Berita Solo Terbaru
Polisi Amankan 50 Orang Suporter Persis Solo Jelang Laga Derby Mataram: Konvoi di Jalan
Anggota Polresta Solo mengamankan 50 suporter Persis Solo jelang laga Derby Mataram antara Persis Solo Vs PSIM Yogyakarta, Selasa (12/10/2021) sore.
Penulis: Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Ryantono Puji Santoso
Ya, Persis Solo dan PSIM pada masanya adalah dua tim bersahabat.
Mereka kerap tolong menolong.
Keromantisan dua klub tersebut, satu diantaranya terjadi saat era kompetisi perserikatan.
Semua berawal lebih kurang di tahun 1935, dua tahun setelah Stadion Sriwedari diresmikan R NG Reksodiprojo.
Sebelum masuk ke sana, mungkin tidak ada salahnya menyinggung sedikit soal kehadiran Stadion Sriwedari.
Toh, stadion itulah yang jadi saksi keromantisan Persis Solo dan PSIM Jogja.
Dilansir dari Juara, kelahiran Stadion Sriwedari tidak bisa dilapaskan dari keterlibatan Sri Susuhunan Paku Buwono (PB) X.
Pada tahun 1932, keinginan penguasa Keraton Solo tersebut untuk memiliki stadion berkelas internasional muncul.
Pemicunya, klub-klub lokal kurang leluasa memakai lapangan-lapangan yang ada di Solo.
Mereka 'cuma' bisa memakai lapangan depan Istana Pura Mangkunegaran, serta alun-alun utara dan selatan Keraton Kasunanan Surakarta.
Kondisi itu membuat PB X memerintahkan utusannya untuk menyelesaikan transaksi pembelian tanah di sebelah barat Taman Sriwedari.
Perencanaan stadion dipercayakan kepada Mr Zeylman dengan menghabiskan biaya sebesar 30 ribu gulden.
Pada tahun 1933, Stadion Sriwedari berdiri megah dan diresmikan R NG Reksodiprojo.
Selang dua tahun setelah diresmikan, Persis Solo perlahan moncer.
Penandanya, gelar juara Kampeonturnoi PSSI 1935 yang dimenangkan skuad yang diperkuat Raden Mas Maladi cs.