Berita Karanganyar Terbaru
Harga Sembako di Pasar Karanganyar Masih Stabil, Belum Ada Gejolak Pasca Kenaikan Harga BBM
Kenaikan harga BBM ternyata belum berdampak signifikan terhadap harga-harga sembako di pasar Karanganyar
Penulis: Mardon Widiyanto | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto
TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) diresmikan, harga sembako di pasar-pasar di Kabupaten Karanganyar rata-rata masih stabil.
Tukiyem (53), salah satu pedagang di Pasar Jungke mengatakan harga-harga sembako masih adem ayem, belum ada gejolak.
"Harga masih stabil, dari bawang putih, bawang bombai, minyak goreng belum ada gejolak," ucap Tukiyem kepada TribunSolo.com, Selasa (6/9/2022).
Tukiyem mengatakan harga bawang putih saat ini berada di kisaran Rp24 ribu per kilogram, minyak goreng curah Rp14 ribu per kilogram, dan bawang bombay masih Rp20 ribu per kilogram.
Baca juga: Respon Ketua DPC PPP Karanganyar, Tahu Suharso Monoarfa Dicopot dari Jabatan Ketua Umum PPP
Baca juga: Kenaikan Harga Solar Buat BST Keluarkan Rp57 Juta/Hari, Dirut BST Lirik Dua Opsi Ini Sebagai Solusi
Namun ada kenaikan sedikit dari harga bawang merah. Yang semula dari harga Rp22 ribu menjadi Rp25 ribu per kilogram.
Stabilnya harga-harga sembako yang ada disebut Tukiyem karena masih adanya stok barang lama.
"Harga masih stabil karena masih menggunakan stok lama, sehingga saya belum menaikkan harga. Saya ke Pasar di Solo untuk mengecek harga terbaru," ujar Tukiyem.
Sementara itu, Yanti (42) pedagang pasar Jungke yang lain juga membenarkan harga sembako masih terbilang stabil.
"Harga sembako masih stabil, belum terjadi gejolak sejak harga BBM bersubsidi naik," ucap Yanti.
Yanti turut mengangguk ketika dihadapkan pada pernyataan hanya harga bawang merah yang mengalami kenaikan.
Tapi harga bawang merah pun disebutnya sudah mengalami kenaikan sebelum harga BBM Subsidi naik.
Selain itu, dia justru mengungkap harga telur ayam mengalami penurunan dari Rp30 ribu per kilogram menjadi Rp26 ribu per kilogram.
Baca juga: Respon Organda Karanganyar soal Kenaikan Harga BBM : Tolong Beri Kebijakan Penyesuaian Tarif
Baca juga: Api Lalap Tempat Limbah Kayu Triplek di Karanganyar, Asap Putih Pekat Membumbung Tinggi
Lebih lanjut, berdasarkan informasi yang dihimpun TribunSolo.com dari Dinas Perdagangan Tenaga Kerja Koperasi UKM, harga sembako di 13 pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar pasca kenaikan harga BBM cenderung fluktuatif.
Tercatat harga 48 komoditas pada Jumat (2/9/2022) sampai Senin (5/9/2022) menunjukkan kenaikan dan penurunan.
Sebagai contoh, harga telur ayam broiler dari Rp 28.400 per kilogram, justru turun menjadi Rp 28.000 per kilogram.
Kemudian harga cabai merah keriting dari Rp 57.600 perkilogram naik menjadi Rp 69.167 per kilogram.
Beras IR64 medium yang semula Rp 11.700 perkilogram turun jadi Rp 11.538 per kilogram.
Sementara daging ayam broiler Rp 32.800 perkilogram menjadi Rp 33.192 per kilogram.
Harga Cabe Keriting Merah di Sragen Tambah Pedas
Stabilnya harga kebutuhan pokok di Kabupaten Sragen pasca kenaikan harga BBM ternyata tak berlaku bagi komoditas cabai dan kedelai.
Hal ini berbeda dengan harga minyak goreng, bawang merah, bawang putih hingga gula pasir yang cenderung stabil di Pasar Bunder Sragen.
Harga kedua komoditi tersebut, yakni cabai dan kedelai bahkan meroket tajam.
Seperti cabai keriting merah yang harganya mengalami peningkatan hingga 2 kali lipat.
Baca juga: Masih Aman, Harga Minyak Goreng hingga Gula Pasir di Pasar Sragen Belum Terdampak Kenaikan Harga BBM
Baca juga: Update Harga Kebutuhan Pokok di Klaten : Cabai Naik Rp 5 Ribu/Kg, Beras Naik hingga Rp 1.000/Kg
Salah satu pedagang cabai, Triyono mengatakan cabai keriting merah, yang awalnya dibanderol Rp 35.000/kg, kini menjadi Rp 75.000/kg.
"Harga cabai naik, cabai keriting merah ini bisa 2 kali lipat naiknya, sekarang harganya Rp 75.000, awalnya Rp 30.000 atau Rp 35.000," ujar Triyono, kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, kenaikan harga cabai keriting merah sudah terjadi sejak 4-5 hari terakhir.
Selain itu, harga cabai rawit merah juga semakin pedas, yang sebelumnya Rp 36.000/kg, kini mengalami kenaikan menjadi Rp 50.000/kg.
Meski begitu, harga cabai lainnya cenderung stabil, yakni cabai rawit hijau Rp 26.000, cabai keriting hijau Rp 40.000, cabai merah besar Rp 55.000.
"Kalau yang lain, naik turunnya hanya Rp 2.000 sampai Rp 5.000," jelasnya.
Triyono menuturkan penyebab kenaikan harga cabai dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM yang berdampak kepada ongkos kirim cabai.
Triyono sendiri mengambil cabai-cabai tersebut dari petani di Jawa Timur, seperti Probolinggo dan Madura.
"Penyebabnya karena faktor BBM naik, barangnya juga agak terbatas, karena ongkos kirim naik," katanya.
Baca juga: Kios Renteng Nglangon Sragen Bakal Tinggal Nama : Ada Sejak 1975, Dalam Waktu Dekat Akan Diratakan
Baca juga: Kabel Listrik ke Kulkas Korslet Gegara Tak SNI, Nyaris Bakar Habis Rumah Warga Gondang Sragen
"Dampaknya omzet turun, biasanya bisa jual 1,5 kwintal, ini cuma 50 kilogram saja, takut juga pembeli berkurang, biasanya harga mahal pembeli berkurang," tambahnya.
Terpisah, kenaikan harga juga mulai dirasakan para perajin tahu di Kabupaten Sragen.
Eni, penjual tahu di Pasar Bunder Sragen, berkeluh kesah soal kenaikan harga bahan baku pembuat tahu yang naik yaitu kedelai.
Menurut Eni, harga kedelai yang awalnya Rp 11.800 kini naik menjadi Rp 12.100.
"Harga kedelai naik, naiknya bareng BBM naik, awalnya Rp 11.800 menjadi Rp 12.100," jelas Eni.
Meski harga kedelai mulai naik perlahan, Eni belum berani menaikkan harga jual tahu miliknya.
Apalagi sudah ada wacana harga kedelai akan kembali naik.
"Tidak bisa menaikkan harga tahu, infonya harga kedelai mau naik lagi," pungkasnya.
Tak Terdampak, Harga Minyak Goreng hingga Gula Pasir Aman
Kenaikan harga BBM ternyata belum terlalu berdampak ke harga komoditas di pasar yang ada di Kabupaten Sragen.
Salah satunya di Pasar Bunder Sragen.
TribunSolo.com mendapati harga komoditas cenderung masih stabil.
Salah satu pedagang, Sri Gimin mengatakan harga barang-barang belum ada kenaikan.
Baca juga: Potret SPBU di Sragen Pasca Harga BBM Resmi Naik, Pelayanan Normal hingga Tak Ada Antrean Panjang
Baca juga: Kios Renteng Nglangon Sragen Bakal Tinggal Nama : Ada Sejak 1975, Dalam Waktu Dekat Akan Diratakan
"Harga masih stabil, belum ada yang naik, masih standar pasca kenaikan BBM," ujarnya kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).
Menurutnya, harga bawang merah dan bawang putih hingga gula pasir masih berada pada harga standar.
Harga bawang putih sekitar Rp 20.000/kilogram, sedangkan harga bawang merah di kisaran Rp 30.000/kilogram.
Bahkan, harga minyak goreng kini sudah mulai stabil.
Di mana minyak goreng curah dibanderol Rp 14.000/liter.
Di sisi lain, harga telur justru mengalami penurunan setelah sempat melonjak tajam.
Baca juga: Warga Sragen Antusias Datang ke SPBU, Ternyata Minta Daftar MyPertamina
Baca juga: Lokasi di Sragen Ini Bakal Jadi Surga Penggemar Durian : Di Sukorejo, Disiapkan Lahan 9,3 Hektare
Dari yang semula Rp 30.000 per kilogram, kini harga telur sudah turun hingga Rp 28.000 per kilogram.
"Harga minyak standar Rp 14.000 itu yang curah, telur malah turun kemarin Rp 30.000 turun Rp 28.000," terangnya.
Terpisah, pedagang ayam, Tinuk mengatakan harga daging ayam stabil meski harganya terbilang masih tinggi.
"Harga daging ayam stabil, tidak mengalami kenaikan, masih stabil," katanya kepada TribunSolo.com.
Harga daging ayam sendiri terpantau masih di kisaran Rp 35.000, yang membuatnya relatif masih tinggi.
"Satu minggu ini masih Rp 35.000, harganya tinggi sedikit," pungkasnya.
Kenapa Pemerintah Naikkan Harga BBM saat Harga Minyak Turun?
Pemerintah memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia.
Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM ini pun dipertanyakan oleh masyarakat, hingga akhirnya Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penjelasannya.
"Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir agak mengalami penurunan," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers, Sabtu (3/9/2022).
Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Prihatin, Ratusan Triliun Rupiah Subsidi Pertalite dan Solar Dinikmati Orang Kaya
Dirinya menjelaskan, walaupun harga minyak mentah mengalami penurunan, rata-rata harga acuan minyak mentah nasional atau ICP relatif masih tinggi.
Menkeu juga menyebutkan, jika harga ICP turun hingga ke level 90 dollar AS per barrel, rata-rata harga tahunan ICP masih berada pada kisaran 98,8 dollar AS per barrel.
"Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 dollar AS (per barrel), maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 dollar AS (per barrel)," kata dia.
Oleh karena itu, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, jika harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.
Baca juga: Pemerintah Gelontorkan Rp 502 T untuk Subsidi BBM, Sri Mulyani Punya Permintaan Khusus ke Pertamina
Dari hitung-hitungan, Sri Mulyani menyebutkan, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barrel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp 151 triliun, dari anggaran subsidi energi Rp 502 triliun saat ini.
"Kalau harga ICP di 85 dollar AS per barrel sampai Desember, kenaikan subsidi tetap menjadi Rp 640 triliun (penambahan anggaran sebesar Rp 138 triliun)," ujarnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah masih akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan harga ICP, guna menentukan besaran anggaran subsidi yang perlu digelontorkan hingga akhir tahun ini.
"Karena memang suasana geopolitik dan suasana ekonomi dunia masih sangat dinamis," ucap Sri Mulyani.
Subsidi dinikmati orang kaya
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui meski pemerintah telah menetapkan kenaikan harga BBM (BBM naik) namun subsidi tetap dinikmati mereka yang memiliki mobil.
"Dana subsidi ini memang masih akan dinikmati oleh mereka yang punya mobil," ujar Sri Mulyani.
Baca juga: Catat, Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Bikin Motor Matik Lebih Irit BBM, Mudah Dicoba saat Berkendara
"Jadi memang subsidi yang melalui komoditas seperti BBM, tidak bisa dihindarkan pasti dinikmati oleh kelompok yang memiliki kendaraan yang mengkonsumsi subsidi tersebut," kata dia lagi.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, meski ada penurunan harga minyak dunia, pemerintah masih menanggung selisih harga untuk menyubsidi Pertalite maupun Solar.
"Jadi subsidi kalau memang melalui komoditas yang tadi saya sampaikan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM (BBM naik) tadi sekitar di 100 dollar AS," beber Sri Mulyani.
"Atau bahkan kalau pun turun ke 95 dolar AS maka jumlah subsidi BBM dan listrik masih akan sebesar Rp 647 triliun atau Rp 653 triliun, kalau harganya agak menurun sedikit seperti sekarang sampai Desember," ungkap Sri Mulyani.
(*)