Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Klaten Terbaru

Uniknya Tradisi Ruwahan di Desa Ngreden Klaten : Doa Bersama Lanjut Makan Nasi Liwet di Makam  

Biasanya Sadranan di Desa Ngreden jatuh pada tanggal 15 Syaban atau Ruwah. Satu kelompok yang terdiri dari satu keluarga biasanya akan berziarah

Tribunsolo.com/Zharfan Muhana
Tradisi Ruwahan di Desa Ngreden, satu keluarga berdoa bersama mengelilingi makam leluhur dan dilanjut makan bersama nasi liwet. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Supatmi (60) bersama suami dan keluarganya bersama-sama mengunjungi komplek pemakaman Desa Ngreden, Wonosari, Klaten, Minggu (26/2/2023) pagi.

Mereka berniat  melakukan tradisi Nyadran atau Sadranan.

Sejak pagi, Supatmi telah memasak nasi liwet dan ayam opor yang akan dibawanya ke komplek pemakaman.

"Sejak pukul 07.00 WIB tadi sudah ke pasar beli ayam, kelapa parut, dan bahan lain untuk persiapan liwetan," ujar Supatmi kepada TribunSolo.com, Minggu (26/2/2023).

Menjelang pukul 10.00 WIB, ia bersama suami menuju komplek pemakaman.

Di sana mereka beserta anak dan cucu akan berkumpul untuk berdoa bersama.

"Hari ini mau doa bersama dan liwetan, karena sadranan. Sudah turun-temurun kalau jelang bulan Ramadan," ucapnya.

Acara dimulai dengan pembacaan doa.

Dari pantauan Tribunsolo.com, keluarga tersebut berdoa dengan posisi mengelilingi makam leluhur pendahulu.

Setelah doa selesai, mereka melanjutkan tradisi dengan melakukan makan bersama di lokasi tersebut.

Baca juga: Boyongan Kirab PKL Masjid Raya Jadi Tanda Bupati Sri Mulyani Resmikan Taman Kuliner MPP Klaten

Baca juga: Nasib Pilu Siswi SMP di Klaten : Pulang Main, Tewas Tersambar Petir saat Membonceng Motor Temannya

Pengelola komplek pemakaman Kyai Ageng Perwito, Sucipto mengatakan kalau tradisi Sadranan atau Ruwahan tersebut masih dilakukan masyarakat Desa Ngreden.

"Sudah menjadi tradisi budaya warga Desa Ngreden, kalau di bulan syaban atau penanggalan Jawa itu Bulan Ruwah diadakan Sadranan," kata Sucipto saat ditemui TribunSolo.com dilokasi.

Biasanya Sadranan di Desa Ngreden jatuh pada tanggal 15 Syaban atau Ruwah.

"Nantinya masyarakat melakukan ziarah dengan berkelompok, biasanya satu kelompok merupakan keluarga," kata Sucipto.

Nantinya satu keluarga tersebut akan memanjatkan doa bagi leluhur yang sudah mendahului.

"Satu kelompok biasanya satu keluarga, lalu melakukan doa bersama dengan tujuan mendoakan yang sudah meninggal agar diterima di sisi allah SWT serta keluarga yang ditinggal diberi kekuatan iman, taqwa, dan kesehatan hingga kesejahteraan oleh Allah SWT," ungkapnya.

Sementara itu, nasi liwet serta ayam ingkung biasa dibawa oleh masyarakat Desa Ngreden saat menjalankan tradisi Sadranan.

Nasi liwet dan ayam ingkung sendiri dalam sejarahnya merupakan makanan kesukaan Kyai Ageng Perwito, salah satu tokoh agama di Desa Ngreden.

"Awal mulanya Nasi liwet dan ingkung ayam merupakan makanan yang disukai oleh Kyai Ageng Perwito, maka hingga sekarang makanan tersebut selalu dipakai untuk meneruskan tradisi yang ada," pungkasnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved