Berita Sragen Terbaru
Curhatan Pedagang di Sragen, Meski Pesta Nikah Sudah Diizinkan, Tetapi Suasana Pasar Masih Pembeli
Setelah memberlakukan PPKM Level 2, Pemerintah Kabupaten Sragen mengizinkan warganya untuk menggelar hajatan.
Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari
TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Setelah memberlakukan PPKM Level 2, Pemerintah Kabupaten Sragen mengizinkan warganya untuk menggelar hajatan.
Meski begitu, adanya pelonggaran belum berdampak kepada aktivitas perekonomian di pasar.
Seperti yang terlihat di Pasar Bunder, yang masih sepi dikunjungi pembeli.
Biasanya, warga yang akan menggelar hajatan, akan belanja besar-besaran di Pasar Bunder Sragen untuk menyediakan kebutuhan hajatan.
Baca juga: Gibran Coba Mobil Listrik Wisata Keliling Gladak Solo Hari Ini: Sementara Gratis untuk Masyarakat
Baca juga: Fix! Sekolah Tatap Muka di Wonogiri Dimulai 18 Oktober Besok,Tapi Bupati Jekek Ingatkan Prokes Ketat
Salah satu pedagang, Yani mengatakan setelah diperbolehkan menggelar hajatan, pembeli yang datang masih sedikit.
"Jika dibandingkan kemarin pas hajatan dilarang, ini (permintaan) mulai naik, tapi sedikit sekali," ujar Yani, kepada TribunSolo.com, Jumat (15/10/2021).
"Orang yang gelar hajatan ada, tapi masih satu dua," kata Yani.
Yani menuturkan hal itu disebabkan keinginan masyarakat menggelar hajatan di masa PPKM sedikit.
"Karena masih takut-takut gelar hajatan, daripada nanti dibubarkan, sepertinya tidak menggelar hajatan dulu," terangnya.
Warga yang akan menggelar hajatanpun, ketika membeli bahan kebutuhan hajatan juga belum banyak.
"Pembeli masih takut, kan ini tamunya masih dibatasi, jadinya kalau mau belanja banyak, takut yang datang sedikit, jika beli sedikit, takut tamunya banyak," jelas Yani.
Meski begitu, Yani berharap pandemi covid-19 segera berlalu, dan roda perekonomian di pasar bisa segera pulih kembali.
Harga Cabai dan Minyak Naik
Setelah menjalankan PPKM Level 2, Pemkab Sragen mulai melonggarkan aturan pembatasan kegiatan masyarakat.
Hal itu berdampak kepada harga kebutuhan pokok di pasar, yang diiringi dengan meningkatnya jumlah permintaan dari masyarakat.
Seperti di Pasar Bunder Sragen yang sebelumnya lesu, kini mulai bergejolak.
Salah satunya harga cabai yang sempat terperosok, kini mulai stabil.
Pedagang cabai di Pasar Bunder, Suminem mengatakan kini harga cabai sudah menyentuh kisaran Rp 20.000.
Baca juga: Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Surut : Biasanya Naik Perahu, Kini Warga Bisa Naik Motor Seberangi Desa
Baca juga: Penjual Cabai di Boyolali Sumringah, Biasanya Rp 10 Ribu, Kini Bisa Tembus Rp 30 Ribu Per Kilogram
"Kalau cabai rawit saat ini sudah Rp 22.000, cabai keriting merah Rp 20.000, harganya sudah mulai stabil," kata Suminem kepada TribunSolo.com, Jumat (15/10/2021).
Harga tersebut jauh berbeda jika dibandingkan pada bulan lalu, yang hanya mencapai Rp 10.000-12.000 saja.
Jumlah stok cabai pun dipastikan aman, dan cukup untuk memenuhi permintaan masyarakat.
Untuk harga kebutuhan bahan pokok lainnya, seperti sayuran, bawang merah, bawang putih, dan lain-lain cenderung stabil.
Namun, meski semua stabil, harga minyak goreng di Kabupaten Sragen malah meroket.
Pedagang minyak goreng, Yani mengatakan peningkatan harga minyak goreng terjadi selama sepekan terakhir.
"Sudah seminggu ini naiknya, biasanya ukuran dua liter Rp 30.000, ini jadi Rp 34.000," ujar Yani.
Untuk ukuran per-satu liter, harga minyak goreng menembus angka Rp 17.000, yang mana sebelumnya harga hanya dikisaran Rp 14.000.
Yani tidak mengetahui secara pasti, alasan dibalik meroketnya harga minyak goreng.
"Kurang tahu apa penyebabnya, dari produsennya juga sudah naik," jelasnya.
Harga Naik di Boyolali
Harga cabai rawit di Kabupaten Boyolali yang sempat porak-poranda, kini mulai merangkak naik.
Kelonggaran selama Perpanjangan PPKM Level 2 ini disebut-sebut menggeliatkan daya beli masyarakat, khususnya cabai.
Penjual cabai di Pasar Boyolali, Heri Widiyanto mengatakan sudah seminggu harga cabai mulai naik.
Selain faktor mulai langka, adanya pelonggaran hajatan, warung makan, restoran, kedai wisata dan lainnya juga yang membuat harga cabai membaik.
"Semula harga cabai rawit hanya Rp 10 ribu per kilogram, kini menjadi Rp 28 ribu per kilogram," kata dia kepada TribunSolo.com.
Sedangkan untuk cabai terong sudah tembus Rp 32 ribu per kilogram.
Baca juga: Kader Pro Ganjar Disebut Celeng Bukan Banteng oleh Bambang Pacul, Ini Kata Pengamat Politik UNS Solo
Baca juga: Di Klaten, Ada Bakso Tumpeng Merapi: Ukurannya Jumbo, Disiram Cabai Rawit Pedas
Dia mengaku awal pandemi sampai penerapan PPKM penjualan mulai sepi, karena pembeli berkurang.
"Jadi beberapa pedagang memilih gak buka. Tapi sejak pelonggaran PPKM level 2, pasar mulai ramai lagi," terangnya.
Bahkan omzet penjualannya juga turun drastis yang mencapai 50 persen.
Cabai misalnya, normalnya dalam sehari Heri bisa menjual hingga 10 kg.
Namun, saat ini mentok hanya bisa terjual 5 kg.
"Itupun harus dihabiskan beberapa hari," jelas dia.
Pedagang Pasar Penggung, Siti Karimah menyebut harga cabai saat ini Rp 30 ribu per kilogram.
"Kenaikannya karena sudah boleh hajatan sama warung boleh buka. Jadinya pada butuh cabai buat masak. Yang beli juga mulai ramai," terangnya.
Sempat Menjerit
Fakta mengejutkan terjadi di tengah melorotnya harga cabai sehingga petani di Kabupaten Boyolali merugi di tengah jepitan pandemi.
Ya, hanya di tingkat petani harga cabai murah, sementara di pasar, harganya tetap saja.
Jika di tingkat petani, harga cabai per kilogram hanya Rp 5-6 ribu, di Pasar Boyolali Kota harganya bisa tiga kali lipatnya, yang berkisar Rp 20 ribu.
Pedagang di Pasar Boyolali Kota, Heri Wibowo menyebut, harga cabai memang anjlok.
Pasokan yang banyak disebut menjadi penyebab turunnya harga jual cabai.
Baca juga: Cara Memperbaiki Data di Sertifikat Vaksin Covid-19, Begini Solusi Jika Ada Kesalahan Data
Baca juga: Jeritan Hidup Petani Cabai di Boyolali : Tanam Pakai Modal Pinjaman, Ternyata Harganya Anjlok Parah
“ Harganya sama untuk semua jenis cabai, yakni Rp 20 ribu,” katanya, kepada TribunSolo.com, Rabu (25/8/2021).
Hanya saja, untuk cabai putih dan cabai lalapan harganya lebih murah Rp 10 ribu per kilogram.
Selain harga cabai yang turun, bawang Merah dan putih juga mengalami penurunan.
Bawang Merah Dari harga Rp 35 perkilogram saat ini kurang Rp 30 ribu perkilo.
Begitu juga dengan bawang Putih dari harga Rp 28 ribu turun menjadi Rp 26 ribu.
Harga komoditas sayur malah sebaliknya. Akhir-akhir ini sayur-sayuran malah naik.
Tomat misalnya, dari harga dari harga Rp 10 ribu menjadi Rp 15 ribu.
Pedagang sayur lainnya, Ating menambahkan harga sayur-sayuran memang masih stabil tinggi.
Timun masih diharga Rp 7 ribu per kg, brokoli Rp 10 ribu per kg dan terong serta buncis Rp 6 ribu per kg.
Meski harganya tinggi, namun pasar sepi.
“Kondisi pasar pusing, sejak musim Corona pasar selalu sepi,” tambahnya.
Jeritan Petani
Petani di lereng gunung Merapi Merbabu lagi-lagi harus menelan pil pahit.
Jika harga jual cabainya masih seperti ini, bisa dipastikan modal usaha pertanian cabainya tak akan pulih.
Bagaimana tidak, di tingkat petani harga jual cabai hanya berkisar antara Rp 5-6 ribu per kilogram.
Itupun yang bagus-bagus saja, sedangkan yang kualitasnya jelek harganya sangat murah.
Petani di Desa Suroteleng, Kecamatan Selo, Turut Purwanto mengaku sudah keluar modal sebesar Rp 7-8 juta, sehingga kemungkinan besar tak akan kembali.
Baca juga: Lowongan Kerja Solo: Dibutuhkan Staff Kitchen dan Barista, Penempatan Karier di Karanganyar
Baca juga: Jadwal Vaksinasi Bus Keliling di Solo Selama Sejak 25-31 Agustus : Pemkot Siapkan 150 Dosis Per Hari
“Wah ini harganya hancur. Cuma 5 ribu dan 6 ribu per kilogram itu yang bagus,” katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (25/8/2021).
Padahal bisanya harga capai paling murah bisa mencapai Rp 20 ribu per kilogram hingga paling mahal bisa menembus Rp 120 ribu per kilogram.
Dengan harga jual itu, jangankan untung, berharap modalnya kembali saja sudah tidak mungkin.
Yang lebih menyedihkan lagi, untuk menanam cabai ini tak sedikit petani yang modalnya dari pinjaman.
“Ini rugi sangat dari petani. Mengembalikan modal saja susah apalagi untuk untung,” katanya.
“Sekali panen biasanya, bisa dapat 700 sampai 800 ribu. Tapi kali ini Cuma dapat berapa, ga sampai 500 ribu per panen,” ujarnya.
Dia mengaku, cabai tanamannya bisa dipanen sebanyak 9-10 kali.
Namun, dengan harga jual seperti ini, petanipun banyak yang enggan untuk memanennya.
“Harga sayur yang lain seperti selada, sawi sendok, juga hancur-hancuran. Hanya 3 – 5 ribu perkilogram,” imbuhnya.
Kata Pedagang di Pasar
Pedagang di Pasar Boyolali Kota menjerit karena harga cabai rawit merah merosot drastis.
Harga cabai rawit hanya Rp 12 ribu per kilogram, sebelumnya harga antara Rp 25-40 ribu.
Terlebih harga cabai juga sering menyentuh Rp 100 ribu perkilogramnya.
Pedagang di Pasar Boyolali Kota, Heri mengatakan, stoknya yang melimpah karena saat ini banyak petani yang panen cabai, menjadikan harga cabai lebih murah.
Apalagi minimnya permintaan selama PPKM ini juga turut andil membikin cabai murah.
Baca juga: Jadwal Layanan Isi Ulang Oksigen Gratis di Pemkab Sukoharjo 9 Agustus 2021: Khusus Pasien Isoman
Baca juga: Kisah Penjual Nasi Pecel Dibayar Uang Rp 2 Ribu yang Dicat Mirip Rp 20 Ribu, Begini Kejadiannya
“Karena saat ini, tidak ada masyarakat yang menggelar hajatan," jelas dia kepada TribunSolo.com, Rabu (4/8/2021).
"Warung makan juga banyak yang tutup dan ada juga yang mengurangi jam bukanya,” dia.
Tidak hanya cabai rawit yang anjlok, cabai merah besar, cabai keriting juga mengalami nasib sama, harganya anjlok.
“ Harganya berkisar antara Rp 8-10 ribu per kilogram,” tambahnya.
Selain itu bawang merah dan putih justru sebaliknya.
Permintaan yang stabil cenderung meningkat menjadikan harga keduanya terus merangkak naik.
“Bawang merah Rp 32 ribu per kilogram sedangkan bawang putih Rp 28 per kilogramnya,” ujarnya.
Begitu juga dengan komoditas sayur-sayuran, seperti Kacang Panjang, Sawi, Bayam, Kol dan beberapa jenis sayuran lainnya terbilang masih tinggi.
“Kacang panjang sudah sejak satu sampai bulan yang lalu harganya tinggi. Kacang panjang masih 6 ribu per ikat,” katya Ario, salah seorang petani Kacang Panjang.
Baca juga: Proses Uji KIR di Boyolali Pakai Sistem Komputer, Ada Smart Card: Tidak Perlu Manual Lagi
Baca juga: Nasib 3 Bocah di Sragen Jadi Yatim karena Orangtua Meninggal Covid-19, Pendidikan Ditanggung Pemkab
“Ini (Harga) Kacang yang tinggi ini menurut saya paling lama bertahan. Biasanya hanya sebulan, harga sudah turun. Tapi ini harga tinggi cukup lama,” tambahnya.
Diapun sangat senang dengan stabilnya harga kacang panjang ini. hal itu dapat memberikan keuntungan bagi petani.
Harga Bisa Bagus
Cabai termasuk bahan makanan yang selalu dicari masyarakat.
Apalagi saat ini, sudah memasuki hari pertama puasa ramadan 2021.
Tentunya, cabai banyak diburu masyarakat.
Baca juga: Berbulan-bulan Mencekik Pembeli, Akhirnya Kini Harga Cabai Rawit Merah di Pasar Sragen Merosot
Baca juga: Petani Cabai di Mojokerto Kaya Mendadak Imbas Harga Cabai Meroket, Ada yang Borong Motor, Beli Mobil
Pantauan TribunSolo.com di Pasar Gagan, Donohudan, Boyolali pada (12/4/2021) kemarin.
Harga cabai rawit di pasar tersebut mulai turun dibandingkan beberapa waktu lalu.
Sebelumnya, harga cabai rawit bisa mencapai Rp 100 Ribu per kilogram.
Namun, saat ini harga tersebut cenderung turun.
Baca juga: 5 Fakta Kecelakaan Maut Truk Muatan Cabai Vs Truk Gandeng di Tol Solo-Ngawi: Satu Tewas
“Masuk puasa harga cabai sudah stabil, sekarang Rp 50 Ribu, belum naik bisa jadi turun lagi,” kata Purwati kepasa TribunSolo.com.
Dia mengatakan, saat ini harga telur dan daging yang mengalami kenaikan.
Menurut Purwati, untuk cabai di Pasar Gagan sendiri memgacu pada harga cabai di Pasar Legi, Solo.
“Kita hanya menyesuaikan, sekarang tidak melonjak seperti kemarin,” ujarnya.
Berikut harga cabai di Pasar Gagan, Donohudan Kecamatan Boyolali :
Cabai Merah Besar Rp 28.000 per Kg.
Cabai Ijo Besar Rp 18.000 per Kg.
Cabai Merah kriting Rp 40.000 per Kg.
Cabai Ijo Keriting Rp 28.000 per Kg.
Cabai Rawit Merah Rp 50.000 per Kg.
Cabai Rawit Hijau Rp. 45.000 per Kg.
(*)