Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Bak Cari Jarum di Tumpukan Jerami, Ini Sulitnya Cari Minyak Murah di Sragen, PKL Sampai Kelimpungan

Dampaknya tak hanya dirasakan oleh ibu rumah tangga, namun juga para Pedagang Kaki Lima (PKL) yang kelimpungan cari minyak.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Septiana Ayu
PKL jajanan, Sugiyanto tengah menggoreng makanan di sekitar Jalan Raya Sukowati Sragen, Sabtu (19/2/2022). Minyak menjadi barang utama saat dirinya berjualan. 

"Kenaikan sejak satu bulan lalu, dari Rp 9.600 per kilogram, langsung naik jadi Rp 10.500, sekarang sudah Rp 10.800 per kilogram," ujarnya kepada TribunSolo.com, Rabu (16/2/2022).

Kemungkinan, harga kedelai di Sragen juga akan meningkat, hingga Rp 11.000 per kilogramnya.

Kenaikan kedelai yang begitu cepat, membuat para perajin tahu dan tempe pun menjerit.

"Naik lagi kayak ketekuk-tekuk hatinya, karena pedagang lain nggak bisa dikompromi, saya naikkan harga, terus pembeli lari ke pedagang lain, saya tidak dapat pembeli akhirnya," terangnya.

Sehingga ia pun harus memutar otak, agar tahunya bisa laku terjual, meski untung yang didapatkan berkurang.

"Omzetnya mepet sekali, syukur bisa buat muter lagi, buat beli kedelai, terus dijual lagi," jelasnya.

"Kalau harga masih normal, kita yang harus bagaimana caranya, kalau saya nuruti kedelai naik, harga tahu dinaikkan, nanti nggak ada yang beli, serba susah," jelas dia.

Salah satu perajin tahu, Eni mengatakan agar tidak merugi, ia memilih untuk mengecilkan ukuran tahu produksinya.

"Kalau harga tahu dinaikkan malah nggak laku, saya kurangi ketebalan tahu, kalau ukurannya masih sama, hanya lebih tipis saja," katanya.

"Sengaja ditipiskan, kedelainya dikurangi, biasanya satu kresek bisa jadi 6 kali masakan, ini dijadikan 7," tambahnya.

Kini, ia menjual tahu mulai dari harga Rp 2.500 hingga Rp 5.000 tergantung ukuran tahu.

Naikkan Harga Tempe

Berbeda dengan Eni, Ning, yang merupakan perajin tempe memilih menaikkan harga tempe.

Karena, pembeli enggan membeli tempe yang ukurannya lebih kecil.

Baca juga: Ada Temuan Kasus Positif di Sekolah Sragen, Dinas Masih Tetapkan PTM 100 Persen Jalan Terus 

Baca juga: Varian Omicron Dinilai Tak Seganas Delta, Warga Sragen Diizinkan Isolasi Mandiri di Rumah

"Kalau dikurangi, pembeli nggak mau beli, tempe yang dibungkus daun yang dinaikkan Rp 1000," katanya.

Untuk tempe kemasan plastik harganya masih sama, yakni Rp 5.000 untuk ukuran yang besar, dan Rp 2.000 untuk ukuran yang kecil.

Sedangkan, tempe yang dibungkus daun, harganya naik Rp 1.000, dari Rp 20.000 per 30 biji, menjadi Rp 21.000.

Ia mengeluhkan tingginya harga pembelian kedelai impor, yang terus merangkak naik.

Lanjutnya, bahan baku pembuatan tempe tidak dapat menggunakan kedelai biasa seperti tahu, dan harus menggunakan kedelai impor.

"Dulu uang Rp 1 juta bisa dapat kedelai 3 karung, sekarang uang segitu karung saja masih kurang," terangnya.

"Kalau begini terus, untungnya yang didapatkan mepet, semoga kedelai bisa segera turun," harapnya.

Dibenarkan Ketum Produsen Tempe

Belum selesai kelangkaan minyak goreng subsidi di Indonesia, kini pedagang tempe menjerit.

Pasalnya harga kedelai naik drastis.

Menanggapi harga kedelai yang melonjak, Ketua umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu (Gakoptindo) Aip Syarifudin pun mengungkapkan perajin tahu dan tempe berencana mogok produksi pada 21-23 Februari 2022.

Aip mengatakan, rencana mogok ini ditengarai naiknya harga kedelai yang menjadi bahan baku utama pembuatan tempe tahu.

Baca juga: Harga Boom Kedelai Impor di Solo, Capai 11 Ribu Per Kilo, Pedagang Cuma Bisa Pasrah

Baca juga: Gegara Harga Kedelai Impor Mahal, Perajin Tahu di Sragen Sempat Mogok 2 Hari, Peternak Kelimpungan

"Perajin rumahan itu sehari beli kedelai 20 kilogram, untuk modal dagang biasanya beli kedelai Rp 9.000-Rp 10.000 per kilogram,"  ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (15/2/2022).

"Anggaplah mereka beli di harga Rp 10.000 per kilogram, modal Rp 200.000, sementara kalau dijual menjadi olahan tempe tahu dapatnya Rp 250.000. Itu Rp 50.000 untuk makan dan Rp 200.000 untuk modal besoknya. Tapi karena harga kedelainya sudah naik ya sekarang di harga Rp 11.000 per kilogram yah enggak cukup," sambungnya.

Aip menuturkan, mogok produksi ini tidak dilakukan secara nasional.

Hanya perajin tahu tempe rumahan yang tersebar di Jabodetabek hingga Jawa Barat yang rencananya melakukan aksi tersebut.

Aip mengatakan sebenarnya pihaknya tidak ingin terjadi mogok produksi lantaran Kementerian Perdagangam sudah berupaya menaikan harga tahu tempe di pasaran.

Selain itu, tahu dan tempe merupakan kebutuhan banyak orang.

Dia juga mengaku telah mendapatkan telepon dari Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan meminta agar mogok produksi ini dibatalkan.

"Barusan tadi Pak Dirjen telepon saya. Pak Aip jangan jadi mogoknya, kan sudah kami bantu. Lalu saya bilang ke Pak Dirjen, mereka itu ngumpulin orang tidak mudah. Ya saya jadi serba salah lah jadinya," kata Aip, dilansir dari Kompas.com. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved