Berita Klaten Terbaru
Menilik ke Rumah Unik di Klaten : Sulap Ruangan Jadi Learning Corner, Bebas Didatangi Anak Tetangga
Pernakah Anda melihat sudut rumah yang cukup nyaman 'dihibahkan' untuk ruang publik, terutama bagi anak-anak?
Penulis: Ibnu Dwi Tamtomo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Pernakah Anda melihat sudut rumah yang cukup nyaman 'dihibahkan' untuk ruang publik, terutama bagi anak-anak?
Ini benar-benar ada di Jalan Candi Cewu gang VI, Srago, Desa Gumulan, Kecamatan Klaten Tengah, Kabupaten Klaten.
Rumah milik Dian Fransisca Maharani disulap layaknya tempat belajar.
Bagaimana dia bisa berpikiran seperti itu?
Dia resah dengan fenomena anak kecanduan terhadap gawai, sehingga membuat banyak orang tua berfikir keras bagaimana cara agar anak bisa melepasnya.
Dia menjadikan ruang utama rumahnya sebagai perpustakaan yang mengkoleksi buku dan permainan edukatif agar anak menjadi gemar membaca.
"Alternatif kegiatan yang saya berikan adalah memberikan buku bacaan yang menarik untuk mereka," jelas wanita 38 tahun yang akrab disapa Siska kepada TribunSolo.com, Rabu (1/6/2022).
Baca juga: Nikmatnya Soto Bebek Bu Siswo, Kuliner Legendaris Khas Klaten: Kuah Segar dan Daging Empuk
Baca juga: Suasana 149 CPNS Klaten Terima SK Pengangkatan : Serba Merah, 10 Tahun Jangan Minta Pindah Daerah
Siska sadar betul bahwa harus ada solusi saat melarang anak menonton tv dan memegang gawai sehingga dirinya menerapkan konsep tersebut di rumahnya.
Dirinya memilih untuk membuat rumahnya sebagai perpustakaan, selain sebagai solusi atas masalah yang dirinya temui.
"Selain itu juga memberikan mainan edukatif yang bisa melibatkan kami sebagai orang tua atau dengan teman-teman mereka," ungkap dia.
Dirinya mengatakan, efek positif dari kegiatan tersebut membuat komunikasi dan kedekatan antara anak dan dirinya terbangun dengan harmonis.
"Selain itu kegiatan ini juga sangat membantu dalam menunjang prestasi di sekolah," tutur Ibu dari tiga anak ini.
Siska mengaku jika sangat terbantu saat anak mulai belajar membaca.
Menurutnya tidak ada kesulitan saat mengajarkan anak dalam membaca.
"Saya tidak pernah menemui kesulitan saat mengajarkan anak membaca, baik itu bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris," jelasnya.
"Di usia 5 tahun ketiga anak saya sudah bisa membaca tanpa bantuan bimbingan belajar dan tanpa harus memaksa anak agar mau belajar membaca," tambahnya.
Selain itu pengetahuan umum ketiga anaknya sangat baik, bahkan ada peta dunia yang ditempelkan di dinding kamar lantaran gemarnya anak-anak Siska mempelajari negara dari penjuru dunia.
"Di kamar saya pasang peta dunia. Kebetulan Ayahnya yang saat ini berada di Jerman, jadi dari situ anak tahu Ayahnya berada dimana saat ini," ungkpanya.
Jadi Sarana Belajar
Dia ingin agar anak rumahnya menjadi sarana belajar untuk anak-anaknya.
"Sebisa mungkin setiap sudut rumah ini agar bisa dijadikan learning corner, seperti di pintu saya tulis kamar tidur, di kulkas juga," tegasnya.
Siska menjelaskan jika dahulu hanya menerapkan hal itu untuk anak-anaknya saja, namun lambat laun dirinya berpikir untuk melibatkan anak-anak sekitar tempat tinggalnya agar anak-anaknya lebih mudah bersosialisasi.
Dan kini, setiap hari selalu ada anak-anak disekitar rumahnya yang main kerumah untuk memanfaatkan ruang belajar dirumahnya.
Baca juga: Megahnya Gedung Baru Perpustakaan Umum Daerah Boyolali : Desainnya Kekinian, Berada di Jantung Kota
Baca juga: Ditinggal Ngirim Sarapan untuk Buruh Tani, Motor dan HP Milik Warga Sambi Hilang di Pinggir Sawah
"Dengan begitu, mereka bisa memanfaatkan fasilitas yang ada untuk bermain bersama serta mengembangkan kompetensi komunikasi mereka," tutur Siska.
Pandemi yang sempat datang membuatnya tak bisa membuka ruang belajarnya lantaran resiko yang dihadapi cukup tinggi.
Namun kini setelah 2 tahun berlalu, dirinya telah aktif kembali membuka rumahnya untuk ruang belajar bagi anak-anak.
Siska juga mengingatkan kepada orang tua yang kini sedang menghadapi anak yang ketergantungan dengan gawai untuk memberikan alternatif kegiatan yang lain kepada anak.
"Tidak ada kata terlambat untuk merubah (kebiasaan) anak, jangan melarang tanpa memberi alternatif kegiatan yang lain. Misalnya membaca buku, bermain bersama anak dan lain sebagainya," tegasnya.
"Kita harus memberikan contoh baik kepada anak," pungkasnya. (*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/solo/foto/bank/originals/Anak-anak-tetangga-tengah-belajar-di-rumah-Dian-Fransisca-di-Jalan-Candi-C.jpg)