Berita Boyolali Terbaru
Pendaki Gigit Jari, Malam 1 Suro Gunung Merbabu Ditutup, Termasuk Mereka yang Mau Melakukan Ritual
Gunung yang memiliki ketinggian 3.145 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Boyolali itu ditutup untuk pendakian, Senin (9/8/2021).
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM , BOYOLALI - Para pendaki yang biasanya memenuhi puncak Gunung Merbabu saat malam 1 Suro harus gigit jari.
Ya, gunung yang memiliki ketinggian 3.145 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Kabupaten Boyolali itu ditutup untuk pendakian, Senin (9/8/2021).
Kasubbag Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMB) Johan Setiawan, mengungkapkan pendaki tidak diperkenankan melakukan kegiatan nanti malam1 Suro.
Terlebih BPNGMB tidak menginginkan terjadi penularan Covid-19 karena sebelum ada pandemi, puncak dipenuhi pendaki saat malam 1 Suro.
Baca juga: Malam 1 Suro Kelabu Bagi Kakek Paiman, Biasa Dagangan Ludes, Kini Tak Ada yang Naik ke Gunung Lawu
Baca juga: Pembukaan Jalur Pendakian Gunung Lawu saat Malam 1 Suro Belum Bisa Dipastikan: Belum Ada Instruksi
"Masih ditutup untuk kegiatan pendakian," ungkapnya kepada TribunSolo.com.
Untuk diketahui, biasanya ada sebagian dari mereka yang mendaki saat malam 1 Suro untuk mengadakan perjalanan ritual menyambut bulan sakral dalam Jawa.
Dia membeberkan, sebelum adanya pandemi Covid-19, Gunung Merbabu selalu ramai terlebih saat malam 1 Suro dengan ribuan pendaki.
Pendakian gunung Merbabu ini melalui 5 jalur resmi Gunung Merbabu.
Yakni Jalur pendakian Via Selo. Basecamp pendakian ini berada di Dukuh Genting, Desa Tarubatang, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali.
Jalur Cunthel, yang masuk wilayah Dukuh Cunthel, Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Jalur Thekelan di Dukuh Thekelan, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Jalur jalur Suwanting, di Dukuh Suwanting, Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Jalur Wekas, di Dukuh Kedakan, Desa Kenalan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang.
Kepala BTNGMB Junita Parjanti menambahkan tidak hanya malam 1 Suro saja, gunung Merbabu ramai pendaki.
Gunung Merbabu juga dipadati pendaki saat hari Kemerdekaan RI 17 Agustus.
Nah khusus 17 Agustus nanti pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah
"Masih menunggu keputus11an pemerintah. Mengenai dibuka tidaknya jalur pendakian gunung Merbabu ini," jelasnya.
Baca juga: Masih Ada Burung Elang di Gunung Merbabu, Balai Taman Nasional Gunung Merbabu: Jumlahnya Tak Banyak
Baca juga: Nekat Naik Gunung Merbabu saat Jalur Ditutup, Muda-mudi Disanksi Tak Boleh Mendaki Selama 2 Tahun
Tak Kirab 1 Suro
Warga Kota Solo dan sekitarnya harus gigit jari tak bisa menyaksikan Kirab Pusaka dan arak-arakan Kebo Bule Kyai Slamet malam ini, Senin (9/8/2021).
Ya, tradisi tahunan yang biasanya ada saat menyambut malam 1 Suro itu ditiadakan karena masih terjadinya pandemi dan adanya PPKM Level 4.
Namun pihak internal tetap menggelar acara adat, berikut pengumumannya :
KARATON KASUNAN SURAKARTA HADINGRAT
DIBERITAHUKAN BAHWA DALAM MASA PANDEMI COVID-19 SERTA PEMBERLAKUKAN PPKM OLEH PEMERINTAH, MAKA HAJAD DALEM KIRAB PUSAKA MALAM 1 SURA TAHUN ALIP 1955 (9 AGUSTUS 2021) DITIADAKAN.
KARATON KASUNAN SURAKARTA HADINGRAT TETAP MENGGELAR UPACARA ADAT SESUAI DENGAN PROTOKOL KESEHATAN YANG BERLAKU
MUGI RAHAYU WILUJENG INGKANG SAMI PINANGGIH
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Dani Nur Adiningrat mengatakan, Keraton Solo juga tidak menggelar arak-arakan di jalanan seperti saat sebelum pandemi terjadi.
Di mana sebelumnya saat masih suasana normal, kirab diwarnai dengan arak-arakan kerbau Kiai Slamet dengan dibarengi pusaka-pusaka.
Tetapi menggelar Kirab 1 Suro secara internal dengan protokol kesehatan ketat.
"Kami menimbang angka Covid-19 yang masih tinggi, kami hanya membatasi untuk abdi dalem dan keluarga Kraton saja," jelas dia kepada TribunSolo.com.
Humas Pura Mangkunegaran, Joko Pramedyo pihaknya mengatakan, tidak membuka acara kirab untuk masyarakat yang seharusnya digelar hari ini.
"Karena pandemi Covid-19 yang belum mereda kami putuskan untuk meniadakan acara kirab budaya," katanya kepada TribunSolo.com.

Baca juga: Ini Roti Widoro, Oleh-oleh Legendaris Sukoharjo: Ada Sejak 1922, Resep Mantan Koki Keraton Solo
Baca juga: Viral Harimau Taman Satwa Taru Jurug Kurus, Gibran Minta Maaf, Ini Penjelasan Direktur TSTJ
"Kami khawatir bila menimbulkan kerumunan dan bisa menambahkan kasus baru," ujarnya.
Walaupun demikian, pihak Pura Mangkunegaran, tetap melaksanakan kirab satu suro namun hanya untuk internal saja.
"Kami tetap menggelar untuk internal dan dikerjakan secara khusus oleh orang-orang tertentu," ungkapnya.
Pada tahun sebelumnya hal serupa juga ditiadakan karena masih pandemi. (*)