Klaten Bersinar
Selamat Datang diĀ KlatenĀ Bersinar

Berita Boyolali Terbaru

Mitos Batu Ditunggu Macan Gaib di Sawit Boyolali : Sering untuk Ritual, Kini Tergilas Tol Solo-Jogja

Sebuah batu besar yang ada di halaman rumah warga Klinggen, Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini menyimpan misteri.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Asep Abdullah Rowi
TribunSolo.com/Tri Widodo
Sebuah batu besar yang ada di halaman rumah warga Klinggen, Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini menyimpan misteri. Batu diyakini tempat duduk Ki Mondoroko yang merupakan orang pertama yang tinggal di Dukuh Klinggen. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Sebuah batu besar yang ada di halaman rumah warga Klinggen, Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali ini menyimpan misteri.

Lempengan batu terkubur dalam tanah yang hanya terlihat pada permukaannya saja itu dulunya ternyata tempat duduk Ki Mondoroko.

Ki Mondoroko sendiri diyakini sebagai orang pertama yang tinggal di Dukuh Klinggen.

Nama Klinggen itu pun diambil dari batu tersebut, yang berasal dari kata Kalinggihan atau tempat duduk.

Di batu itu sosok Ki Mondoroko dan sang istri yang telah meninggal ratusan tahun lalu kerap menampakkan diri.

Konon, beberapa warga pernah ditemui sosok laki-laki dan perempuah yang berusia sangat senior muncul.

Gunawan pemilik rumah menyebut sudah banyak warga yang memberikan kesaksian soal misteri lempengan batu ini.

Warga melihat sesosok gaib Ki dan Nyai Mondoroko di batu tersebut.

Baca juga: Mitos Gunung Merapi dari Desa Tlogolele Boyolali : Jangan Bunyikan Kentongan, Nanti Merapi Marah

Baca juga: Misteri Uang Rp37 M Rafael Alun yang Berbentuk Dollar di Safety Deposit Box, PPATK Duga Hasil Suap

"Saya sendiri malah belum pernah diperlihatkan. Hanya dengar dari cerita warga saja," tambahnya, kepada TribunSolo.com, Minggu (19/3/2023).

Dari pengakuan warga, sosok Ki dan Nyi Mondoroko ada di sekitar batu ini.

Kadang berdiri di sekitar batu, terkadang juga berjalan-jalan di sekitar batu ini.

"Di sebelah kanan kiri dari Ki dan Nyai ada sosok macan putihnya. Macan tersebut merupakan pengawal Ki Mondoroko," jelasnya.

Dia menambahkan sebelum terkena tol, banyak warga yang melakukan ritual atau meletakkan sesaji di atas batu tersebut.

"Dulu itu, ada tungku kecil yang digunakan untuk membakar dupa atau kemenyan. Ada bunganya juga," tambahnya.

Namun, setelah proyek tol Solo-Jogja dimulai pekerjaannya kini tak banyak yang melakukan ritual.

"Batu ini rencananya juga akan saya pindahkan ke pekarangan saya yang ada di Desa yang baru nanti," tambahnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved