Berita Klaten Terbaru
Bocoran Rawa Jombor Reborn di Klaten Habiskan Uang Miliaran : Bakal Saingi Indahnya Telaga Sarangan
Di balik penataan Rawa Jombor di Kabupaten Klaten yang dianggarkan Rp 300 miliar, membuat orang bertanya-tanya seperti apakah wajah barunya.
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Di balik penataan Rawa Jombor di Kabupaten Klaten yang dianggarkan Rp 300 miliar, membuat orang bertanya-tanya seperti apakah wajah barunya.
Meski akhirnya akibat recofusing karena pandemi, anggaran revitalisasi menjadi Rp 22 miliar.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo Agus Rudianto mengungkapkan, Rawa Jombor Reborn akan menyaingi keindahan Telaga Sarangan di Desa Sarangan di Magetan.
BBWSBS merupakan badan di bawah Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang menggelontor dana penatan.
"Nantinya di Rowo Jombor Ini tidak akan kalah dengan Sarangan," ucap dia saat bersama Bupati Klaten Sri Mulyani, Jumat (19/11/2021).
"Saat ini, prioritas kami bangun pelabuhan dan pedestrian serta lampu penerangan," aku dia.
Bahkan pihaknya bakal mengusahakan dana yang direfocusing tersebut dikembalikan.
Dia juga memastikan program proyek revitalisasi Rawa Jombor tetap berjalan di 2022.
"Kami tidak ada pemotongan lagi, kami tidak PHP tapi tetap melanjutkan semua program di Rawa Jombor," aku dia.
Lanjut, Agus mengatakan di tahun 2022 dana untuk proyek tersebut akan dianggarkan kembali.
Dia menyebut ada sekitar Rp 4 miliar akan digelontorkan untuk kelanjutan proyek revitalisasi Rawa Jombor di tahun 2022.
"Saat ini, prioritas kami membangun pelabuhan dan pedestrian serta lampu penerangan di lokasi Rawa Jombor," kata dia.
Sementara itu Bupati Klaten, Sri Mulyani sempat menyurati Ketua DPR RI, Puan Maharani agar revitalisasi Rawa Jombor mendapatkan perhatian khusus.
Baca juga: Sri Mulyani Kebut Penataan Rawa Jombor Usai Surati Puan Maharani, Kini Rayu BBWSBS, Begini Hasilnya
Baca juga: Sri Mulyani Surati Puan Maharani, Curhat Penataan Rawa Jombor Rp 300 Miliar,Tapi Diberi Rp 22 Miliar
Ya, Sri Mulyani berharap dana proyek Rp 300 miliar yang direfocusing karena pandemi jadi Rp 22 miliar dapat dikembalikan.
Bupati Klaten Sri Mulyani mengatakan pihaknya sudah berkoodinasi dengan pihak Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo terkait dana tersebut.
"Sudah, kami sudah matur juga ke Kepala BBWS Bengawan Solo dan mendapatkan respon positif," jelasnya.
Mulyani mengatakan pengajuan hal tersebut dilakukan mengingat kondisi Indonesia dan khususnya Kabupaten Klaten sedang dilanda pandemi.
Ia berharap, dana-dana proyek yang direfocusing tersebut dapat dikembalikan untuk digunakan proyek tersebut.
"Yang terpenting refocusing dikembalikan untuk keberlangsungan revitalisasi Rawa Jombor," ujarnya.
Surati Puan Maharani
Bupati Klaten, Sri Mulyani menyurati Ketua DPR RI, Puan Maharani agar revitalisasi Rawa Jombor mendapatkan perhatian khusus.
Terlebih menurut Sri Mulyani, sebelumnya pemerintah pusat berkomitmen menganggarkan penataan Rawa Jombor Rp 300 miliar, kini karena pandemi jadi Rp 22 miliar saja.
"Selain minta ke pemerintah pusat, kami juga bersurat kepada ibu Ketua DPR agar revitalasasi Rawa Jombor menjadi perhatian khusus," ucap dia kepada TribunSolo.com, Selasa (16/11/2021).
Surat itu lanjut dia, meminta diberikan perhatian khusus dan anggaran yang sudah disepakati pemerintah pusat dialokasikan.

Mengingat kata Mulyani, Rawa Jombor bukan aset milik Pemkab Klaten tetapi milik Pemerintah Pusat, sedangkan untuk daratan milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Dia menerangkan, sebelum pandemi Covid-19 melanda proyek revitalisasi Rawa Jombor dianggarkan Rp 300 miliar.
"Tahun ini dianggarkan Rp 100 miliar melalui Kementerian PUPR namun di-refocusing menjadi Rp 22 miliar," ujarnya.
Baca juga: Warung Apung Rawa Jombor Dibongkar, Perahu Wisata Sepi, Biasa 20 Kali Kini Hanya 5 Kali Beroperasi
Baca juga: Janji Sri Mulyani, Siapkan Tempat Bagi Para PKL Selama Rawa Jombor Klaten Direvitalisasi oleh Pusat
Dia berharap pemerintah pusat tetap mengalokasikan anggaran serta melanjutkan proyek tersebut hingga rampung.
