Berita Klaten Terbaru
Geger Bangunan di Bawah Tanah yang Ditemukan di Klaten, Saluran Air Kuno atau Terowongan Misterius?
Warga digemparkan dengan penemuan tak sengaja saluran air kuno yang diduga ada sejak zaman Belanda.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Warga digemparkan dengan penemuan tak sengaja saluran air kuno yang diduga ada sejak zaman Belanda.
Saluran air menyerupai terowongan bawah tanah dengan bangunan batu bata berukuran berdiameter sekitar 1 meter lebih itu memunculkan misteri.
Penemuan terjadi di lahan milik Desa Sabranglor, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten.
Pj Kepala Desa Sabranglor Budi Andriyanto mengatakan saluran air tersebut ditemukan Jum'at (27/8/2021).
"Awalnya, kami mulai melakukan relokasi lalu Jum'atnya, kami menemukan ini ," kata Budi kepada TribunSolo.com, Rabu, (1/9/2021).
Baca juga: Akhir Cerita Persembunyian Pembegal Kakek Ojol di Sukoharjo : Dikira Aman, Ternyata Tertangkap Juga
Baca juga: Heboh di Pedan Klaten : Dikira Rampok, Ternyata Hanya Maling yang Curi 2 Gas Elpiji 3 Kg di Warung
Budi mengaku awalnya akan melakukan relokasi pada embung di kawasan tersebut, karena akan dibangun area pemancingan dan kuliner.
Tetapi saat melakukan penggalian ada bangunan bak saluran air.
Biasanya kalau sumur berlobang ke bawah atau dasar tanah, tetapi kalau saluran itu memanjang bak terowongan.
"Awalnya dia mengira ini saluran air biasa, kemudian kami bertanya ke sesepuh desa dan sesepuh bilang saluran ini diduga terhubung dengan wilayah desa lain," ujar Budi.
Dia menjelaskan pada saat itu, ada pihak yang ingin penemuan tersebut ditutup, ada juga yang meminta temuan tersebut ditelusuri.
Pada akhirnya pihaknya memutuskan penelusuran temuan tersebut tetap dilanjutkan.
"Pada hari Sabtu, pengerjaan dihentikan sementara dan fokus ke penggalian temuan tersebut," tutur Budi.
Ia menduga bangunan ini sudah ada sejak lama sebelum kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada zaman kolonial belanda.
Lanjut, ia mengatakan tinggi temuannya tersebut diperkirakan lebih dari 2 meter.
"Selain itu, kami sudah melaporkan temuan tersebut ke Dinas Pariwisata Pemuda Olaharaga dan Kebudayaan, dan sedang menunggu respon dari Pemkab," pungkasnya.
Sumur Raksasa
Ukuran sumur pada umumnya yang ada di tengah-tengah warga hanya berdiameter 1-2 meter dengan kedalaman 10-an meter.
Namun di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, ada sumur tak biasa sehingga dikenal 'sumur raksasa' karena saking besarnya.
Tidak main-main, sumur yang bentuknya cukup unik memiliki diameter 15 meter dan diperkirakan kedalaman mencapai 15 meter.
Baca juga: Di Klaten, Ada Sumur Raksasa Peninggalan Belanda, Hubungkan Rawa Jombor dengan Irigasi Pertanian
Baca juga: Polisi Ungkap, Keluarga Tolak Otopsi Balita yang Tewas Tercebur Sumur di Jebres Solo, Ini Alasannya
Lantas sumur apakah yang dimaksud?
Sumur yang berada di tengah alas tersebut berada di Desa Jotangan dan Krakitan.
Kades Jotangan, Sumarna mengungkapkan, sumur tersebut ada sejak era Kolonial Belanda yang berada di Bukit Pegat.
Dikatakan ada empat titik lokasi, 3 sumur berada di Desa Jotangan dan 1 sumur di Krakitan.
"Di dalamnya ada aliran air, seperti sungai bawah tanah," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Jumat (23/4/2021).
Sumarna mengatakan, dirinya tidak mengetahui sejarah rinci dari keberadaan sumur tersebut.
"Ini sudah ada lama sejak zaman Belanda," ucap dia.
Hanya saja lanjut dia sejumlah sumur tersebut menghubungkan antara Rawa Jombor hingga irigasi pertanian di Cawas.
"Makanya ada aliran airnya, jadi tidak diambil dengan cara mengerek seperti sumur pada umumnya," aku dia.
Dia menambahkan, aliran sungai bawah tanah di sumur tersebut mengarah ke Desa Talang, Desa Kebon Kecamatan Bayat hingga Kecamatan Cawas.
"Digunakan untuk irigasi pertanian warga," jelasnya.
Lokasi sumur tersebut berada di pekarangan milik warga sehingga pemerintah desa tidak bisa berbuat banyak.
"Kami tidak bisa kucurkan anggaran desa ke lahan bukan milik desa," pungkasnya.
Harapan warga
Warga Desa Jotangan menginginkan lokasi sumur tua raksasa bisa dijadikan objek wisata baru.
Meskipun begitu, keinginan warga setempat terpaksa ditunda karena dana untuk mempercantik lokasi tersebut belum ada.
Kades Jotangan Sumarna mengatakan pada awalnya, warga setempat sudah punya keinginan lokasi tersebut dijadikan objek wisata tahun 2019.
"Awalnya di dua tahun lalu ada gagasan dari warga kami untuk jadikan lokasi sumur tua itu objek wisata, namun berhenti dan di tahun ini, gagasan itu muncul kembali," kata dia.
Kemudian menuturkan, sumur tersebut pernah dibersihkan serta dipercantik bersama warganya sekitar 1,5 bulan yang lalu.
Baca juga: Update Klaster Piknik di Ampel Boyolali : 1 Orang Pembawa Virus Meninggal, Kampung Masih Lockdown
Baca juga: 4 Fakta Awak KRI Nanggala-402 Asal Sragen : Keluarga Doa Bersama,Sertu Bambang Sosok Prajurit Sejati
Namun, kegiatan itu terhenti, karena pihaknya masih berfokus pada penanganan Covid-19.
"Selain itu, sumur tersebut berada di perkarangan milik warga setempat, sehingga kami tidak bisa kucurkan anggaran desa ke lahan bukan milik desa," akunya.
Terpisah, Plt Camat Bayat, Supardiyono mengatakan masyarakat setempat sangat bersemangat mengembangkan lokasi tersebut menjadi objek wisata.
"Masyarakat setempat sebetulnya berniat bahkan semangat untuk kembangkan ini (lokasi sumur tua) menjadi objek wisata," tuturnya.
Supardiyono mengatakan masyarakat siap mendukung mempromosikan pontensi kuliner di Desa Jotangan.
Meskipun begitu, ia mengungkapkan kendala yang dialami masyarakat yaitu, masalah dana.
" Kedala masyarakat yaitu dana untuk mempercantik spot-spot yang bisa dijadikan unik dan daya tarik dibanding objek wisata lain," pungkasnya. (*)
