Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Mudrikhoh Zain Sang Tulang Punggung Keluarga : Hidupi Tiga Anaknya, Pagi Jadi Guru, Sore Gojek

Inilah kisah Mudrikhoh Zain yang menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi driver Gojek.

Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TribunSolo.com/Dok Pribadi
Sosok Mudrikhoh Zain. Menjadi tulang punggung keluarga. Pagi jadi guru honorer, sore jadi driver Gojek. Tak hanya bekerja, dia juga aktif dalam kemanusiaan di Rescue Gojek Solo Raya. 

"Beruntung, karena Gojek ibarat air muncul di tengah lahan gersang bagi saya," tutur dia.

Pontang-panting Demi Kehidupan

Dengan niat yang kuat, lulusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (S1-PGPAUD) Universitas Terbuka (UT) Surakarta itu, benar-benar bertekad menjadi wanita mandiri.

Di Gojek kata Mudrikhoh menjadi tempat belajar kemandirian karena sejak berpisah dengan suami, lalu menjadi tulang punggung keluarga.

"Jadi jam 07.00 sampai 13.00 WIB di sekolah (ngajar). Pulang satu jam ngurus anak dan bikin makanan, jam 14.00-an WIB berangkat narik sampai malam. Hampir setiap hari seperti itu," terang dia.

Menurut dia, saat akan berangkat mengaspal di jalanan, anak nomor satu yang sudah berusia sekira 13 tahun diminta menjaga adik-adiknya.

Bahkan beruntung tetangga-tetangga dalam sekitar rumahnya sangat perhatian.

Mudrikhoh Zain saat launching ambulans swadaya dari mitra Gojek dan kantor Gojek. Dia menjadi wanita satu-satunya.  Kini dipercaya menjadi Kepala Divisi SDM Rescue Gojek Solo Raya.
Mudrikhoh Zain saat launching ambulans swadaya dari mitra Gojek dan kantor Gojek. Dia menjadi wanita satu-satunya. Kini dipercaya menjadi Kepala Divisi SDM Rescue Gojek Solo Raya. (TribunSolo.com)

"Le, neg rewel telepon ibuk ya. Saya sama tetangga juga gitu pamitan. Tetapi tak pernah ada yang telepon. Ternyata tetangga begitu baik, anak saya ditungguin," tuturnya.

Berhari-hari menjadi driver Gojek seusai mengajar anak-anak itu, ternyata kenyataan pahit menghampirinya.

Di mana rumah yang ditempatinya diminta oleh mantan suaminya hak milik bukan padanya.

Dia beserta tiga anaknya yang masih kecil-kecil harus angkat kaki hingga akhirnya numpang ke rumah orangtuanya di Kecamatan Kedawung.

Jaraknya sekitar 30 menit dari Kota Bumi Sukowati, sebutan Kabupaten Sragen.

Padahal setiap narik dari sore hingga malam, dia nisa mendapatkan total Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu.

"Terpaksa pindah. Kemudian boyongan ke rumah orangtua di Kedawung. Saat itu saya mikir, kalau berhenti dari Gojek, gak bisa makan," paparnya.

Tetapi Tuhan berkata lain, dia harus mondar-mandir pinggir ke pusat kota, seperti itu setiap hari di kehidupan barunya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved