Berita Klaten Terbaru
Tak Akan Jual Motor Pemberian Pemilik Warung Sate Kambing Legendaris Tali Roso,Ini Alasan Adik Ipar
Jumali, adik ipar Tri Sumarno, menegaskan tak akan menjual motor pemberian almarhum. Meski tak digunakan, motor itu menyimpan sejarah perjuangan Tri
Penulis: Ibnu DT | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo
TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Tri Sumarno, pemilik Warung Makan Sate Kambing Tali Roso meninggal dunia, Senin (11/7/2022) kemarin.
Meski sudah berpulang, kenangan terhadap sosoknya terus terngiang dalam pikiran keluarga, sanak saudara, dan kerabat.
Tak terkecuali Jumali (53), adik ipar Tri Sumarno.
Baca juga: Sosok Mendiang Tri Sumarno, Pemilik Warung Sate Kambing Legendaris Tali Roso Klaten: Suka Menolong
Baca juga: Disdik Klaten Soal Laporan Jual Beli Seragam di Sekolah: Itu Tawaran, Tak Ada Paksaan untuk Membeli
Jumali mengaku teringat perjuangan almarhum dalam membangun warung sate kambing Tali Roso yang kini sudah dikenal khalayak luas.
"Sebelum dapat lokasi yang sekarang itu, sempat beberapa kali pindah tempat, tapi lokasinya masih di sekitar situ juga," ujarnya, kepada TribunSolo.com, Selasa (12/7/2022).
Menurutnya, Tri Sumarno adalah sosok pejuang sedari kecil.
Bukan berasal dari keluarga yang kaya raya, almarhum tumbuh menjadi pribadi yang baik dan perhatian dengan keluarga.
"Dari kecil hingga besar, beliau itu dibesarkan dengan keterbatasan," ungkapnya.
"Tapi saat sudah (sukses) seperti sekarang ini dengan usaha yang sukses tetap tidak lupa dengan keluarga dan tetangga," tambahnya.
Baca juga: Uniknya Purna Bakti 21 Anggota Polres Klaten, Diarak Keliling Pakai Becak Hias: Simbol Penghormatan
Baca juga: Tugas Terakhir Rohmadi Jadi Panitia Kurban di Klaten : Meninggal Usai Menarik Tali dan Robohkan Sapi
Kenangan lain yang masih melekat di benak Jumali adalah sepeda motor pemberian almarhum.
Almarhum dikatakan Jumali memberikan sepeda motor yang digunakan selama merintis usaha warung makan itu kepada dirinya.
"Dulu punya motor yamaha 75, sekarang saya simpan. Meskipun motor itu udah enggak saya pakai, tapi enggak boleh dijual," ujarnya.
"Karena itu jadi saksi beliau saat saat berjuang membangun usaha (warung makan)," kata dia.
Jumali menambahkan sosok Tri Sumarno juga dikenal suka membantu saat orang lain membutuhkan bantuan.
"Dia itu orangnya entengan (suka menolong), enggak cuma tenaga saja, tapi juga dermawan. Kalau ada kegiatan apapun, saat beliau diminta tolong pasti mau bantu," tegas Jumali.
"Apalagi kalau ada keluarga yang kesulitan, pasti dibantu," pungkasnya.
Sosok yang Suka Menolong
Tri Sumarno, pemilik Warung Makan Sate Kambing Tali Roso Klaten tutup usia di umur 55 tahun, Senin (11/7/2022), sekitar pukul 18.00 WIB.
Almarhum saat ini disemayamkan di rumah masa kecilnya dulu.
Tepatnya di Dukuh Honggojayan, RT 07 RW 03, Desa Titang, Kecamatan Jogonalan, Klaten.
Saat bertandang ke rumah duka, TribunSolo.com ditemui langsung oleh Wahyu Hadi Setyawan (29) yakni anak pertama Almarhum.
Baca juga: Kabar Duka: Tri Sumarno Pemilik Warung Sate Kambing Legendaris Tali Roso Klaten Tutup Usia
Baca juga: Warga Tumplek Blek Ikuti Takbir Keliling di Prambanan Klaten : Konvoi hingga Bawa Pengeras Suara
"Saat itu saya posisi baru di rumah satunya, saya ditelpon adik. Adik ngasih tahu kalau bapak jatuh, dengar kabar itu langsung saya cepet-cepet kesana," ungkapnya dengan nada lembut.
"Waktu saya sampai, mobil udah keadaan nyala. Karena waktu itu bapak rencananya mau setor kulit kambing. Tapi saya enggak pedulikan itu, langsung bapak saya bawa masuk dan dibawa ke rumah sakit," tambahnya.
Saat itu Wahyu tidak mengetahui pasti keadaan ayahnya, yang dia pikirkan hanya memacu kendaraannya agar segera tiba di rumah sakit.
"Alhamdulilah jalan kemarin lancar, Saya cuma butuh waktu 7 menit untuk sampai lokasi. Tapi saya enggak tahu keadaan pasti bapak masih ada atau enggak," ungkapnya.
Wahyu mengatakan, sesaat tiba di RSJD Dr RM Soedjarwadi, Klaten, ayahnya dinyatakan meninggal dunia.
Hingga kini Wahyu dan keluarga mengaku masih terpukul dengan kepergian ayahanda.
Lantaran sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, tak ada riwayat penyakit serius yang diidap oleh ayahnya.
Baca juga: Total Hewan Kurban di Klaten 40.925 Ekor : DKPP Terjunkan 15 Dokter dan 45 Mantri untuk Memeriksanya
Baca juga: Kuliner Enak Klaten, Lesehan Pakne Agus: Sambal Terasinya Legendaris, Sudah 28 Tahun Berdiri
"Bapak enggak ada sakit, beliau sehat terus," jelasnya.
Dirinya mengungkapkan jika ayahnya adalah suri tauladan di rumah.
Sosok pemimpin yang tegas namun suka bercanda, selain itu Almarhum dikenal sebagai sosok yang santun dan suka menolong baik dengan keluarga ataupun tetangga.
"Bapak itu hobinya ngobrol, ketemu sama temen-temen. Rumah itu malah dijadikan basecamp untuk ngumpul. Bapak sering tidur malam hanya karena ngobrol. Tapi Bapak suka dengan kegiatan itu," ungkapnya.
"Bahkan kalau sendiri di rumah kadang suka keluar cuma untuk nyari temen ngobrol," tambahnya.
Menurutnya almarhum adalah panutan bagi dirinya dan keluarga, sosoknya membanggakan dan tak tergantikan.
Tak banyak kata yang diucapkan oleh Wahyu, namun ada diantara yang sangat membekas.
"Enggak harus jadi seperti bapak, tapi jadi diri kamu sendiri. Saya bangga dengan bapak," ucapnya sambil menyeka air matanya.
Dirinya juga mengatakan sangat berterima kasih kepada warganet atas doa dan dukungan yang diberikan untuk keluarganya.
"Terimakasih untuk warganet yang sudah mendoakan, saya sangat berterima kasih," pungkasnya.
Rencananya almarhum akan dimakamnya di Makam Dukuh Saman, Desa Titang, Kecamatan Jogonalan, Klaten pada pukul 13.00 WIB.
(*)