Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Mudrikhoh Zain Sang Tulang Punggung Keluarga : Hidupi Tiga Anaknya, Pagi Jadi Guru, Sore Gojek

Inilah kisah Mudrikhoh Zain yang menjadi tulang punggung keluarga dengan menjadi driver Gojek.

Penulis: Asep Abdullah Rowi | Editor: Naufal Hanif Putra Aji
TribunSolo.com/Dok Pribadi
Sosok Mudrikhoh Zain. Menjadi tulang punggung keluarga. Pagi jadi guru honorer, sore jadi driver Gojek. Tak hanya bekerja, dia juga aktif dalam kemanusiaan di Rescue Gojek Solo Raya. 

Yakni saat dirinya tak mengajar di sekolahnya atau libur.

"Pernah untuk ngejar cicilan dan bayar sekolah, saya ngalong. Ngalong itu kerja ngedur sampai malam bahkan dini hari demi kebutuhan," ujar dia.

"Tidur malam di SPBU (pom bensin) sudah biasa. Ya bisa sampai jam 01.00 WIB," imbuhnya.

Kerja keras yang dia rasakan dengan dua pekerjaannya, membuat Mudrikhoh kemudian tahan banting dan lebih peduli sesama.

Dia mempunyai keyakinan selama berpikiran baik, apa saja ada jalannya dan diberikan kemudahan oleh Tuhan.

"Pendapat cukup. Sangat membantu. Saya merasa meski harus bekerja keras, hasilnya ada. Bahkan pernah seharian dapat Rp 500-600 ribu," jelas dia.

"Kok bisa? karena saking butuhnya saya lari ke Jogja pagi, pulang jam 11 malam. Tapi seumur jadi Gojek cuma sekali saja. Narik di luar kota boleh, tapi tak dapat poin," ungkap dia.

Kemudian di tengah kesibukan mengajar, mengurus anak hingga narik Gojek, anak petani itu ternyata aktif di dunia kemanusiaan.

Bagaimana tidak, Mudrikhoh sempat menjadi Sekretaris Rescue Gojek Solo Raya yang beranggotakan puluhan diver yang tergerak hatinya untuk rajin menolong.

Mulai dari mensosialisasikan hingga mengkoordinir donasi untuk membeli ambulans bagi mitra driver dan keluarga driver.

Dia menyaksikan sendiri ambulans hasil iuran para driver dapat terealisasi.

"Tak hanya ambulans, namanya kecelakaan pasti terjun. Meski harus berbagi antara kerja dan menolong. Kalau yang dibantu senyum, Ya Allah senang bisa nolongin," aku dia.

Kegiatannya bikin geleng-geleng, ternyata Mudrikhoh juga tergabung dalam SAR kecamatan yang bisa menolong siapa saja, mulai dari kebanjiran hingga tenggelam.

Baginya, jika tak bisa memberikan uang, maka kehadiran seseorang dalam membantu sesama akan menjadi lebih berarti.

Meskipun sering mendapatkan cibiran yang menjurus pada luka hati.

Baca juga: LDUI: Gojek Jadi Andalan Masyarakat Solo dan Mitranya Selama Pandemi Covid-19

"Pernah ada yang ngece, 'kowe ki janda, anakmu okeh, duit kurang, kok ndadak mikir wong liyo' (kamu itu janda, anak kamu banyak, uang kurang, kok malah mikir orang lain)," jelas dia.

"Aku jawab gak papa, keluarga tak terlantar kok. Itu kan bagian dari tabungan di akhirat nanti," tuturnya.

Kini seiring berjalannya waktu, anaknya mulai tumbuh besar yang mengiringinya dalam perjalanan bersama keluarga besar Gojek hingga tahun ini.

Anaknya yang besar mulai dewasa dengan bercita-cita menjadi tentara, kemudian yang kedua masih 3 SD dan si bungsu masuk TK.

Padahal dia sempat merasa sedih, karena pernah tak dianggap oleh teman-temannya karena menjadi driver Gojek berseragam hijau itu.

"Saya ambil orderan di warung, saya sapa merasa tak kenal. Dalam batin ya udah gak papa. Tapi kini karena lihat kegigihan saya yang jadi tulang punggung keluarga, kini mau menyapa kalau ketemu," katanya.

"Dan meski belum lama ini sudah sertifikasi, saya tetap ngojek. Karena Gojek menjadi bagian penting dalam kehidupan saya dalam menjaga napas kehidupan ," harap dia. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved