Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Pengusaha Beras Minta Bulog Keluarkan Stok di Gudang, Agar Harga di Pasaran Terkontrol

Bulog diminta mengeluarkan stok beras mereka untuk mengontrol harga di pasar. Sebab, saat ini stok beras di pasaran tak memenuhi permintaan.

Penulis: Ibnu DT | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Ibnu Dwi Tamtomo
Suasana Penggilingan Padi, Sekar Putri milik Riyanto Joko Nugroho yang berada di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara, minim aktifitas. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ibnu Dwi Tamtomo

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Pengusaha beras menyarankan agar Bulog mengeluarkan stok berasnya untuk menjaga stabilitas kebutuhan pangan masyarakat. 

Merangkaknya harga beras di Kabupaten Klaten juga dikeluhkan oleh pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras. 

Salah satunya adalah Penggilingan Padi, Sekar Putri, Riyanto Joko Nugroho yang berada di Desa Karanganom, Kecamatan Klaten Utara. 

Menurutnya, dengan harga beras yang kian merangkak naik, Bulog harus ambil langkah tegas. 

"Kalau sekarang menghadapi situasi seperti ini, kuncinya satu Bulog harus menggelontorkan stok yang ada (di gudang)," tegasnya. 

Ia menambahkan, bahwa yang terpenting saat ini adalah mencukupi kebutuhan masyarakat agar harga terus naik. 

"Jadi ibaratnya pasar betul-betul dipenuhi kebutuhan berasnya, berapapun permintaannya," kata dia.

Baca juga: Harga Beras dan Minyak Goreng Curah Merangkak Naik, Disdag Kota Solo Antisipasi Lewat Operasi Pasar

"Jadi ibarat kalau kita mau makan, sudah semua tersaji penuh maka nanti harga akan melemah sendiri, karena kemampuan perut terbatas kemampuan pasar terbatas," jelasnya. 

Dirinya mengatakan, jika kemungkinan penimbunan dilakukan oleh pedagang itu kecil, lantaran harga dipasaran cukup tinggi. 

Sehingga, menimbun beras hanya akan merugikan pengusaha itu sendiri. 

"Menimbun itu tidak ada, berasnya aja dibeli mahal kok, ngapain nimbun," ungkapnya. 

Ia mengungkapkan, penurunan stok jumlah yang berada di pasaran sudah terjadi sejak Desember 2022 lalu dan kian memburuk hingga awal Februari 2023 ini. 

Dalam sehari, untuk mencukupi permintaan pasarnya, Joko harus memiliki stok diantara 50 hingga 60 ton beras. 

Sedangkan dengan kondisi saat ini, dirinya hanya mampu mendapatkan 20 ton per hari. 

"Kita berusaha mencari mana yang ada barang (beras), tapi karena yang butuh barang tinggi, sedangkan stok sedikit akhirnya harga juga tinggi," papar dia. 

"Itu berdampak pada pengiriman ke sejumlah kios biasanya, yang penting distribusinya rata," jelasnya. 

Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dirinya saat ini hanya bisa mengandalkan beras dari Kabupaten Sragen dan sejumlah daerah di Jawa Timur, meskipun yang didapat juga masih belum memenuhi kebutuhan. 

Joko membenarkan jika apa yang disampaikan Presiden Jokowi pada akhir tahun lalu, bahwa tahun 2023 akan menjadi ancaman benar adanya.

"Beliau mengungkapkan jika awal tahun 2023 ada ancaman krisis pangan, tapi maaf antisipasinya belum sesuai harapan," ujarnya. 

Hal itu berdasarkan ketidakpastian hasil panen yang ditimbulkan oleh kenaikan BBM, pupuk, upah pekerja yang kian mahal ditambah dengan cuaca yang tidak menentu. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved