Berita Klaten Terbaru

Khawatirnya Wali Siswa SDN 1 Bumiharjo Klaten Tiap Lepas Sang Anak ke Sekolah : Takut Atap Ambrol

Atap kelas SDN 1 Bumiharjo Klaten yang disangga bambu membuat wali siswa/orang tua khawatir atap itu sewaktu-waktu bisa ambrol menimpa sang anak

TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Kondisi ruang kelas SDN 1 Bumiharjo, Desa Bumiharjo, Kecamatan Kemalang, Klaten yang disangga oleh dua bambu agar tak runtuh. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Hal yang wajar jika orang tua murid khawatir saat melepas anaknya sekolah dimana kondisi fisik bangunan sekolah tak lagi 100 persen layak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. 

Seperti Junani (38), salah satu wali murid di SD N 1 Bumiharjo, Desa Bumiharjo, Kecamatan Kemalang, Klaten

Junani merasa was-was dengan keadaan bangunan sekolah tempat anaknya menimba ilmu.

Lantaran bambu yang digunakan menopang bagian atap sekolah telah terpasang sejak 3 tahun lalu. 

Baca juga: Kisah Siswa SDN 1 Bumiharjo Klaten, Belajar di Kelas yang Atapnya Disangga Bambu

Baca juga: Oven Dibiarkan Menyala Saat Mandi, Dapur Triyono Pengusaha Rambak Ceker di Klaten Hangus Terbakar

"Sebagai orang tua, kalau anaknya sekolah dengan keadaan bangunan normal tidak takut, tapi kalau melihat keadaan yang sekarang, terus terang saya khawatir," katanya, kepada TribunSolo.com saat menjemput anaknya pulang sekolah, Selasa (19/7/2022). 

"Terlebih saat anak saya sekolah (kemudian) terjadi hujan angin atau bahkan gempa bumi atau gunung meletus. Karena sewaktu-waktu ada bencana itu bisa saja mengakibatkan atap sekolah itu roboh," tambahnya. 

Sebelumnya, Junani pernah menyampaikan keluhannya tersebut kepada pihak sekolah.

"Waktu itu saya sampaikan, untuk meminta bantuan warga (secara gotong-royong) untuk memperbaiki atap itu, takutnya plafon yang ada di atap jebol," ungkap Junani.

"Karena kita nggak tahu bagian atapnya rapuh atau tidak. Itu karena kita tidak bisa lihat bagian rangka atapnya karena tertutup plafon," jelasnya.

Meski mendapatkan sambutan baik, namun Junani mengaku kurang puas dengan penanganan pihak sekolah.

Pihak sekolah mengaku tak bisa melakukan apapun kecuali memasang bambu sebagai penahan bangunan itu. 

"(Waktu) Itu dijawab oleh Kepala Sekolah, bahwa wewenang untuk memperbaiki gedung bukan di warga tapi di dinas pendidikan. Jadi pihak sekolah hanya bisa mengajukan proposal, untuk hasilnya kita hanya bisa menunggu keputusan dari dinas," katanya.

Baca juga: Sikap Tegas Sri Mulyani Soal Jalan Rusak di Bayat Klaten: Penambangan Berhenti Sementara

Kekhawatiran selalu bercokol dalam pikiran Junani. Namun perasaan sedikit lega juga ada karena beberapa tahun setelah bambu itu dipasang, dirinya belum pernah mendengar ada bagian atap yang jatuh. 

"Tapi setahu saya selama berapa tahun itu disangga atau ditopang menggunakan bambu tidak ada material kayu atau plafon yang jatuh," ujarnya.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved