Berita Solo Terbaru
Sulitnya Memindahkan Somali, Kebo Bule Jantan dari Kandang Mahesa ke Magangan, Butuh Waktu 3 Jam
Somali, kebo bule jantan yang sulit dipindahkan dari Kandang Mahesa ke Magangan, Selasa (26/7/2022). Butuh waktu hingga tiga jam untuk memindahkannya
Penulis: Tara Wahyu Nor Vitriani | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tara Wahyu NV
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Keraton Kasunanan Surakarta melakukan isolasi kepada lima ekor Kebo Bule keturunan Kyai Slamet di Magangan.
Lima kebo itu pun dipindahkan dari lokasi awal di Kandang Mahesa Alun-alun Kidul ke Magangan, Kompleks Keraton Solo.
Dari lima kebo tersebut, ada satu kebo bernama Somali yang sulit untuk dipindahkan.
Somali adalah kebo jantan satu-satunya, diantara empat kebo bule lainnya yang dipindahkan.
Baca juga: Putra Mahkota Keraton Solo Turun Tangan Bantu Pindahkan Kebo Bule dari Alun-alun Kidul ke Magangan
Baca juga: Anak Kebo Bule Milik Keraton Solo Yang Baru Lahir Mati : Sempat Tidak Mau Menyusui
Dibutuhkan kerja keras untuk bisa memindahkannya ke lokasi baru.
Butuh waktu berjam-jam untuk bisa menggiring Somali.
Kerbau itu berjalan paling belakang dengan sangat pelan.
Bahkan saat sudah berada di depan Alun-alun Kidul dan hanya berjarak 50 meter dari Magangan, kebo keturunan Kyai Slamet itu hanya diam dan tak mau beranjak.
Sebanyak lima orang harus turun tangan agar Somali mau melanjutkan perjalanan.
Somali sempat dipancing untuk berjalan dengan menggunakan makan. Hanya saja usaha itu nihil.
Kurang lebih satu jam, Somali tidak mau bergerak.
Ketika ada mobil warna merah yang berada di depan Somali, mobil itu pun akhirnya harus mengalah dan dipinggirkan.
"Mobil merah itu dipinggirkan, motor dan juga warga juga tolong minggir dulu," kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Dipokusumo.
Bukannya berjalan kedepan, kebo yang akan menjadi cucuk lampah saat Kirab Malam Satu Suro itu malah berjalan berputar menuju arah ke Alun-alun Kidul.
Setelah tiga jam, Somali akhirnya berhasil dibawa masuk untuk melakukan isolasi.
Putra Mahkota Keraton Solo Turun Tangan Pindahkan Kebo Bule
Kebo bule milik Keraton Kasunanan Surakarta yang berada di Kandang Mahesa, Alun-alun Kidul dipindahkan menuju area Magangan Kompleks Keraton Solo, Selasa (26/7/2022) siang.
Putri Dalem Keraton Solo Gusti Raden Ayu Putri Purnaningrum mengatakan ada lima ekor kebo bule yang dipindahkan dari Kandang Mahesa.
Lima kebo bule tersebut digiring melewati Lapangan Alun-alun Kidul untuk menuju Magangan.
Namun, untuk menggiring kebo-kebo itu ternyata tidak mudah. Lima ekor kerbau itu harus dipancing menggunakan makanan.
Baca juga: Putra Mahkota Keraton Solo Antar Langsung Undangan untuk Ikuti Kirab Malam Satu Suro ke Gibran
Baca juga: Kata Gusti Moeng Jika Kebo Bule Nekat untuk Kirab Malam 1 Suro : Bisa Kocar-kacir
Saat memancing kerbau tersebut untuk masuk ke Magangan, Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Purbaya atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Sudibyo Raja Putro Nalendra Ing Mataram ikut turun tangan.
Lima kerbau tersebut rencananya akan menjadi bagian penting dalam kirab memperingati Tahun Baru Jawa alias Malam Satu Suro yang digelar Jumat (29/7/2022) besok.
Menantu SISKS Pakubuwono XIII, Kanjeng Raden Arya (KRA) Rizki Ajidiningrat mengatakan pemindahan kerbau-kerbau tersebut dilakukan guna mencegah penyebaran PMK.
"Untuk memutus mata rantai penyebaran PMK. Agar yang belum tertular atau sudah dalam proses penyembuhan kita sterilisasi di tempat yang baru," kata Rizki, kepada TribunSolo.com.
Magangan dipilih lantaran lokasinya yang tertutup untuk umum.
Sesuai penjelasan dari dokter hewan, kerbau keturunan Kyai Slamet itu diduga tertular PMK dari manusia.
"Kita evakuasi ke tempat yang steril dari lalu lalang manusia. Karena yang belum banyak diketahui banyak orang, manusia ternyata bisa jadi carrier PMK," jelasnya.
Baca juga: Lihat Video Suporter Persis Solo di Tugu Jogja, Gibran : Jelas-jelas Provokasi, Sudah Diidentifikasi
Menurutnya, lima kerbau itu kondisinya sudah mulai berangsur membaik.
Hal itu ditandai dengan aktivitas kerbau yang mulai meningkat dan nafsu makan yang terus membaik.
"Yang kita giring ini yang terdampak PMK yang pertama," ucapnya.
Rencananya lima kerbau tersebut akan dijadikan cucuk lampah (pembuka jalan) pada Kirab Malam Satu Suro.
Namun, Rizki menyebut Keraton Surakarta akan terus berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispertan-KPP) untuk memastikan kesiapan kerbau-kerbau tersebut.
"Tentunya dengan pertimbangan dokter dan melihat perkembangan fisik si maesa (kerbau). Nanti kita dukung dengan pengecekan laboratorium untuk memastikan imunitas yang terbentuk sudah bagus atau tidak," pungkasnya.
KGPH Purbaya Antar Undangan ke Gibran
Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Purbaya atau Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Sudibyo Raja Putro Nalendra Ing Mataram menemui Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Selasa (26/7/2022).
Kedatangan Purbaya tak lain adalah untuk menyerahkan undangan Kirab Malam Satu Suro yang akan dilaksanakan pada Jumat (29/7) malam.
"Beliau (Gusti Purbaya) nganter undangan Kirab Malam Satu Suro," kata Gibran, kepada TribunSolo.com, Selasa (26/7/2022).
Kirab Malam Satu Suro mendatang diakui Gibran menjadi yang pertama kali dirinya ikuti.
Baca juga: Kata Gusti Moeng Jika Kebo Bule Nekat untuk Kirab Malam 1 Suro : Bisa Kocar-kacir
Baca juga: Kebo Bule Milik Keraton Solo Mati Gegara Terjangkit Virus PMK, Gimana Nasib Kirab Malam Satu Suro?
Keikutsertaannya tak lepas karena suami Selvi Ananda itu ingin menguri-uri kebudayaan Jawa.
Selain itu dirinya juga ingin menunjukkan kepada masyarakat, bahwa Kota Solo aman untuk dikunjungi wisatawan.
"Karena kemarin dua tahun terakhir kirabnya masih terbatas, makanya Jumat besok kita ramaikan," ungkapnya.
Menurutnya, Kirab Malam Satu Suro merupakan salah satu event tahunan terbesar di Solo.
Nantinya, putra sulung Presiden Joko Widodo itu akan memakai beskap saat kirab.
"Pakai beskap saja, (pusaka) nggak punya," kata Gibran.
Sebelum menghadiri kirab di Keraton Kasunanan Surakarta, Gibran juga mengatakan akan datang ke Kirab Malam Satu Suro di Pura Mangkunegaran.
Baca juga: Sulitnya Menyuntikkan Vaksin PMK ke Kebo Bule Keturunan Kyai Slamet, Petugas Sampai Kewalahan
Baca juga: Kebo Bule Kiai Slamet Tak Jadi Berkurang : Kemarin Mati 1 Ekor Akibat PMK, Hari Ini Lahir 1 Ekor
Tak ada persiapan khusus yang dilakukan oleh Gibran untuk mengikuti kirab.
Hanya saja, dia terus memantau kesehatan dari Kebo Bule milik Keraton.
"Kita pantau dulu, kita lihat mana-mana kerbau yang siap atau fit untuk kirab," paparnya.
Sementara itu, Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta KGPH Purbaya mengucapkan terimakasih kepada pemerintah Kota Solo yang telah memberikan vaksin PMK untuk kebo bule.
"Kita sudah dibantu dengan DPKPP terkait dengan perawatan kerbaunya. Semoga cepat pulih dan bisa dikeluarkan ketika Malam Satu Suro," kata Purbaya.
Menurutnya, saat ini ada 7 ekor kebo bule yang terpapar PMK.
Kerbau-kerbau tersebut sudah dipisah sehingga tak akan memapar kerbau yang lain.
"Jadi kerbau yang sehat sudah kami pisahkan dengan yang sakit biar tidak terjangkit semua. Harapannya bisa dikeluarkan ketika Kirab Malam Satu Suro," pungkasnya.
Kematian Kebo Bule Jelang Kirab Pertama Kali Terjadi
Seekor kebo bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Solo, bernama Nyi Apon mati, Kamis (20/7/2022).
Kematian kebo tersebut karena terpapar PMK jelang acara kirab malam 1 Suro pada Jumat (29/7/2022) mendatang.
Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta, GKR Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng mengatakan, kematian kebo bule jelang kirab ini merupakan kali pertama terjadi.
Baca juga: Apesnya Harjanto di Klaten : Baru Ditinggal 5 Menit, Rumahnya Terbakar, Kerugian Capai Puluhan Juta
"Seingat saya tidak kirab karena pandemi. Mungkin ini belum diizinkan lagi, kalau kondisi kerbaunya seperti ini," katanya kepada TribunSolo.com, Sabtu (23/7/2022).
Gusti Moeng tidak bisa memastikan, apakah kirab 1 Suro mendatang akan diadakan atau tidak.
Namun, dia tidak mengizinkan jika kebo bule diikutkan dalam agenda kirab, karena kondisi sejumlah kerbau inti sakit.
"Saya memegang kerbau ini sejak tahun 1992, itu tinggal sepasang saja. Lalu berkembang biak menjadi 6, dan menjadi banyak," ucapnya.
"Dengan kondisi seperti ini, saya sebagai Ketua Lembaga Dewan Adat, saya tidak mengizinkan, secara medis juga tidak memungkinkan," imbuhnya.
Baca juga: Potret Anak Kebo Kiai Slamet dari Nyai Juminten : Lahir Sabtu Kliwon, Matahari Tepat di Atas Kepala
Gusti Moeng juga nampak kesal, karena belum dilibatkan dalam rapat kirab malam 1 Suro beberapa waktu lalu.
"Rute kirabnya mungkin seperti biasa, dengan kondisi seperti ini, apakah kirabnya hanya di Baluarti saja saya tidak tahu, karena saya belum dilibatkan," ujarnya.
Dengan matinya Apon, dia meminta kepada sentono dan abdi dalem untuk sama-sama instropeksi diri.
Dia melihat, banyak rumor yang timbul, sehingga membuat kondisi di dalam Keraton Solo menjadi tidak baik.
"Apon ini ibunya (kebo), panutan kebo yang satu tim itu, jadi kalau mboknya (induknya) gak ada semua kocar kacir," ujarnya."
Semoga dengan ini, semua kembali dengan aturan yang benar bisa selamat semua, terutama Keraton seutuhnya," pungkasnya.
Lahir Kebo Bule Baru
Di tengah kabar duka, ada kabar gembira karena kebo bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Solo melahirkan.
Padahal baru kemarin kehilangan salah satu anggotanya Nyi Apon karena mati virus PMK, kini tak butuh waktu lama hadir kebo baru.
Ya, kebo Nyai Juminten itu melahirkan, Sabtu (23/7/2022) sekira pukul 12.00 WIB.
Ibarat hadir di tengah duka, anakan kebo Nyai Juminten menjadi pelipur lara usai duka.
Terlebih saat itu, seluruh kebo 'sakral' tengah mendapatkan pertolongan dengan disuntik vaksin virus PMK.
Juminten merupakan kebo inti, namun dia tengah terpapar PMK.
Sama seperti Nyi Apon yang akhirnya menghembuskan panas, dengan usia 20 tahun.
Anakan kebo dari Nyai Juminten yang lahir warnanya sama, yakni putih semacam bule.
Kondisinya tampak sehat dan sempat bersuara layaknya bayi yang nangis.
