesia)

Baca juga: Kata Orangtua di Wonogiri, Lihat Anaknya Gregoria Mariska Libas Veteran Olimpiade : Bangga Banget

Baca juga: Demi Gregoria Jadi Atlet Bulu Tangkis Asli Wonogiri,Ayahnya Rela Tutup Kios & Fokus Dampingi Latihan

"Anaknya cuekan, ketika disuruh apa gitu bilangnya enggak, tapi ya tetap dilakukan, njengkelke (menggemaskan) banget," ungkapnya kepada TribunSolo.com.

Selain itu menurut dia, kecuekan Jorji dibuktikan selepas pertandingan.

Ketika kalah, Ria tidak berlarut-larut dalam kesedihan, pun ketika dirinya menang, dirayakan secukupnya setelah itu seperti tidak terjadi apa-apa.

"Kalau kalah ya nangis teleon saya, tapi nanti sebentar sudah dilupakan, lalu dievaluasi," sahut ayahnya Maryant.

Tak hanya cuek, dijelaskan sosok Ria juga merupakan anak yang supel dan mudah akrab.

Bahkan sampai sekarang, Ria masih berhubungan dekat dengan teman-teman sekolahnya sewaktu di Kabupayen Wonogiri.

"Dia termasuk pemberani dan bandel," aku dia.

Baca juga: Bermula dari IG, Mikha Angelo Ungkap Kisah Cinta dengan Pebulutangkis Asal Wonogiri Gregoria Mariska

Baca juga: Cerita di Balik Kemenangan Gregoria Mariska: Debut Olimpiade, Rasanya Panas Dingin karena Grogi

Disebutkan ketika mengikuti turnamen di Jambi saat masih belia, Ria yang juga sering dipanggil Jorji sempat hilang dan menjadi bahan carian pelatihnya.

Saat itu pelatih menghubunginya yang tidak tahu apa-apa.

Diketahui ternyata saat itu Jorji sedang berkeliling Kota Jambi menggunakan becak motor (bentor).

Akan tetapi saat hendak pergi, Jorji tidak berpamitan pada pelatihnya.

"Saat itu bikin panik, saya di rumah nggak tau apa-apa ditanya Jorji di mana," tutur dia.

"Ternyata pergi nggak pamitan, emang unik anaknya," jelas Dwi sambil tertawa lepas.

Jadi Perbincangan Dunia

Nama pebulutangkis asal Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung menjadi perbincangan dunia.

Bagaimana tidak, atlet yang baru berusia 22 tahun itu, menumbangkan pebulutangkis veteran tiga olimpiade asal Belgia Lianne Tan dengan dua game langsung di Tokyo 2020.

Bahkan dalam update The Badminton World Federation (BWF), pebulutangkis nomor tunggal putri itu kini di tangga 21 menyalip pebulutangkis Jerman, Yvonne Li di posisi 23.

Ternyata Gregoria asli Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Lantas bagaimana kisahnya?

Atlet kebanggan Indonesia Mariska Tunjung Cahyaningsih dan orangtua Maryanto dan Fransiska Dwi Astuti di Karang Talun, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri kepada TribunSolo.com, Kamis (5/8/2021) malam.
Atlet kebanggan Indonesia Mariska Tunjung Cahyaningsih dan orangtua Maryanto dan Fransiska Dwi Astuti di Karang Talun, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri kepada TribunSolo.com, Kamis (5/8/2021) malam. (TribunSolo.com/Erlangga Bima Sakti)

Pemilik nama lengkap Gregoria Mariska Tunjung Cahyaningsih merupakan anak tunggal dari pasangan Maryanto dan Fransiska Dwi Astuti.

Ria panggilan akrabnya, lahir di Wonogiri, 11 Agustus 1999 lalu.

Diungkapkan oleh Maryanto, anak semata wayangnya itu sebenarnya ridak memiliki darah keturunan atlet dalam keluarganya, tetapi bisa membuktikan cita-citanya.

"Ria menggemari badminton adalah ketika tahun 2004," aku dia di kediaman untuk menerima tamu di Karang Talun, Desa Pokoh Kidul, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri kepada TribunSolo.com, Kamis (5/8/2021) malam.

Baca juga: Hasil Pertandingan Badminton Tunggal Putri Olimpiade Tokyo 2020, Gregoria Alami Kekalahan

Baca juga: Babak 16 Badminton Olimpiade Tokyo 2020: Gregoria Mariska Hadapi Lawan Berat, Ratchanok Intanon

Ria yang saat itu masih berusia 5 tahun, ikut ayahnya menonton pagelaran Thomas Uber Cup 2004 di rumahnya di Griya Cipta Laras, Bulusulur, Kabupaten Wonogiri.

"Jadi setelah nonton Thomas Uber Cup di tv itu, sepertinya kok anaknya senang, langsung minta dibelikan raket, memang dari kecil Ria anaknya aktif gerak," jelasnya.

Kemudian raket itu digunakan untuk sekedar bermain-main dengan ayahnya setiap di halaman rumah.

Sampai suatu ketika, ada yang memberi kabar bahwa ada kursus badminton di Solo, didaftarkan lah Ria oleh ayahnya.

Ketika mengikuti kursus di Solo, Ria berlatih seminggu dua kali.

Selain kursus itu, Ria juga dilatih pamannya di Klaten, seminggu satu kali.

"Selama berlatih, Ria selalu saya antar dan temanin," aku dia.

Tak hanya itu, Ria yang makin hari terlihat menyukai badminton, membuat ayahnya menambah porsi latihan Ria.

Sampai rela disewakan gedung di daerah Bulusulur khusus untuk berlatih Ria sendiri, seminggu sebanyak tiga kali.

"Saya lihat cara latihannya sama pelatuh gimana, saya catat, buat mempertajam di rumah," imbuhnya.

Hal itu dilakukan karena orang tua Ria, demi mendukung penuh yang disukai putrinya agar bisa menguasai satu bidang yang digemari.

Sampai sewaktu Ria kelas 4 SD, dirinya didaftarkan seleksi di klub badminton Mutiara Cardinal di Bandung dan lolos.

"Namun, Ria yang masih kecil mengharuskan dirinya tetap berlatih di Solo, akan tetapi saat mengikuti turnamen Ria mewakili nama Mutiara Cardinal," jelasnya.

Muda Sudah Banyak Gelar

Baru ketika Ria kelas 5 SD, dirinya pindah ke Bandung untuk bergabung bersama klub yang dibelanya.

Sejak saat itu, dirinya sering mewakili klubnya mengikuti turnamen-turnamen di level junior.

"Beberapa gelar pun disabet dirinya di usia muda," kata ayahnya bangga.

Hingga ketika Ria berusia 15 tahun, dia menjuarai kejuaraan nasional yang membuat dirinya berhak bergabung dengan pelatnas badminton Indonesia di Cipayung, Jakarta Timur.

Baca juga: Kantongi 2 Kemenangan, Gregoria Mariska Siap Tempur Lawan Siapapun di Fase Gugur Olimpiade Tokyo

Baca juga: Cerita di Balik Kemenangan Gregoria Mariska: Debut Olimpiade, Rasanya Panas Dingin karena Grogi

"Ya sejak saat itu, Ria mengikuti berbagai ajang kejuaraan internasional yang membuat dirinya menjadi salah satu andalan badminton tunggal putri Indonesia," terang dia.

Terakhir kali, Ria membawa nama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Namun sayang, langkahnya harus terhenti di babak 16 besar.

Dukungan Orang Tua Berbuah Manis

Siapa sangka, dukungan penuh orang tua Ria terhadap kegemaran putrinya sejak kecil berbuah manis.

Bahkan orang tua Ria sendiri, mereka tidak menyangka anaknya akan menjadi salah satu atlet terbaik Indonesia.

"Nggak kepikiran sampai segini, dulu mikirnya yang penting Ria seneng, jadi pintar di satu bidang," jelas Dwi.

Baca juga: Bermula dari IG, Mikha Angelo Ungkap Kisah Cinta dengan Pebulutangkis Asal Wonogiri Gregoria Mariska

Selain mengantar pulang-pergi dari Wonogiri ke Solo dan Klaten tiap minggu untuk berlatih, juga menyewakan gedung khusus untuk Ria berlatih itu, Maryanto mengambil keputusan.

Bahkan harus menutup kios plastiknya di Pasar Ngadirojo, meningat orangtuanya memiliki kios plastik untuk kehidupan sehari-hari.

Namuun sebelum menikah, keduanya merupakan guru di yayasan Kanisius.

"Tujuannya agar bisa fokus melatih Ria," terang dia.

Hal tersebut disampaikan oleh Dwi, bahkan dirinya yang menyuruh suami untuk berhenti bekerja.

"Saya bilang ke Bapak untuk berhenti kerja, tak suruh fokus ngurusi Ria saja, nggak perlu juga ngurusin saya, biar saya aja yang kerja," kata Dwi sambil dengan nada bercanda. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved