Berita Boyolali Terbaru
Di Ngasem Kawasan Banyudono Boyolali, Tol Solo-Ngawi dengan Tol Solo-Jogja Dipastikan Tersambung
Proyek fisik pembangunan jalan Tol Solo-Jogja-Kulonprogo dimulai dari kawasan exit tol Ngasem Colomadu, Kabupaten Karanganyar.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo
TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Proyek fisik pembangunan jalan Tol Solo-Jogja-Kulonprogo dimulai dari kawasan exit tol Ngasem Colomadu, Kabupaten Karanganyar.
Tepatnya di Kecamatan Banyudono, Jalan Raya Solo-Semarang.
Di lokasi tersebut disebut akan menyambungkan Tol Solo-Ngawi dengan Tol Solo-Jogja.
Direktur Teknik PT Jogja-Solo Marga Makmur (JMM), Pristi Wahyono, mengatakan pembangunan jalan tol ini dimulai secara bertahap mulai dari Kartasura yang menyambung langsung Tol Semarang-Solo.
Dengan begitu, pengoperasian jalan tol ini tak perlu nunggu pembangunannya selesai 100 persen.
Baca juga: Minat Vaksin di ATMI Solo Mbludak, Jatah 4 Ribu Dosis Pendaftarnya 9 Ribu
Baca juga: Warga Dapat Rp 2,4 Miliar Kompensasi Tol Yogya, Dulu Bingung Bayar Kuliah Anak, Kini Borong 3 Mobil
"Misalnya ada 90 kilometer tidak harus nunggu selesai semuanya dulu. Ini sedikit (sampai Klaten) dioperasionalkan, nanti nyambung lagi," terangnya.
"Dari semarang, langsung bisa sampai Klaten, yang (dari) Jogja masih kerja. Jadi pengoprasian secara bertahap," jelas dia.
Di Banyudono, tampak pembangunan over pass untuk menopang bentangan jalan tol yang melayang di atas jalan nasional Solo-Semarang.
Pembuatan abutmen ini dimulai dari sisi selatan atau di wilayah Kecamatan Banyudono.
Selain itu, pembangunan Tol Solo-Jogja-Kulonprogo ini juga dimulai dengan penimbunan tanah padas dan tanah keras juga dimulai di Barat Mapolsek Banyudono.
Nantinya, akses keluar masuk tol Solo-Jogja-Kulonprogo dan Solo-Semarang-Kertosono ada di sana.
"Nanti tersambung," aku dia.
Daftar Exit Tol
Sejumlah exit tol dan rest area akan menghiasi Jalan Tol Solo-Jogja yang masuk wilayah Kabupaten Klaten.
Direktur Teknik PT Jogja-Solo Marga Makmur (JSMM) Pristi Wahyono mengatakan wacana rest area berdasarkan hasil diskusi dan arahan dari Pemkab Klaten.
"Kami sepakat dengan alternatif yang menjadi pilihan dari Pemda, namun kami meminta waktu untuk konsultasi dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)," kata dia kepada TribunSolo.com, Kamis (2/9/2021).
Pristi melanjutkan, pihaknya juga akan beruding dengan timnya yang sudah berjuang sebagaimana perencanaan tersebut berjalan secara baik.
Baca juga: Reaksi Dinas Pendidikan Boyolali, Ada Kasus Sekolah Dirusak Menjelang Pembelajaran Tatap Muka
Baca juga: Daftar Exit Tol Solo-Jogja yang Berada di Klaten : Dibangun dari Kecamatan Ceper hingga Manisrenggo
Ia mengaku usul terkait rest area tersebut belum pernah terjadi di mana saja.
"Pengajuan rest area ini belum pernah terjadi, di manapun, dan nanti kami akan laporkan ke BPJT," ucap dia.
Lanjut, ia mengatakan lokasi di mana rest area dibangun yaitu, di Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten.
Dia menyebutkan total luas rest area tersebut sekitar 8 hektar.
"Dalam pengajuan dari Pemkab Klaten, rest area disana akan terpotong jalan kabupaten, masing-masing 1,5 hektar di utara dan 6,5 hektar di selatan," ujar Pristi.
Dia menambahkan, sebelum ditetapkan wacana tersebut, ada 3 wacana lainnya yang muncul dalam pertemuan tersebut.
Opsi-opsi tersebut salah satunya rest area dipindahkan, dan tidak membeli dan memakai lahan yang kecil di sana.
"Namun opsi yang terakhir, nanti akan menjadi masalah, karena lahan itu sudah masuk penentuan lokasi, dan masyarakat juga berharap," terang
Daftar Exit Tol di Klaten
Pengerjaan fisik proyek jalan Tol Solo-Jogja sudah dimulai.