Saat lahir, matahari tepat di atas kepala karena siang hari.
Menurut penanggungjawab kandang, Heri Sulistyo, proses melahirkan kebo Nyai Juminten berjalan normal, tanpa bantuan.
"Proses melahitrkannya normal, karena kondisinya agak sakit, jadi masih lemas. Kami masih mengawasi," katanya kepada TribunSolo.com.
Baca juga: Sulitnya Menyuntikkan Vaksin PMK ke Kebo Bule Keturunan Kyai Slamet, Petugas Sampai Kewalahan
Baca juga: Dekat dengan Erina Gudono, Akankah Kaesang Ikuti Jejak Hidup Gibran, Menikah di Usia Ideal 28 Tahun?
Bayi kebo itu lahir pada Sabtu Kliwon.
Namun karena baru proses melahirkan, dia belum mengetahui jenis kelaminnya.
Ketua Pengelola Alun-alun Selatan, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani mengatakan, kebo Nyai Juminten mengandung selama 9 bulan.
"Nyai Juminten ini sedang kena PMK, kemarin susah makan, tapi akhir-akhir ini sudah mau makan," ujarnya.
"Ini kita beri ketela terus, karena sukanya ketela," imbuhnya.
Kebo Nyai Juminten sendiri sudah berusia 10 tahun, dan sudah melahirkan sebanyak 5 kali.
Dilarang untuk Kirab Satu Suro
Sebanyak 7 ekor kebo bule keturunan Kiai Slamet milik Keraton Solo terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Ketua Pengelola Alun-alun Selatan, GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani, mengatakan hal tersebut membuat kebo bule itu tak memungkinkan mengikuti kirab malam satu suro yang jatuh pada Jumat (29/7) mendatang.
Sebab, masa pemulihan kerbau usai terpapar PMK membutuhkan waktu 2-4 minggu.
Sementara sejumlah kerbau masih terpapar PMK.
Baca juga: Kebo Bule Milik Keraton Solo Mati Terpapar PMK Diduga Lewat Manusia, Begini Penjelasan Dinas
"Kelihatannya tidak memungkinkan untuk keluar, khawatirnya akan timbul penyakit baru. Kami fokus ke pemulihan," katanya, kepada TribunSolo.com, Sabtu (23/7/2022).
Dia mengatakan, ada sekitar 18 kerbau keturunan Kyai Slamet yang dipelihara Keraton Kasunanan Surakarta.
Namun 7 kerbau inti, masih terpapar PMK, dan menjalani masa karantina di kandang khusus.
Sementara 1 kebo bule meninggal karena terpapar PMK.
"Yang sakit yang kebo inti, yang belum inti saja sudah ada yang terindikasi. Yang dua sehat," ujarnya.
"Sedangkan kirab itu pakai kebo inti, yang lain belum bisa dan belum pernah ikut kirab," tambahnya.
Hal ini juga berimbas pada larangan masyarakat untuk memberikan makan kepada kebo bule yang ada di Alun-alun Kidul.
Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta, GKR Wandansari atau yang akrab disapa Gusti Moeng, juga tidak mengizinkan kebo bule mengikuti kirab malam satu suro mendatang.
"Yang diserang itu kan mulut untuk makan, dan kuku untuk jalan. Dia kan biasa jalan di tanah, yang lebih lunak, kalau dipaksa jalan di aspal, apakah tahan? Apakah aman? Kalau terjadi sesuatu di jalan, siapa yang tanggungjawab," kata Gusti Moeng.
Gusti Moeng mendengar bakal ada 5 pusaka yang akan dikeluarkan untuk kirab.
Namun, dengan kondisi kebo bule inti yang sakit, hal tersebut tidak memungkinkan untuk ikut kirab.
"Dengan kondisi seperi ini, saya sebagai Ketua Lembaga Dewan Adat, saya tidak mengizinkan," pungkasnya.
Penjelasan Dinas terkait Kebo Bule Terpapar Manusia
Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Solo memberikan penjelasan mengenai Kebo Bule milik Keraton Kasunanan Surakarta yang disebut terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) melalui manusia.
Kepala DPKPP Solo, Eko Nugroho menyebut virus PMK bisa menempel pada manusia dan menularkan pada hewan.
"Mungkin karena bisa terbawa manusia, manusia sebagai pembawa," kata Eko, kepada TribunSolo.com, Jumat (22/7/2022).
"Ada orang yang baru daerah PMK masuk kandang ada virus yang menempel di baju atau sepatu sehingga menularkan ke hewan," tambahnya.
Baca juga: Sore Nanti Ada Pawai Obor ASEAN Para Games XI 2022 di Solo, Jalan Protokol Tak Ditutup
Baca juga: Prakiraan Cuaca Kota Solo Sabtu 23 Juli 2022: Sore Hari Berpotensi Hujan
Terlebih lagi, Kebo Bule berada di alun-alun selatan dimana banyak masyarakat yang nongkrong maupun menonton kerbau-kerbau tersebut.
"Iya bisa seperti itu, tapi kita sebelumnya juga sudah lakukan desinfektan dan melakukan antisipasi juga," paparnya.
Eko menyarankan masyarakat untuk tidak terlalu dekat-dekat dengan hewan.
Meskipun tidak menular ke manusia, tapi manusia diduga bisa membawa virus PMK itu.
"Jangan dekat-dekat lah, dalam artian tidak menular tapi bisa membawa virusnya," ujar Eko.
Setelah mengetahui adanya satu kerbau yang mati karena PMK, pihaknya langsung memisahkan hewan yang belum terpapar dan saat ini terpapar.
Baca juga: Sambut Pemilu Serentak 2024, PKS Solo Ajak Komunitas Gowes Keliling Kota Solo
"Terindikasi PMK langsung kita pisahkan, laporannya kemarin. Ada yang terindikasi PMK sudah kita lakukan pengobatan dan kini makin sehat," paparnya.
Tak Disarankan Ikut Kirab Malam Satu Suro
Kebo bule milik Keraton Kasunanan Surakarta terindikasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Menanggapi kasus tersebut, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKPP) Solo, Eko Nugroho menyarankan kepada pihak keraton agar kerbau yang sakit tidak diikutsertakan dalam kirab malam 1 Suro.
"Nanti hasil pemeriksaan dokter hewan seperti apa kalau memungkinkan diikutkan atau tidak. Kalau kita menunggu dulu dari dokter hewan," ungkapnya.
"Tapi yang sakit tidak digunakan, tidak diikut sertakan, tidak dikirabkan," tambah dia.
Eko menyebut, ada 7 hewan yang terpapar PMK dengan rincian 6 kebo masih terpapar dan satu kebo mati.
Padahal untuk masa penyembuhan sendiri membutuhkan waktu hingga 14 hari.
Baca juga: Kebo Bule Milik Keraton Solo Mati Gegara Terjangkit Virus PMK, Gimana Nasib Kirab Malam Satu Suro?
"Baru bisa pulih 14 hari biasanya sembuh, kemungkinan nanti kirab belum sembuh," ucapnya.
Sedangkan untuk kebo bule lainnya yang tidak terpapar PMK, Eko mengaku masih membutuhkan rekomendasi dari dokter hewan.
Hal itu untuk mengetahui apakah kebo tersebut sudah benar-benar sehat.
"Kita juga belum tahu, masih menunggu hasil dari dokter hewan," kata dia.
Dirinya tidak memungkiri, adanya penularan yang riskan jika nanti kebo harus dikirab dan bertemu banyak orang.
"Ya kalau memang manusianya membawa atau tertempel, bisa saja tertular hewannya," kata dia.
Menurutnya, saat ini ada 30 ekor kerbau terkena PMK, sembuh 19 sisa 11 perawatan.
"Ini kasus pertama kerbau terkena PMK, tapikan hewan kita hanya itu saja," ungkapnya.
Satu Kerbau Mati
Satu kebo bule milik Keraton Kasunanan Surakarta mati karena terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Selain itu, 7 ekor kebo bule lainnya yang berada di Kandang Kebo Mahesa terindikasi positif PMK.
Saat ini, kebo-kebo itu sudah dipisah atau dikandangkan.
Kejadian ini terjadi jelang Kirab Malam Satu Suro dimana Kebo Bule menjadi salah satu ikonnya.
Baca juga: Satu Kebo Bule Milik Keraton Kasunanan Surakarta Mati Usai Positif PMK, Diduga Terpapar Manusia
Baca juga: Cegah Wabah PMK Meluas, Kendaraan Pengangkut Ternak Keluar-Masuk Sukoharjo Disidak
Wakil Pengageng Sasana Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Dani Nuradiningrat mengatakan Kirab Malam Satu Suro akan dilaksanakan pada Jumat (29/7/2022) malam.
Mengenai agenda tersebut, Dani mengungkapkan pihak Keraton masih menunggu hasil pemeriksaan dari dua pihak.
Yakni Dinas Ketahanan Panganan dan Pertanian serta dokter hewan dari Keraton.
"Menunggu dari hasil pemeriksaan dinas dan dokter yang mengecek," kata Dani, kepada TribunSolo.com, Jumat (22/7/2022).
Menurutnya, Kirab Malam Satu Suro bisa menggunakan kebo bule lainnya yang tidak terpapar.
Baca juga: Sosok Wiyono, Warga Klaten Pemilik Kebo Bule: Pernah Ditawar hingga Puluhan Juta Rupiah
"Mungkin nanti bisa diambilkan dari kandang lain," kata dia.
Menurutnya, kebo yang tidak terpapar PMK tersebut berada jauh dari Kandang Kebo Mahesa yang berada disebelah barat.
"7 (kebo yang terpapar PMK) itu memang kandang terpisah, makanya yang kena 1 kandang itu sudah disemprot disinfektan dan obat," paparnya.
Satu Kebo Betina Mati
Salah satu kebo bule milik Keraton Kasunanan Surakarta dikabarkan mati pada Kamis (21/7/2022) pagi.
Kebo (kerbau, -red) betina bernama Apon itu mati usai terindikasi positif Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Baca juga: Cerita Warga Klaten Pelihara Kebo Bule: Perawatan Mudah, Cukup Diberi Jerami dan Dedak Setiap Hari
Baca juga: Warga Klaten Pelihara Kebo Bule, Tidak Dijual Meski Pernah Ditawar Puluhan Juta: Sudah Sayang
Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunanan Surakarta, KRA Dani Nuradiningrat membenarkan ada satu kebo bule Keraton Surakarta yang mati karena terpapar PMK.
"Memang mati satu (kebo) betina umur 20 tahun, kemarin langsung dicek dari dinas, dan terindikasi PMK," kata Dani, kepada TribunSolo.com, Jumat (22/7/2022).
Dani menjelaskan, dua minggu sebelumnya Sinuhun meminta untuk melakukan pengecekan di Kandang Mahesa.
Sinuhun disebutnya meminta untuk mengecek kebo-kebo.
Dijelaskan Dani, kebo yang mati itu terdapat di kandang yang berada di sebelah barat.
Baca juga: Maeso Kebo Bule Keraton Solo Mati, Disebut Keturunan Tertua Kebo Kyai Slamet
Baca juga: Polda Jateng Razia Rutan Klas IA Solo: Temukan Serbuk Putih dalam Plastik Klip, Ternyata Cuma Garam
"Di kandang yang sebelah barat ada 7 yang terindikasi PMK, tapi sudah ada tindakan preventif dan pengobatan," paparnya.
Menurutnya, kebo-kebo tersebut terpapar PMK bukan dari hewan.
Melainkan, terpapar dari manusia yang membawa carrier.
"Karena inkubasi PMK cepat sekali, diperkirakan dokter hewan penularan lewat manusia, memang manusia tidak tertular tapi carrier," jelasnya.
Total ada 18 ekor kebo bule di Keraton Kasunanan Surakarta.
Kebo bule yang mati itu langsung dikubur di sebelah kandang Mahesa sekitar pukul 19.00 WIB.
Tak Cuma Sapi, Kambing Juga Discreening PMK
Pemeriksaan kesehatan terhadap hewan ternak dilakukan di sejumlah pasar tradisional Solo, Selasa (19/7/2022).
Hal ini sebagai langkah pencegahan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kota Solo.
Sidak dilakukan Polresta Surakarta bersama Dinas Peternakan Kota Surakarta.
Baca juga: Peresmian Masjid Raya Sheikh Zayed di Solo Mundur Tiga Bulan, Ini Penyebabnya
Baca juga: Tarif Parkir di Night Market Ngepruk Rp 3 Ribu untuk Motor, Wali Kota Solo Gibran: Mahal Itu
Kabagops Polresta Surakarta Kompol Sutoyo mengatakan, pihaknya melakukan penyekatan di pasar hewan yang ada di wilayah kota Surakarta.
"Anggota melakukan pengecekan di sejumlah titik di Pasar Kliwon, yakni Pasar Hewan Mojo dan Semanggi, Pasar Kliwon," kata Sutoyo, kepada TribunSolo.com.
"Dari 274 ekor kambing dan 29 ekor domba, tidak ditemukan adanya penyakit PMK ," ujarnya.
Selain pengecekan hewan, tim juga melakukan penyemprotan di kawasan pasar hewan.
Sebelumnya, Polresta dan dinas terkait Pemkot Solo melakukan penyemprotan guna pencegahan penyakit PMK.
Salah satunya di kandang Kerbau Bule yang terletak di Kompleks Alun-Alun Kidul Keraton Solo.
Baca juga: Jasad Warga Wonogiri Ditemukan Mengambang di Bengawan Solo, Keluarga Merasa Janggal: Minta Diusut
Baca juga: Warga Sumber Solo Tolak Pembangunan Tower hingga Lapor Gibran : Jaraknya 700 Meter dari Rumah Jokowi
Tak hanya itu, pengecekan juga dilakukan disejumlah tempat penjagalan ternak sapi.
"Jangan sampai, daging sapi yang dikonsumsi masyarakat terjangkit PMK," ujarnya.
Pihaknya berharap, pedagang maupun para peternak menjaga kebersihan kandang untuk menghindari virus PMK.
Jika diketahui hewan ternak terjangkit PMK, maka segera berkoordinasi dengan dinas terkait dan dilakukan pemisahan.
"Segera lakukan karantina untuk pencegahan awal, jangan sampai menular. Lalu, hubungi dinas terkait untuk dilakukan pemberian viramin atau obat untuk hewan ternak," pungkasnya.
Kendaraan Pengangkut Ternak Keluar-Masuk Sukoharjo Disidak
Aktivitas kendaraan pengangkut ternak yang keluar masuk di wilayah Sukoharjo mulai diperiksa.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah meluasnya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).
Pemeriksaan itu dilakukan oleh Polisi dan Dinas Pertanian dan Perikanan di wilayah perbatasan Kabupaten Sukoharjo, yakni Kecamatan Nguter, Selasa (19/7/2022).
Baca juga: Warga Simpatisan Khilafatul Muslimin di Sukoharjo Dapat Edukasi Soal Kebangsaan, Ini Pesan Kapolres
Baca juga: Niat Cari Ikan di Sungai, Warga Sukoharjo Temukan Mayat Terapung di Bengawan Solo
Kapolres Sukoharjo, AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, mengatakan pemeriksaan yang dilakukan adalah mengecek dokumen pengiriman ternak.
“Kita lakukan pemeriksaan dokumen serta sosialisasi dan edukasi pencegahan PMK,” kata Wahyu, kepada TribunSolo.com.
Kapolres menjelaskan, petugas di lapangan melaksanakan pemantauan dan penyemprotan disinfektan kepada hewan ternak yang sedang diangkut.
Dikatakan Wahyu, petugas tak sekedar melakukan pemeriksaan.
Baca juga: Ini Desain Tempat Parkir di Kantor Kabupaten Sukoharjo: Bisa Tampung 500 Motor, Telan Dana Rp15,9 M
Baca juga: Dulu Kasus Penggelapan, Wanita Sukoharjo Ini Kembali Masuk Bui Gegara Buat Arisan Online Fiktif
Namun petugas juga memantau hewan-hewan ternak tersebut apakah terjangkit PMK atau tidak.
Masyarakat diimbau segera melapor apabila menemukan kasus PMK.
Menurutnya, hal tersebut bertujuan untuk mengantisipasi dan mencegah penyebaran PMK.
"Dalam kegiatan kali ini, tidak ditemukan PMK pada hewan ternak yang melintas," jelasnya.
(*)