Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sragen Terbaru

Siap-siap, BLT BBM Disalurkan Kepada 36.224 Keluarga di Sragen, Tahap Pertama Terima Rp 500 Ribu

Kepala Kantor Pos Sragen, Budi Purnomo mengatakan BLT BBM disalurkan kepada 36.224 KPM pada tahap pertama.

Penulis: Septiana Ayu Lestari | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Asep Abdullah
Ilustrasi : Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk masyarakat di Kabupaten Sragen karena imbas kenaikan harga BBM. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Septiana Ayu Lestari

TRIBUNSOLO.COM, SRAGEN - Puluhan ribu Keluarga Penerima Harapan (PKH) di Kabupaten Sragen akan menerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) BBM.

Kepala Kantor Pos Sragen, Budi Purnomo mengatakan BLT BBM disalurkan kepada 36.224 keluarga penerima manfaat (KPM) pada tahap pertama.

"Pada batch pertama disalurkan kepada 36.224 KPM," ujarnya saat dihubungi TribunSolo.com, Rabu (7/9/2022).

Kapan akan disalurkan, menurutnya masih menunggu keputusan koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Sragen.

Jika sudah ada keputusan, bisa saja penyaluran BLT BBM bisa dilakukan mulai esok hari.

"Hari ini belum mulai penyaluran, rencana hari ini kita fix kan jadwal, kemudian koordinasi tentang jadwal dengan Dinas Sosial," terangnya.

"Mudah-mudahan besok kita bisa mulai bayarkan secara komunitas," tambahnya.

Lanjutnya, penyaluran BBM senilai Rp 150.000/bulan untuk 4 bulan, rencana akan disalurkan selama 2 tahap.

Baca juga: Bakal Dicek ESDM, Sumur Pamsimas Keluarkan Gas Mudah Terbakar di Sragen Dipasangi Garis Polisi

Baca juga: Kejadian Mengejutkan di Sragen, Warga Bor Sumur Pamsimas yang Keluar Malah Gas Mudah Terbakar

Dengan begitu, pada tahap pertama ini akan disalurkan BLT senilai Rp 300.000.

Selain BLT BBM juga disalurkan bantuan sembako senilai Rp 200.000.

Dengan begitu, satu KPM akan menerima bantuan di tahap pertama sebanyak Rp 500.000.

"Empat bulan masing-masing Rp 150.000 dan dibayar 2 tahap, setiap tahap Rp 150.000 kali dua, sehingga Rp 300.000," katanya.

"Tahap 1 September ditambah bantalan sembako sebesar Rp 200.000, jadi per KPM tahap pertama Rp 500.000," pungkasnya.

Curhatan Sopir Bentor

Dampak kenaikan BBM mulai dirasakan ojek becak motor (bentor) dan angkutan kota (angkot).

Selisih kenaikan harga yang cukup jauh, membuat mereka memutar otak.

Salah satu pengemudi bentor, Sugeng (50) mengaku sebenarnya tak setuju dengan kenaikan tersebut.

Namun, apa boleh buat, Sugeng hanya bisa mendukung program pemerintah tersebut.

"Sebenarnya tidak setuju, alasannya karena nyari uang ya susah, tapi kalau sudah ditetapkan naik ya tidak bisa apa-apa lagi, ya sudah setuju-setuju saja," katanya kepada TribunSolo.com, Senin (5/9/2022).

Semenjak pandemi covid-19, warga yang naik bentor jauh berkurang.

Sugeng sendiri dalam sehari hanya mengantar penumpang sebanyak 2-3 kali, sedangkan ia harus menyisihkan pendapatan lebih dari Rp 10.000.

Dalam keadaan tersebut, Sugeng juga tidak berani menaikkan tarif, lantaran takut kehilangan penumpangnya.

"Sekarang narik itu susah sehari tidak pasti, kadang narik 2 sampai 3 kali," terangnya.

Baca juga: Harga Sayuran di Pasar Boyolali Mulai Meroket, Tapi Telur Ayam yang Sempat Mahal Kini Merosot

Baca juga: Masih Aman, Harga Minyak Goreng hingga Gula Pasir di Pasar Sragen Belum Terdampak Kenaikan Harga BBM

"Tarifnya masih sama Rp 5.000, mau dinaikkan Rp 7.000 takut penumpang nggak mau naik, masalahnya juga banyak saingannya, ada yang mau ada yang tidak," imbuhnya.

Nestapa juga dirasakan Suradi, sopir angkot jurusan Pasar Bunder menuju Terminal Pilangsari.

Ia kini hanya bisa pasrah, lantaran dalam sehari untuk mendapatkan penghasilan kotor Rp 100.000 sangat susah.

"Sekarang enggak ada penumpang, prinsipnya sekarang kuat dilakoni ora kuat dilereni (kuat dilakukan tidak kuat istirahat)," katanya.

"Dapat penghasilan kotor Rp 100.000 itu susah, sekarang minimal beli BBM minimal Rp 50.000, itu sudah cukup karena rumah saya di dalam kota," terangnya.

Sopir angkot lainnya, Basuki (54) berharap sopir-sopir angkot bisa mendapatkan subsidi atau bantuan dari pemerintah.

Namun, hingga kini ia belum mendapat informasi terkait penyaluran subsidi kepada pengemudi angkutan umum.

"Harapannya angkutan umum bisa disubsidi, berapapun itu, biar bisa sedikit membantu," katanya.

Ia harus pulang pergi dari rumahnya di Kecamatan Jenar ke Sragen Kota, sehingga biasanya sekali isi Basuki membutuhkan sekitar 10 liter.

Basuki menuturkan juga tidak berani menaikkan tarif angkot karena sudah tertuang dalam aturan resmi.

"Sekarang tarifnya Rp 4.000, kita tidak berani menaikkan tarif karena sudah diatur, naik sedikit nanti kita bisa kena masalah," jelasnya.

Ketua Organda (Organisasi Angkutan Darat) Sragen, Eko Darsono mengatakan perihal kenaikan tarif, pihaknya kembalikan lagi kepada pemilik usaha jasa transportasi.

"Terkait kenaikan harga BBM, penyesuaian tarif kita serahkan kepada pengusaha transportasi, mau naik atau tidak, tergantung dari mereka," katanya.

Alasan Harga BBM Naik

Pemerintah memutuskan menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) di tengah tren penurunan harga minyak mentah dunia.

Keputusan pemerintah menaikkan harga BBM ini pun dipertanyakan oleh masyarakat, hingga akhirnya Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan penjelasannya.

"Masyarakat saat ini bertanya karena harga minyak dalam sebulan terakhir agak mengalami penurunan," ujar Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers, Sabtu (3/9/2022).

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani Prihatin, Ratusan Triliun Rupiah Subsidi Pertalite dan Solar Dinikmati Orang Kaya

Dirinya menjelaskan, walaupun harga minyak mentah mengalami penurunan, rata-rata harga acuan minyak mentah nasional atau ICP relatif masih tinggi.

Menkeu juga menyebutkan, jika harga ICP turun hingga ke level 90 dollar AS per barrel, rata-rata harga tahunan ICP masih berada pada kisaran 98,8 dollar AS per barrel.

"Atau kalaupun harga minyak turun sampai di bawah 90 dollar AS (per barrel), maka keseluruhan tahun rata-rata ICP masih di 97 dollar AS (per barrel)," kata dia.

Oleh karena itu, besaran subsidi BBM yang perlu disalurkan oleh pemerintah tetap akan membengkak, jika harga ICP mengalami penurunan cukup signifikan.

Baca juga: Pemerintah Gelontorkan Rp 502 T untuk Subsidi BBM, Sri Mulyani Punya Permintaan Khusus ke Pertamina

Dari hitung-hitungan, Sri Mulyani menyebutkan, dengan rata-rata harga tahunan ICP sebesar 99 dollar AS per barrel, maka pemerintah perlu menambah lagi sekitar Rp 151 triliun, dari anggaran subsidi energi Rp 502 triliun saat ini.

"Kalau harga ICP di 85 dollar AS per barrel sampai Desember, kenaikan subsidi tetap menjadi Rp 640 triliun (penambahan anggaran sebesar Rp 138 triliun)," ujarnya.

Menurutnya, saat ini pemerintah masih akan terus melakukan pemantauan terhadap perkembangan harga ICP, guna menentukan besaran anggaran subsidi yang perlu digelontorkan hingga akhir tahun ini.

"Karena memang suasana geopolitik dan suasana ekonomi dunia masih sangat dinamis," ucap Sri Mulyani.

Subsidi dinikmati orang kaya

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui meski pemerintah telah menetapkan kenaikan harga BBM (BBM naik) namun subsidi tetap dinikmati mereka yang memiliki mobil.

"Dana subsidi ini memang masih akan dinikmati oleh mereka yang punya mobil," ujar Sri Mulyani.

Baca juga: Catat, Kebiasaan Ini Ternyata Bisa Bikin Motor Matik Lebih Irit BBM, Mudah Dicoba saat Berkendara

"Jadi memang subsidi yang melalui komoditas seperti BBM, tidak bisa dihindarkan pasti dinikmati oleh kelompok yang memiliki kendaraan yang mengkonsumsi subsidi tersebut," kata dia lagi.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, meski ada penurunan harga minyak dunia, pemerintah masih menanggung selisih harga untuk menyubsidi Pertalite maupun Solar.

"Jadi subsidi kalau memang melalui komoditas yang tadi saya sampaikan bahwa dengan adanya kenaikan harga BBM (BBM naik) tadi sekitar di 100 dollar AS," beber Sri Mulyani.

"Atau bahkan kalau pun turun ke 95 dolar AS maka jumlah subsidi BBM dan listrik masih akan sebesar Rp 647 triliun atau Rp 653 triliun, kalau harganya agak menurun sedikit seperti sekarang sampai Desember," ungkap Sri Mulyani.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved