Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Karanganyar Terbaru

Sosok Seniman Solo yang Buat Sanggar Bagi Kaum Disabilitas : Pernah Akting di Tukang Bubur Naik Haji

Maria Yeti Saputri mengaku dedikasinya kepada kaum disabilitas merupakan panggilan yang berawal dari mimpinya di tahun 2012 silam

Tribunsolo.com/Mardon Widiyanto
Maria Yeti Saputri, seniman asal Solo yang mempunyai sanggar untuk anak-anak penyandang disabilitas, saat ditemui TribunSolo.com, Kamis (1/12/2022). Maria juga pernah berakting di sinetron Tukang Bubur Naik Haji 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Mardon Widiyanto

TRIBUNSOLO.COM, KARANGANYAR - Kerja keras Maria Yeti Saputri untuk membangkitkan semangat kalangan disabilitas patut ditiru.

Semangatnya untuk mendampingi mereka dalam berkaya terus menyala-nyala.

Seniman asal Kota Solo ini membuka sanggar tari dan modelling bagi anak-anak istimewa itu tanpa memungut biaya.

Usaha perempuan yang juga pernah berperan sebagai ibu panti asuhan di Sinetron Tukang Bubur Naik Haji ini berbuah manis.

Sebab anak asuhnya memenangkan berbagai ajang bakat mancanegara.

Baca juga: Aksi Penyandang Disabilitas Cilik di DPRD Karanganyar, Jalan Lenggak-lenggok Bak Model di Catwalk

Prestasi yang diraih yakni menang di Ajang Mr dan Mrs Deaf di Amerika pada tahun 2016.

"Sekarang ini ajang yang sama di Thailand, anak-anak modeling dan tari di sanggar saya," kata Maria kepada TribunSolo.com, Kamis (1/12/2022).

Dalam sanggarnya, Maria mengaku memiliki 30 anak asuh.

Kepada penyandang disabilitas, ia menyediakan ruang sendiri.

"Di kelas ini, saya tak memungut biaya sepeserpun, karena ini merupakan panggilan hati saya," ujar Maria.

Pembiayaan operasional sanggarnya diambil dari uang hasil dirinya membintangi iklan, sinetron, butik serta sanggarnya.

Saat-saat membersamai kalangan disabilitas diakuinya bukan hal mudah.

Ada berapa kali perabotnya hancur akibat ulah siswa berperilaku hiperaktif.

Baca juga: Aktivis Ingatkan Pemkab Karanganyar : Dua Persen Kuota PNS adalah Hak Kaum Disabilitas

Selain itu, dia mengaku tak memiliki sertifikat pengajar inklusi.

"Saya enggak bisa bahasa isyarat, juga bukan psikolog maupun terapis, ini murni panggilan hati," kata Maria.

Dia menjelaskan awal mula dirinya memulai melakukan aksi sosialnya berawal dari mimpi pada tahun 2012.

Dalam mimpinya, dia menjadi supir bus yang di dalamnya merupakan penumpang disabilitas.

"Dan itu berulang sampai 3 kali. Saya berpikir dan berdoa apa arti itu dan ternyata itu pesan dari Tuhan," ungkap Maria.

Dia menuturkan, sanggar tari dan modelling school dibuka di rumahnya di Desa Gawanan Colomadu pada 2012 lalu.

Kemudian ia mencoba untuk melebarkan sayap dengan membuka usaha di Palur Plaza.

"Bagi orangtua yang mempunyai anak disabilitas, jika punya kesempatan dan ada wadahnya, langsung saja beri ke buah hati agar percaya diri," ungkap Maria.

Baca juga: Bupati Karanganyar Juliyatmono Masih Bungkam soal Besaran Nominal UMK Karanganyar 2023

Ia mengatakan tak perlu mendesak anak disabilitas memunculkan bakatnya.

Anak istimewa yang berminat tampil di muka umum sudah menunjukkan kepercayaan diri.

"Ke depan bisa dilepas ke masyarakat dengan bekal kepercayaan diri anak," tutur Maria.

Kini Maria sedang menjajaki pembukaan kafe difabel.

Dalam kafe tersebut dia mengatakan seluruh pekerjanya dari kalangan disabilitas.

"Beberapa anak didik saya mengeluh tak dapat kerja meski sudah mendaftar kemana-mana, hanya karena ia berkebutuhan khusus, doakan saja kafe difabel bisa diterima masyarakat," pungkasnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved