Berita Klaten Terbaru
Kata BPBD Klaten soal Merapi yang Terus Erupsi, Minta Warga di KRB III Tak Lengah dan Tetap Waspada
BPBD Klaten meminta warga di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tidak lengah, mengingat akhir-akhir ini Merapi terus menggeliat.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - BPBD Klaten meminta warga di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III tidak lengah, mengingat akhir-akhir ini Merapi terus menggeliat.
Kepala Pelaksanaan BPBD Klaten, Sip Anwar mengatakan wilayah yang terdampak abu vulkanik hanya terjadi di Kabupaten Boyolali dan Magelang.
"Sampai saat ini abu vulkanik merapi turun di luar Kabupaten klaten," kata Sip Anwar kepada TribunSolo.com, Kamis (19/8/2021).
Lanjut, Sip Anwar mengatakan tetap meminta kepada Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat untuk tetap waspada terhadap kondisi Gunung Merapi.
Baca juga: Kagetnya Warga Solo, Dapat Bantuan Ambil di Mesin ATM, Bukannya Keluar Uang Tetapi Justru Beras
Baca juga: Meski Gunung Merapi Kian Bergemuruh, Pemkab Boyolali Sebut Belum Ada Perintah Mengungsikan Warganya
Kemudian dia menerangkan masyarakat di sekitar Gunung Merapi jangan termakan provokasi dan mencari informasi dari BPPTKG maupun dari pemerintah setempat.
"Meskipun wilayah Klaten di Merapi tidak terdampak, masyarakat tidak boleh lengah," ujar Sip Anwar.
Sip Anwar mengatakan masyarakat di lereng merapi selalu melakukan ronda malam untuk mengecek kondisi Merapi pada saat malam hari.
Ia mengaku sampai saat ini stok masker untuk masyarakat lereng Merapi masih banyak yaitu sekitar ratusan ribu masker.
"Stok masker aman ada ratusan ribu dan terdiri dari masker kain dan kesehatan," pungkasnya.
Viral di Medsos
Jagad medsos dihebohkan dengan aksi 'tengil' pria yang mendaki Merapi, padahal kini gunung tersebut terus mengeluarkan lava pijar dan awan panas.
Aksi nyeleneh itu direkam dan dishare di medsos yang diduga diambil di puncak Merapi.
Foto tersebut diunggah akun Instagram @merapi_uncover pada Senin (16/8/2021) itu memperlihatkan seorang pria berkacama dengan memakai masker hitam tengah berfoto.
Dia berlatar belakang gundukan pasir yang di atasnya merupakan Merapi.
Baca juga: Meski Gunung Merapi Kian Bergemuruh, Pemkab Boyolali Sebut Belum Ada Perintah Mengungsikan Warganya
Baca juga: Bendera Raksasa Dibentangkan di Tawangmangu, Sopir Ambulans, Pedagang hingga Tukang Ojek Beri Hormat
Dua foto di akun instagram itu dilengkapi dengan tulisan yang berbeda.
“Kemarin 15 Agustus 2021. Blas Ranek uwong. Nk puncak suarane gemurung..” tulisan dalam foto pertama.
Sedangkan dalam foto yang kedua, ada tulisan “Tik tok an di Cafe [X] Tik ton an di gunung lgi erupsi [√],” tulisnya.
Foto itupun mendapatkan komentar beragam dari pengguna instagram.
Di antaranya merasa bingung dengan fotonya yang diunggahnya itu.
“Padahal pendakian Merapi masih tutup, selain PPKM, status aktivitas Merapi juga siaga ataukan ini foto lama yg diedit?,” tulisnya.
Selain komentar tidak percaya dan menduga bahwa foto itu editan, ada juga komentar sinis berbau sindiran.
“Mungkin dia sudah bosan hidup,” tulis @rieanaeka.
“Kok ra nyemplung ning kawah sisan to mas ?? ah ra seru,” tambah @dputria05.
Foto tersebut telah disukai lebih dari 6.400 kali pengguna Instagram dan mendapatkan 166komentar.
Dikutip dari Kompas.com, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Taman Nasional Gunung Merapi Akhmadi mengatakan, latar foto pendaki tersebut berlokasi di Pasar Bubrah.
Namun, pihaknya belum bisa memastikan foto yang diunggah di medsos tersebut apakah asli atau bukan.
"Yang kami amati sesuai dengan pengamatan dari kondisi puncak, kemudian ada rumput-rumput serta bebatuan kami menilai perbandingan seperti itu diambil bukan pada saat sekarang," kata Akhmadi.
Baca juga: Evakuasi Warga Afghanistan Berujung Kacau, 7 Orang Tewas saat Berebut Naik Pesawat di Bandara Kabul
Baca juga: Merapi Muntahkan Dua Kali Awan Panas Pagi Ini, Desa Tlogolele Boyolali Diguyur Hujan Abu
"Ini kami baru konfirmasi dengan BPPTKG melalui pengamatan kamera CCTV. Kamera itu 24 jam apalagi kondisi cerah seperti itu pastinya akan tertangkap itu (pendaki). Tapi sekarang belum ada laporan itu," kata dia.
Dengan hal tersebut dapat disimpulkan, jika gambar itu diambil bukan pada saat sekarang.
Sebab, pihaknya telah melakukan antisipasi untuk mencegah pendakian Merapi. terutama setiap momentum 17 Agustus, Sura dan Tahun Baru atau musim yang dimungkinkan ada kegiatan pendaki.
Pihaknya juga terus melakukan Patroli dengan Muspika di jalur pendakian baik Selo di Kabupaten Boyolali, Sapuangin di Kabupaten Klaten, maupun Cangkringan di Kabupaten Sleman yang sudah lama ditutup.
"Itu sudah kita antisipasi patroli intensif sejak tanggal 9, 10, 11 Agustus 2021. Kemudian patroli rutin dilanjutkan mulai kemarin sampai dengan pasca 17 Agustus," kata Akhmadi.
Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan polisi kehutanan yang ada di setiap jalur pendakian Gunung Merapi untuk melaporkan apabila ada pendaki yang melakukan pendakian Gunung Merapi melalui jalur tikus.
Komentar Pemkab
Akhir-akhir ini aktivitas Gunung Merapi kian meningkat di antaranya mengeluarkan awan panas.
Bahkan, belakangan guyuran abu Merapi juga sudah dua kali mengguyur kawasan permukiman di bawah kaki gunung yang berada di wilayah Jateng dan DIY ini.
Meski begitu, namun sampai saat ini belum ada instruksi untuk mengungsikan warga yang terdampak erupsi Merapi ini.
Sekretaris Daerah (Sekda) Boyolali Masruri, mengatakan belum ada instruksi dari BPPTKG untuk mengungsikan warga Boyolali.
Baca juga: Prediksi Siapa Raja Mangkunegaran, Jatuh ke GPH Paundra atau GPH Bhre? Begini Kata Pakar Budaya UNS
Baca juga: Perjuangan Penambang Tradisional di Kali Apu Boyolali, Tetap Kerja Walau Status Merapi Siaga
“Pengungsian (warga) belum, kita mengikuti (arahan) dari BPPTKG, kalau suruh mengungsi ya kita mengungsi,” ucap Masruri.
Hujan abu yang mengguyur sejumlah wilayah di Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali pagi tadi cukup tebal.
Jalanan desa pun tertutup abu vulkanik dan berwarna keputihan.
Dampaknya, jalanan menjadi licin.
Selain itu material abu vulkanik yang berterbangan juga dikhawatirkan bisa menyebabkan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA).
Untuk mengantisipasi hal ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali melakukan penyemprotan dan jalan-jalan yang dipenuhi abu merapi.
Selain itu, Pemerintah Kabupaten Boyolali juga melakukan droping masker sebanyak 10.000 ke Selo.
“Hari ini sudah kita drop masker 10.000 kepada warga. Dan kita gerakkan BPBD untuk membersihkan jalan supaya tidak ada abu (vulkanik) yang bertebaran, supaya tidak ada ISPA,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga meminta warga yang bermukim di lereng Gunung Merapi untuk meningkatkan kewaspadaan.
Hal ini karena aktivitas Gunung Merapi meningkat akhir-akhir ini, terutama aktivitas awan panas guguran.
Baca juga: Merapi Muntahkan Dua Kali Awan Panas Pagi Ini, Desa Tlogolele Boyolali Diguyur Hujan Abu
Baca juga: Cerita Warga Boyolali di Radius 3 Km dari Puncak Merapi: Sering Dengar Gemuruh dan Rasakan Getaran
Bahkan, wilayah Desa Tlogolele sejak Minggu (8/8/2021) lalu, sudah beberapa kali terkena hujan abu dampak erupsi Gunung Merapi.
“Kita harus waspada,” ujar Masruri.
Warga Akui Sudah Terbiasa
Selain terdampak guyuran hujan abu vulkanik Merapi, warga yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) 3 Merapi juga kerap mendengar suara gemuruh dan merasakan getaran dari puncak Merapi.
Sutar (66) warga Dukuh Ngadirojo, Desa Stabelan, Kecamatan Selo merasakan getaran dan mendengar suara gemuruh dari puncak Merapi, Senin pagi (16/8/2021).
Dia yang tinggal di KRB 3 sudah cukup terbiasa dengan fenomena tersebut.
Baca juga: Cerita Warga Boyolali di Radius 3 Km dari Puncak Merapi: Sering Dengar Gemuruh dan Rasakan Getaran
Baca juga: Merapi Semburkan Lava Pijar & Awan Panas, Boyolali & Klaten Aman, Magelang Kembali Diguyur Hujan Abu
"Ya tidak panik lah. Hampir setiap hari setiap ada luncuran awan kami selalu mendengarnya," ujarnya.
Dia pun masih cukup tenang dengan kondisi ini. Hanya saja, dia selalu waspada dengan kemungkinan yang akan terjadi.
"Alhamdulillah kami masih aman dan dari Pemerintah belum ada imbauan untuk mengungsi," ujarnya.
Baca juga: Gunung Merapi Muntahkan Awan Panas, Magelang Dilanda Hujan Abu
Sekretaris Desa ( Sekdes) Tlogolele, Neigen Actah Edi Nur Saputra mengatakan hal senada.
Warga yang berada di KRB 3 mendengar dan merasakan getaran dari Awan Panas guguran (APG).
"Warga kami belum ada instruksi untuk mengungsi. Sementara ini masih aman," pungkasnya.
Hujan Abu
Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali diguyur hujan abu pagi ini, Senin (16/8/2021).
Aktivitas masyarakat sekitar masih seperti biasa.
Sekretaris Desa ( Sekdes) Tlogolele, Neigen Actah Edi Nur Saputra mengungkapkan, wilayah Desa Tlogolele saat ini terjadi hujan abu.
"Cukup tebal. Atap-atap rumah warga terlihat putih," ujarnya.
Baca juga: Cerita Warga Boyolali di Radius 3 Km dari Puncak Merapi: Sering Dengar Gemuruh dan Rasakan Getaran
Seperti diketahui, hujan abu terjadi di wilayah Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Senin (16/8/2021).
Hujan abu ini terjadi setelah gunung Merapi kembali meluncurkan dua kali Awan Panas Guguran (APG).
Muntahan APG pertama terjadi pada pukul 05.36 WIB. Di seismogram, amplitudo APG ini tercatat 49 mm dengan durasi 165 detik.
Baca juga: Cerita Warga Boyolali di Radius 3 Km dari Puncak Merapi: Sering Dengar Gemuruh dan Rasakan Getaran
Baca juga: Sedekah Gunung Merapi Malam 1 Suro di Boyolali, Tahun Ini Digelar Lebih Sederhana: Prihatin Corona
Jarak luncuran material mencapai maksimal 2 kilometer mengarah ke barat daya.
Tidak berselang lama kemudian, merapi kembali menuntaskan APG lagi pukul 05.53 WIB.
Erupasi kedua ini lebih besar lagi. Durasinya tercatat 289 detik dan amplitudo 66 mm.
Baca juga: Viral Video Gunung Merapi Muntahkan Awan Panas, Penambang Pasir Nampak Santai
Luncuran material juga lebih panjang, mencapai 3,5 kilometer ke arah barat daya.
Selain itu, tinggi kolom mencapai 600 meter dari puncak.
Suara Gemuruh
Warga Desa Tlogolele, Selo, Boyolali mendengar suara gemuruh sebelum melihat hujan abu turun di wilayah mereka.
Mereka tidak khawatir sebab Merapi sudah beberapa kali erupsi
Paimun (40) warga Tlogomulyo mengatakan, mendengar suara gemuruh tersebut sebelum turun hujan abu.
Baca juga: Merapi Muntahkan Awan Panas Hari Ini, Desa Tlogolele Boyolali Diguyur Hujan Abu
Hujan abu tersebut mulai turun sekitar pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB pada Minggu (8/8/2021).
"Tadi pagi sekitar jam 6 turun hujan abu setelah ada gemuruh, tapi hujannya sedikit, paling abunya cuma terbawa angin," Ujar Paimun.
Walau dengan intensitas rendah, hujan abu tersebut mampu menutupi sejumlah genteng rumah warga, ruas jalan hingga tanaman di perkebunan.
Meski demikian, aktivitas warga yang terdampak hujan abu tidak terganggu. Menurut pantauan TribunSolo.com, sejumlah warga tetap menjalankan aktivitas secara normal.
Hal tersebut lantaran dalam seminggu terakhir, Gunung Merapi sudah mengalami erupsi sebanyak 7 kali. Sehingga warga sudah biasa dengan keadaan ini.
Sementara itu, pantauan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) selama beberapa jam terakhir, terhitung sebanyak 4 kali Gunung Merapi mengeluarkan awan panasnya.
Dikutip dari laman twitter @BPPTKG, rangkaian awan panas tersebut muncul selama empat kali, pertama kali muncul pada pukul 04.58 WIB, hingga terakhir pukul 08.32 WIB pada hari Minggu (8/8/2021) dengan kekuatan yang berbeda-beda.
Baca juga: Gunung Merapi Muntahkan Awan Panas, Magelang Dilanda Hujan Abu
Baca juga: Berkali-kali Merapi Keluarkan Awan Panas, Warga di Lereng Santai, Tetap Petik Tembakau & Cari Rumput
Akibat dari luncuran awan panas tersebut, sejumlah pemukiman yang berada di kaki Gunung Merapi pun terkena imbasnya.
Salah satunya di Dusun Tlogomulyo RT 4 RW 2, Desa Tlogolele, Selo, Boyolali.
Disana terjadi turun hujan abu dengan intensitas rendah.
Baca juga: Viral Pemuda Pamer Bisa ke Pasar Bubrah Merapi saat Status Siaga III, Begini Reaksi TNGM
Baca juga: Geger Cahaya dari Langit di Merapi, Pertanda Apa Bagi Kepercayaan Jawa Kuno, Ini Kata Pakar Budaya
Kepala BPBD Boyolali, Bambang Sinung menjelaskan, bahwa sampai saat ini belum ada instruksi untuk mengevakuasi warga yang berada di kaki Gunung Merapi.
"Belum ada, sampai saat ini kondisi masih aman, memang saat ini sering terjadi seperti itu," jelas Bambang.
Bambang menjelaskan, bahwa sampai saat ini belum ada laporan tentang kerusakan yang terjadi dikarenakan kekuatan luncuran yang tidak besar. (*)