Dia menyebut, adanya program revitalisasi dan penataan sudah membuat petani keramba hingga pemilik warung apung sudah legawa untuk direlokasi.
"Kami berharap pemerintah pusat untuk mengalokasikan anggaran untuk proyek rowo jombor agar keberjalanan bisa maksimal," jelas dia.
Diketahui, luas Rowo Jombor mencapai 198 hektare, ada 137 PKL, perahu wisata ada 46 buah/32 pemilik, karamba ada 1.200/300 pemilik, dan warung makan apung ada 17 bangunan.
Digelontor Rp 50 Miliar
Bupati Klaten Sri Mulyani usai bertemu dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo dan Dinas Pariwisata Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Klaten menyampaikan akan merevitalisasi rawa.
Dia mengatakan, saat ini keberadaan pedagang kaki lima di sepanjang pinggiran Rawa Jombor belum tertata rapi.
"Untuk itu kami bersama BBWS Bengawan Solo akan melakukan penataan," ujarnya, Rabu (19/5/2021).
Baca juga: Kala Warga yang Jadi Langganan Banjir di Purwosari Tagih Janji Gibran : Sudah 10 Tahun Kebanjiran
Baca juga: Viral Jokowi Salah Sebut Kota Padang Jadi Provinsi Padang, Begini Fakta Sebenarnya
Selain untuk menata kawasan pinggiran Rawa Jombor, nantinya di sana akan dibangun jogging track.
"Otomatis kan mereka harus direlokasi ke tempat lain," tuturnya.
Menurut Sri Mulyani, obwis Rawa Jombor memang berada di Klaten namun untuk kepemilikannya ada di tangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng).
"Sementara untuk pengelolaannya menjadi wewenang BBWS Bengawan Solo," ujarnya.
Dia menambahkan, untuk merevitalisasi Rawa Jombor akan menelan anggaran sebesar Rp 50 miliar.
"Anggaran tersebut bersumber dari APBN," jelasnya. (*)
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Warung apung di Rawa Jombor, Kabupaten Klaten yang sudah ada ada puluhan tahun, kini tinggal kenangan.
Terbaru para pemilik warung apung di Dukuh Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat mulai membongkar lapaknya.
Berdasarkan pantauan TribunSolo.com, sejumlah pemilik warung apung telah membongkar warungnya.
Meskipun begitu, masih ada pemilik warung apung yang belum membongkar warung apungnya.
Terlihat, para pekerja membongkar atap yang terbuat dari seng hingga melepaskan paku dari kayu penyangga warung tersebut.
Tampak barang-barang tersebut dikumpulkan di satu tempat.
Setelah terkumpul barang2 tersebut kemudian diangkut menuju ke getek untuk dibawa ke daratan.
Ketua Paguyuban Perahu Wisata Rawa Jombor, Sutomo menjelaskan ada 21 warung.
"Ada 21 bangunan (warung), namun yang tercatat 19 bangunan," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Selasa (9/11/2021).
Para pemilik lanjut dia, diminta untuk pindah ke plasa atau membuat tempat pemancingan.
Ia menuturkan ada 10 warung apung yang memilih untuk pindah ke plasa.
Baca juga: Nongkrong di Pinggir Waduk Botok Sragen Bersama Teman-temannya, Pria Ini Tergelincir & Tenggelam
Baca juga: Pemancing Tenggelam di Rowo Jombor Klaten Ditemukan, Posisi Korban di Kedalaman 6 Meter
"Sisannya yang 11 pemilik termasuk saya tetap membuat pemancingan di daratan," kata dia.
Lanjut, ia mengatakan jatah area untuk pemancingan ada sekitar 750 meter persegi.
"Plasa ini dibangun untuk solusi warung apung, namun dari rekan-rekan berpikir jika warung apung pindah," aku dia.
Sejarah Warung Apung
Warung apung di Rawa Jombor, Dukuh Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten rencananya akan dipindah ke daratan.
Namun wacana yang dikeluarkan Pemkab Klaten tersebut menimbulkan penolakan oleh sejumlah pemilik warung apung.
Salah satunya Samsir yang merintis usaha warung makan apung pada 1998.
"Saya termasuk orang yang merintis usaha warung makan apung di Rowo Jombor," kata Samsir kepada TribunSolo.com, Kamis (27/5/2021).
Samsir menceritakan bahwa tidak mudah memulai usaha itu saat sedang krisis ekonomi.
"Saat itu kan (lengsernya Soeharto) sedang terjadi krisis ekonomi," terangnya.
Samsir tidak ingat berapa jumlah warung apung yang didirikan pada 1998.
"Enggak begitu ingat. Tapi daya tarik warung makan apung ya makan ikan hasil olahan di tengah rawa," katanya.
Namun lambat laun usaha yang ia jalankan mulai membuahkan hasil.
"Sekarang saya punya dua warung makan apung," katanya.