Direktur Teknik PT Jogja-Solo Marga Makmur (JMM) Pristi Wahyono mengatakan, pengerjaan proyek strategis nasional (PSN) ini dimulai dari dari timur dahulu.
"Pembangunan ini dimulai sesuai arahan BPJT, yaitu membangun dari pintu keluar dulu (Kartasura)," kata dia kepada TribunSolo.com, Kamis (2/9/2021).
Pristi mengatakan pengerjaan ini akan dilakukan secara bertahap.
Ia menuturkan total panjang tol yang melintasi Kabupaten Klaten sekitar 28 kilometer.
"Selain itu, di Kabupaten Klaten akan ada 3 tempat yang akan exit tol yaitu di Kecamatan Ceper, Ngawen, dan Manisrenggo dan 1 rest area di Desa Manjungan, Ngawen," ucap dia.
Baca juga: Pegawai KPI Mengaku Korban Pelecehan Seksual: Terduga Pelaku Masih Aktif Bekerja, Belum Ada Sanksi
Baca juga: Atlet Terbang Layang Jateng Berlaga ke PON XX Papua, Diminta Serius dan Memenangkan Kejuaraan
Ia menyebutkan jarak dari exit tol Kartasura sampai exit tol Kuncen Ceper sejauh 13 kilometer.
Kemudian dari exit tol Kuncen, Ceper sampai exit tol Ngawen sejauh 9 kilometer dan exit tol Ngawen sampai exit tol Prambanan sejauh 9 kilometer.
Pemerintah Buka Suara
Badan Pertanahan Nasional (BPN) buka suara terkait demo warga Kabupaten Klaten yang protes ganti rugi Tol Solo-Jogja tak layak.
Kepala Seksi (Kasi) Pengadaan Tanah BPN Klaten, Sulistiyono mengatakan sampai saat ini progres pelaksanaan pembebasan lahan Tol Solo-Jogja baru sampai Klaten bagian timur.
"Kita belum sampai ke sana (Klaten bagian barat) yang artinya pengumuman dan musyawarah juga belum dilakukan di sana," kata dia kepada TribunSolo.com, Rabu (25/8/2021).
Sulistiyono menjamin pemerintah tak bakal membuat masyarakat yang terdampak Tol Solo-Jogja menjadi sengsara.
Baca juga: Pendukung Jokowi di Klaten Demo, Protes Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Tak Layak : Hargailah Tanah Kami
Baca juga: Warga Karanganom Ramai-ramai Jadi Miliarder, Terima Uang Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Rp 63 Miliar
Ia mencontohkan pembayaran lahan pertanian di wilayah Klaten bagian timur yang sebelum proyek Tol Solo-Jogja itu dihitung Rp 300 ribu hingga Rp 400 ribu per patok saja.
"Kalau saat ini, masyarakat bisa mendapatkan ganti rugi mulai Rp 600 ribu hingga capai Rp 1,5 juta," ujarnya.
"Alhamdulillah, sampai saat ini belum ada masyarakat yang mengajukan keberatan ke tingkat pengadilan," imbuhnya.
Jeritan Warga Klaten
Warga yang mengatasnamakan pendukung Joko Widodo (Jokowi) menggelar demo, Selasa (24/8/2021) sore.
Mereka yang merupakan warga terdampak proyek Tol Solo-Jogja itu menggelar demo di RT 05 RW 02, Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten.
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, pendemo memasang berbagai poster di antaranya bergambar foto Jokowi.
Tak lupa menuliskan 'Paguyuban Masyarakat Pendukung Jokowi Tedampak Tol Solo-Jogja : Kami Mendukung Terlaksananya Proyek Jalan Tol, Tapi Hargailah Tanah, Tanaman dan Bangunan Kami, Sepantasnya. Merdeka!!'

Baca juga: Warga Karanganom Ramai-ramai Jadi Miliarder, Terima Uang Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Capai 63 Miliar
Bahkan warga sempat berorasi di gapura pintu masuk kampung sembari membawa poster dari kertas bertuliskan spidol berwarna.
Dalam poster tersebut tertulis berbagai ungkapan dan keluh kesah warga yang terdampak Tol Solo-Jogja.
Di antaranya 'Pak Jokowi Tulung Kulo Pendukungmu Kulo Nyuwun Ganti Rugi Tinggi (Pak Jokowi Tolong Saya Pendukungmu Saya Minta Ganti Rugi Tinggi)'.
