Berita Boyolali Terbaru
Tilang Manual di Boyolali Dipastikan Sudah Tak Ada, Kini Semua Pelanggar Hanya Ditilang Lewat ETLE
Kasatlantas Polres Boyolali, AKP Abdul Mufid mengikuti arahan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo.
Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
"Untuk membukanya, pelanggar harus membuka blokiran terlebih dahulu dengan menyelesaikan sidang E-TLE, apabila sudah dibuka baru bisa bayar pajak," tambahnya.
Selama operasi zebra candi 2022, terdapat 5 kamera E-TLE mobile yang melakukan patroli setiap harinya.
Patroli tidak hanya dilakukan di daerah perkotaan saja, namun juga menyasar jalan kabupaten yang ada di wilayah Kecamatan.
"Pelanggaran relatif ada di daerah kecamatan, di kota juga ada, tapi yang paling banyak di Kecamatan, kita juga sampai jalan kabupaten," ujarnya.
"Rata-rata pelanggaran yang ditindak ialah pelanggaran kasat mata, tidak pakai helm, tidak pakai sabuk, main HP, lawan arus, melanggar rambu, kendaraan tidak sesuai standar, misal spion tidak lengkap," pungkasnya.
Kecelakaan Mencapai Seribu Kasus
Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Sragen mencatat sudah ada seribu lebih kasus kecelakaan di wilayahnya.
Kaur Bin Ops (KBO) Satlantas Polres Sragen, Iptu Supriyanto mewakili Kasat Lantas Polres Sragen, AKP Abipraya Guntur Sulatiasto mengatakan total sudah ada 1.081 kasus kecelakaan hingga Oktober 2022.
"Terhitung sejak 1 Januari 2022 hinga 13 Oktober 2022 kejadian kecelakaan sebanyak 1.081 kasus berdasarkan data yang dilaporkan di Integrated Road Safety Management System (IRSMS)," ungkapnya kepada TribunSolo.com, Jumat (14/10/2022).
Lanjutnya, jumlah kecelakaan di tahun 2022 meningkat dibanding tahun 2021, yang dipengaruhi sudah mulai longgarnya aturan pandemi covid-19.
Kemudian, dari kecelakaan tersebut tentunya menimbulkan korban, baik korban jiwa maupun korban luka.
Ia menuturkan korban meninggal dunia tercatat sebanyak 123 orang.
Angka tersebut merupakan akumulasi korban meninggal dunia di lokasi kejadian maupun korban meninggal setelah mendapat perawatan di rumah sakit.
Sedangkan belum ada catatan korban mengalami luka berat, seperti cacat seumur hidup atau meninggalnya janin.
Baca juga: Rumor Kick-Off Liga 1 November 2022,Persis : Paling Tepat, Jika Tragedi Kanjuruhan Sudah Dievaluasi
"Korban dengan luka ringan, baik penumpang maupun pengemudi sebanyak 1.144 orang, korban memang paling banyak pengendara sepeda motor," jelasnya.
"Ya selama ini (korban) paling banyak pengendara sepeda motor di usia produktif yakni 18 sampai 35 tahun," tambahnya.
Lokasi kecelakaan paling banyak terjadi di sepanjang jalan Sragen-Ngawi mulai dari wilayah Kecamatan Ngrampal hingga ke perbatasan Sambungmacan.
Iptu Supriyanto mengungkap banyak penyebab terjadinya kecelakaan, yakni mulai dari faktor alam, manusia, jalan dan faktor kendaraan itu sendiri.
Ia mengimbau kepada setiap pengguna jalan untuk selalu tertib berlalu lintas dengan menaati rambu-rambu lalu lintas.
"Saat hujan reda, seyogyanya hindari berpergian, lebih baik menunggu hujan reda, kalau terpaksa berpergian lebih hati-hati lagi," imbaunya.
Mengerikannnya Jalanan Sambungmacan
Kecelakaan maut sering terjadi di Jalan Raya Sragen-Ngawi atau sepanjang jalan di Kecamatan Sambungmacan dalam beberapa waktu terakhir.
Terakhir, seorang mahasiswi, Tiya Wahyu (21) meninggal dunia setelah bertabrakan dengan Bus Sumber Selamat.
Pada awal Bulan September 2022 lalu, selama dua hari berturut-turut terjadi kecelakaan maut yang menyebabkan seorang pengendara sepeda motor meninggal dunia.
Kebanyakan kecelakaan terjadi saat turun hujan dengan kondisi aspal yang licin.
Berdasarkan cerita warga Sambungmacan, S merasa resah karena setiap hari harus mendengar kabar kecelakaan.
Menurutnya, kecelakaan sering terjadi pada malam hari dan saat kondisi hujan.
"Jadi resah, mau melintas jadi takut, karena mobil-mobil itu melajunya kencang-kencang," katanya kepada TribunSolo.com.
"Kalau kejadian kebanyakan malam hari, kalau sore biasanya hujan, jalan jadi licin, kebanyakan kendaraan besar sama sepeda motor," tambahnya.
Tak hanya itu, warga pun mengeluhkan kualitas aspal yang baru saja diperbaiki itu.
Di mana, aspal membuat jalan semakin halus hingga diduga menyebabkan banyak kendaraan tergelincir, terlebih ketika hujan turun.
Baca juga: Syarat Tanah Terkena Tol Solo-Jogja Bisa Dibayar Meski Sertifikatnya Hilang, Ini Kata BPN Boyolali
Baca juga: Pelajar 15 Tahun di Sragen Tewas Kecelakaan, Orang Tua Diminta Larang Dulu Anaknya Naik Motor
Namun, kondisi aspal tersebut ternyata bukan menjadi satu-satunya faktor penyebab terjadinya kecelakaan.
Kanit Gakkum Satlantas Polres Sragen, Ipda Irwan Marviyanto mengatakan pihaknya sudah pernah mengadakan pengecekan bersama dinas provinsi dan dinas perhubungan.
"Hasilnya untuk aspalnya memang jalan itu kualitasnya bagus, mungkin banyaknya terjadi kecelakaan juga karena faktor cuaca," katanya kepada TribunSolo.com.
Ia mengatakan faktor cuaca, seperti hujan menyebabkan para pengendara kurang memperhatikan laju kendaraannya.
Ipda Irwan menyebut kecelakaan kebanyakan terjadi kala hujan yang turun dengan intensitas ringan atau masih gerimis.
Hal tersebut yang membuat pengendara biasanya menambah laju kendaraannya untuk menghindari hujan.
Berbeda ketika hujan turun dengan intensitas lebat, dimana biasanya para pengendara akan lebih berhati-hati di situasi jarak pandang yang pendek.
"Karena kualitas aspalnya bagus, kalau hujan rintik-rintik justru banyak terjadi kecelakaan, ibaratnya pengemudi masih bisa melihat situasi didepannya, kemudian kurang mengendalikan kecepatan," terangnya.
"Kalau hujan deras, biasanya pengendara akan lebih berhati-hati, mungkin itu jadi faktor penyebab kecelakaan," tambahnya.
Remaja Tewas di Jalanan
Seorang pelajar ANN (15) warga Desa/Kecamatan Sidoharjo, meninggal dunia setelah terlibat kecelakaan pada Selasa (12/10/2022).
ANN yang masih dibawah umur tengah mengendarai sepeda motor di Jalan Raya Sragen-Solo pada waktu hujan.
Karena sepeda motornya terselip, ANN terjatuh kemudian ditabrak mobil Daihatsu Xenia yang melaju dari arah berlawanan.
Dari kejadian kali ini, anak-anak yang mengendarai kendaraan bermotor kembali menjadi sorotan.
Kanit Gakkum Satlantas Polres Sragen, Ipda Irwan Marviyanto meminta kepada setiap orang tua maupun keluarga untuk lebih ketat atau jika bisa melarang anak-anaknya yang masih dibawah umur untuk tidak mengendarai kendaraan bermotor terlebih dahulu.
"Kaitannya pengemudi yang masih dibawah umur atau anak-anak, itu juga menjadi perhatian bersama, dibutuhkan peran serta orangtua, keluarga, untuk selalu mengawasi putra-putrinya," katanya kepada TribunSolo.com, Rabu (12/10/2022).
"Mungkin tetap membatasi, kalau bisa melarang untuk tidak berkendara terlebih dahulu," tambahnya.
Selain itu, kecelakaan di Kabupaten Sragen juga sering terjadi saat cuaca hujan.
Kebanyakan kendaraan terselip hingga keluar jalur, kemudian tertabrak kendaraan lain yang melaju dari arah berlawanan.
Ipda Irwan juga mengimbau untuk semua pengguna jalan untuk memperhatikan kecepatan laju kendaraannya saat berkendara dibawah hujan.
"Memang kebanyakan korban merupakan pengendara sepeda motor, imbauan saya terkait berkeselamatan berlalu lintas, pengemudi tetap harus berhati-hati dan waspada," katanya.
"Tetap perhatikan kecepatan kendaraan dan perhatikan kondisi jalan, ketika mau menyeberang atau berbelok pastikan kondisi betul-betul aman," tambahnya.
Baca juga: Santer Beredar Rumor Sosok Pelatih Persis Solo : Leonardo Medina, Eks Pelatih di Liga Malaysia
Baca juga: Sikap Bupati Sragen Soal Aturan dari Pusat Siswa Wajib Pakai Baju Adat: Sekolah yang Putuskan
Dengan memperhatikan kecepatan kendaraan, menurutnya dapat meminimalisir kejadian kecelakaan.
Lanjutnya, terutama bagi pengendara sepeda motor, diimbau untuk menepi saat turun hujan.
Hal itu dikarenakan, biasanya para pengendara sepeda motor akan menambah kecepatan untuk menghindari hujan saat hujan rintik-rintik.
Berbeda ketika hujan deras, biasanya para pengendara akan lebih berhati-hati.
"Karena saat ini, akhir-akhir ini cuaca ekstrem, mungkin alangkah baiknya apabila hujan lebat bisa menepi terlebih dahulu, ataupun bisa mengendalikan kecepatan dalam batas aman saat berkendara," pungkasnya.
Tewas Masih 16 Tahun
Seorang tewas dalam kecelakaan di Jalan Slamet Riyadi, Kabupaten Karanganyar.
Informasi yang dihimpun TribunSolo.com, kecelakaan terjadi antara mobil Freed bernomor polisi AD-8502-EV dengan Yamaha Jupiter MX dengan nopol AD-5706-MH.
Kecelakaan tersebut terjadi sekira pukul 20.12 WIB tepatnya di selatan Rumah Makan Telaga Rindu, Kelurahan Lalung.
Kasat Lantas Polres Karanganyar AKP Yulianto mengatakan kejadian tersebut menyebabkan pengendara motor HLA (16) warga Kabupaten Karanganyar.
Sementara itu, identitas pengemudi mobil Honda Freed yaitu, Muhtar Sanusi, (55), warga Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo.
"Pengendara motor mengalami luka pada kepala dan meninggal Dunia di tempat, kemudian jenazahnya dibawa ke RSUD Karanganyar," ucap Yulianto kepada TribunSolo.com, Selasa (11/10/2022) malam.
Kejadian tersebut bermula, mobil Honda Freed yang dikemudikan Muhktar Sanusi berjalan dari arah Karanganyar (utara) menuju arah Jumantono (selatan).
Sedangkan, sepeda motor Yamaha Jupiter MX yang dikendarai Hega Lexandra Aurend berjalan dari arah sebaliknya.
Sesampainya di lokasi kejadian mobil Honda Freed hendak berbelok ke kanan.
Baca juga: Swafoto, HP ABG Masuk ke Dalam Pipa Saluran Air, Tak Mau Pusing Langsung Panggil Damkar Sukoharjo
Baca juga: Pasangan Muda di Palembang Jual ABG Usia 15 Tahun ke Pria Hidung Belang Lewat MiChat, Kini Diamankan
Karena jarak terlalu dekat, motor Yamaha Jupiter MX tak bisa menghindar dari mobil tersebut sehingga terjadilah laka lantas jalan.
"Terjadilan kecelaakaan di sana," kata dia.
Kakak kelas korban, Angga Diki (17) saat ditemui TribunSolo.com di lokasi kejadian mangatakan, jika korban adalah adik kelasnya.
"Iya, dia (Hega) adik kelas saya (SMKN 1 Jumantono),"kata Angga .
Angga mengatakan korban saat ini kelas IX di SMKN 2 Jumantono.
Ia menjelaskan pada awalnya dirinya belum mengetahui adik kelasnya menjadi korban kecelakaan lalu lintas di lokasi tersebut.
"Saya dari Karanganyar mau pulang lewat sini (Jalan Slamet Riyadi), kok dari 500 meter saya melihat ada kendaraan polisi sama ambulans lewat, saat sampai di sini (TKP), saya melihat sudah banyak orang," ucap Angga.
"Awalnya, saya gak tau yang jadi korban adik kelas saya, setelah saya lihat motor tersebut, kok saya merasa pernah lihat, setelah saya cek, ternyata itu motor adik kelas saya," imbuh Angga.
Setelah melihat motor korban, dia mengaku kaget tak percaya.
Pasalnya, ia masih sempat berkomunikasi dengan korban sebelumnya.
"Saya kaget yang jadi korban adik kelas saya, padahal saya sempat whatsappan sama saya (korban) maghrib tadi," ujar Angga. (*)