Berita Boyolali Terbaru
Mitos Sedang Pitu di Cabean Kunti Boyolali : Pengantin Mending Lewat Jalan Lain, Nekat Jadi Petaka
Bagi masyarakat di wilayah Cepogo, khususnya calon pengantin yang akan diboyong pantang melalui jembatan jalan yang membelah ke tujuh sendang itu.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
Lebih menghindari jembatan jalan di Patirtaan Cabeankunti.
Bahkan, lanjutnya pernah ada ibu-ibu yang baru saja melahirkan kemudian melalui jembatan jalan tersebut.
Apa karena 'sang penunggu' (Sendang) atau pas kebetulan saja, tak lama kemudian bayi yang baru dilahirkan itu mengalami penyakit aneh.
"Tapi semua kembali ke kita masing-masing. Tapi yang jelas. Bagi masyarakat Cabenkunti masih mempercayai Mitos tersebut," pungkasnya.
Cara Menjaga Air
Salah satu kearifan lokal untuk menjaga sumber mata air masih dipertahankan sampai saat ini.
Setiap Selapan sekali (satu bulan dalam sistem penanggalan Jawa), masyarakat yang memanfaatkan sumber air dari Sendang Pitu.
Sebuah tradisi masyarakat untuk merawat Tuk (Mata Air) baik secara fisik maupun spiritual yang digelar pada hari Anggoro Kasih (Selasa Kliwon).
Secara fisik masyarakat yang memanfaatkan air ini melakukan bersih-bersih di Sendang Pitu, mulai dari membersihkan sendang hingga kawasan sendang.
Secara spiritual, setiap kelompok masyarakat yang memanfaatkan air dari Sendang Pitu itu juga menggelar acara Kenduren sederhana.
Yang dekat dengan lokasi sendang, Kenduren dilakukan di sekitar Sendang Pitu, sementara kelompok masyarakat lainnya menggelar dilingkungannya masing-masing.
Ada yang di rumah ketua RT, mushola dan masjid yang ada di lingkungan masyarakat tersebut.
Sekretaris Desa (Sekdes) Cabean Kunti, Sulistyono menyebut tradisi ini sudah berlangsung lintas generasi.
Tujuannya, menjaga agar situs tetap terawat dan lestari.
Apalagi, Sendang Pitu memberikan penghidupan sebagai sumber air bersih.