Selain itu, ada poster berwarna hijau yang berisi 'Ojo dumeh yen kowe dadi aku mesti nesu (jangan semena-mena jika kamu jadi aku pasti marah)'.
Koordinator Warga Joton, Budiyono, mengatakan aksi sebagai protes karena ganti rugi Jalan Tol Solo-Jogja yang dinilai merugikan masyarakat.
"Kami warga yang terdampak menginginkan harga yang bisa kita membeli tanah kembali, agar ini bisa melanjutkan hidup kami lebih baik," ucao kepada TribunSolo.com.
Budiyono mengaku wilayah Desa Joton merupakan yang paling banyak terdampak proyek Tol Solo-Jogja.
Ia menyebut ada lebih 10 hektar lahan yang terdampak PSN Tol Solo-Jogja.
"Di sini merupakan tenpat pesimpangan exit tol, di sini juga paling banyak rumah, yaitu sekitar lebih dari 100 rumah," ujar dia.
Kemudian, dia berharap aksinya tersebut bisa didengar oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo yang merupakan sosok yang didukungnya.
"Kita mendukung proyek nasional ini, tapi paling tidak kami menerima ganti rugi yang layak," imbuhnya.
Terima Rp 63 Miliar
Puluhan warga di Desa Kadirejo dan Jungkare, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten menjadi miliarder, Selasa (24/8/2021).
Tak tanggung-tanggung, uang diterima mereka mencapai 63,9 miliar.
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, penyerahan UGR dilakukan di Grha Srikandi, Desa Kadirejo.
Mereka tampak berseri-seri saat mengambil uang ganti rugi tersebut secara simbolik.
Kepala Seksi (Kasi) Pengadaan Tanah BPN Klaten, Sulistiyono menyebutkan ada 80 bidang tanah yang telah dilakukan penyerahan UGR Jalan Tol Solo-Jogja.
Baca juga: Sempat Tertunda 2 Tahun, Tukar Guling Tanah Tergerus Tol Solo-Ngawi di Gondangrejo Akhirnya Diproses
Baca juga: Dikira Tidur, Ternyata Sopir Truk Meninggal di Jalan Tol Sragen: Sempat Mengeluh Sesak Napas
"Hari jni ada 80 bidang di dua Desa yang terdampak Tol Solo-Jogja yang menerima UGR hari ini," kata dia kepada TribunSolo.com.
Sulistiyono menyebutkan ada 80 bidang tersebut terdiri dari 73 bidang di Desa Kadirejo, sedangkan di Desa Jungkare ada 7 bidang.
"Masing-masing UGR yang dikucurkan Rp 55 miliar untuk 73 bidang di Desa Kadirejo, dan Rp 8,9 miliar untuk 7 bidang di Desa Jungkare," ujar Sulistiyono.
Lanjut, ia mengatakan dalam penyerahan UGR kepada pemilik bidang tanah Desa Kadirejo, dibagi dua sesi.
Ia menyebutkan sesi yang pertama 40 orang dan sesi kedua 33 orang.
"Kami bagi menjadi 2 kloter sebagai langkah kami untuk menerapkan prokes," ujarnya.
Dibagi Anak-anaknya
Terlihat masyarakat telah duduk di kursi yang disediakan.
Mereka duduk untuk menunggu namanya dipanggil.
Setelah dipanggil, mereka diminta mengisi formulir yang sudah disediakan.
Setelah mengurus semua administrasi, mereka diminta difoto dengan plakat sebagai simbolisasi penerima UGR.
Kemudian, mereka diarahkan ke pihak Bank untuk dibuatkan rekening bank baru.
Sementara itu, Kusdiyono (58), warga Desa Tarubasan yang memiliki tanah di Desa Kadirejo mengaku memiliki lahannya yang terdampak yaitu sekitar 1158 meter persegi.
Baca juga: Pandemi Bikin Ibu Hamil di Boyolali Membludak Capai 3 Ribu Orang, Sampai Jumlah Vaksin Tak Cukup
Baca juga: Jadi Miliarder, Pria Klaten Ini Terima Ganti Rugi Tol Solo-Jogja Rp 4 M Lebih, Ogah untuk Foya-foya
"Lahan saya yang terdampak sekitar seribu meter," kata dia.
Lanjut, Kusdi merasa ganti rugi yang ia terima dirasa masih rugi.
Meski begitu, dia tetap bersyukur dengan UGR yang ia terima.
"Kita tetap syukuri, meski kami merasa ganti rugi tersebut kami merasa masih rugi," ujarnya.
"UGR ini saya bagi-bagi ke ketiga anak saya agar digunakan mereka sebaik-sebaiknya," pungkasnya. (*)