Berita Sukoharjo Terbaru
Petani Protes Dam Colo Ditutup Bulan Depan, Dinas Pertanian Sukoharjo: Cari Potensi Sumber Air Lain
Penutupan pintu air di Dam Colo yang ada di Desa Pengkol, Kecamatan Nguter, Kabupaten Sukoharjo akan dilakukan bulam depan.
Penulis: Agil Trisetiawan | Editor: Ryantono Puji Santoso
Penutupan dilakukan selama 30 hari, dan baru akan dibuka kembali pada 10 November 2021.
Baca juga: Berkah Porang, Petani Milenial di Wonogiri Bisa Buka Lapangan Pekerjaan untuk Warga Sekitar
Baca juga: Belajar dari Petani Sukoharjo, Kendalikan Hama Tikus dengan Burung Hantu Jenis Tyto Alba
Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Jigong Sarjanto mengatakan, rapat bersama Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), dan Jasa Tirta merupakan rapat yang sia-sia.
"Pada awal Agustus lalu, kami dapat kabar kalau ada penggelontoran (pembuangan) air dari Waduk Gajuh Mungkur (WGM) ke Bengawan Solo," katanya, Jumat (10/9/2021).
"Tapi yang kita sayangkan, itu tidak koordinasi dengan petani," ujarnya.
Baca juga: Petani Tembakau Selo Boyolali Merugi, Tembakau Siap Panen Terdampak Hujan Abu: Laku Murah
Kepala Desa (Kades) Pranan, Polokarto itu menuturkan, dari pengamatannya, tidak ada rehap di saluran irigasi.
Sehingga air bisa digunakan petani untuk Masa Tanam (MT) III.
"MT III di Colo Timur baru dimulai pada Agustus dan September, sehingga di bulan Oktober masih butuh banyak air," ujarnya.
"Tapi kok air dibuang habis-habisan, itu yang kita sayangkan," imbuhnya.
Baca juga: Dampak Hujan Abu Merapi, Petani di Desa Tlogolele Boyolali Terpaksa Tunda Panen
Pada rapat tanggal 2 September kemarin, air di WGM sudah habis. Sehingga rapat dinilai tidak ada manfaatnya bagi petani.
Perwakilan P3A memutuskan untuk walk out.
Namun, dari hasil rapat itu memberikan keputusan jika penutupan Dam Colo mundur selama 10 hari.
Sehingga Sarjanto khawatir, lahan pertanian MT III di Dam Colo Timur akan puso jika tidak mendapatkan air.
"Kalau tidak ada hujan, atau pertolongan air, 15 ribu hektare lahan pertanian hingga di Sragen akam puso," pungkasnya. (*)