Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Makam Tua di Bawah Pohon Besar di Mliwis Boyolali : Diyakini Makam Ibunda Bupati Pertama Blora

Ada makam yang disebut berusia ratusan tahun di Kompleks Pemakaman Umum Desa Mliwis, Boyolali. Makam tua itu berada di bawah pohon besar

TribunSolo.com/Tri Widodo
Ali Sadhali selaku Juri Kunci makam Slogohimo, Desa Mliwis, Kecamatan Cepogo, Boyolali sedang membersihkan makam Mbah Nyai Blora, Kamis (6/10/2022). Makam Mbah Nyai Blora diyakini adalah ibunda dari Bupati pertama Blora. 

"Ada yang mengambil batuan Padas untuk urug jalan, seseorang menemukan batu yang bersinar, lalu batu kecil ikut ke ambil, tiba-tiba di sana terjadi kesurupan dan ditangani kiayi setempat, setelah batu itu dikembalikan efek kesurupan hilang," ujar Winardi.

Dia mengatakan nama makam Kukun sendiri merupakan singkatan dari TPU Walikukun.

Ia menuturkan dulunya di sekitar makam merupakan rawa-rawa dengan banyak pohon berdiri.

"Namannya aslinya TPU Walikukun, namun orang-orang di sini suka mempersingkat menjadi TPU Kukun, dulu rawa-rawa banyak pohon-pohon, kemudian masyarakat dan relawan mulai dibenahi sekitar 2017 (5 tahun lalu)," ungkap Winardi.

"TPU ini, sudah sudah lama ada sebelum saya lahir, tempat paling keramat yang paling ujung, saya sering melewati tpu tersebut, saya pernah mendengar suara musik rebananan di sana," imbuh Winardi.

Supriyatno, Kadus Silamat, mengatakan makam Kukun itu berada di wilayah Dukuh Serut, meliputi Dusun Silamat dan Dusun Plosokerep, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar.

Supriyanto mengatakan makam tersebut memilki luar 6 meter persegi di atas tanah kas Desa Ngringo.

"Pemakaman ini untuk warga kebayanan Silamat dan Plosokerep," ucap Supriyatno.

"Menurut cerita dari masyarakat kami, disini ada pohon kukun di kawasan makam," imbuh Supriyatno.

Supriyatno mengatakan dulunya makam Kukun gelap gulita.

Bahkan, masyarakat yang melintasi di TPU Kukun membunyikan klaksonnya.

"Suasana sebelum dipasang lampu, gelap gulita, dulu saat warga melintasi TPU ini memencet klakson, kemudian mulai 6 tahun lalu, kita mulai berdoa bersama di makam  Kukun menjelang Ramadan mendoakan arwah di sana,"ungkap Supriyatno.

Saat ditanya soal mitos kawin gencet di makam itu, dia mengaku pernah mendengar kabar tersebut.

Meskipun begitu, ia belum bisa memastikan kebenaran kabar tersebut karena hingga saat ini, belum mendapatkan kabar tersebut.

"Terkait mitos Kawin Gencet, saya pernah dengar, namun faktanya saya belum pernah melihat, hanya sebatas perbincangan warga ke warga," ujar Supriyatno. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved