Berita Solo Terbaru
Inilah Masjid Paromosono, Dibangun Sebelum Masjid Agung Keraton Solo, Dibuat PB II untuk Abdi Dalem
Fasilitas ibadah itu dibangun PB II untuk para abdi dalem dan kerabat keraton yang tinggal di area Baluwarti
Penulis: Anang Maruf Bagus Yuniar | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Masjid Agung Keraton Solo ternyata bukanlah satu-satunya masjid yang berada di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta.
Bahkan, ada masjid kecil yang ternyata dibangun sebelum masjid Agung Keraton Solo didirikan.
Masjid itu bernama Masjid Paromosono.
Penggiat budaya dan sejarah Kota Solo, Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) L. Nuky Mahendranata Nagoro mengatakan masjid itu berada tepat di barat Keraton Kasunanan Surakarta.
Kanjeng Nuky, begitu ia biasa disapa, mengatakan masjid ini awalnya bernama Masjid Pujosono, tepatnya setelah perpindahan Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta pada 17 Februari 1745.
"Dulu Susuhunan Paku Buwono II membangun fasilitas ibadah di area cepuri keraton untuk para abdi dalem dan kerabat Keraton yang tinggal di area Baluwarti," ucap Kanjeng Nuky, kepada TribunSolo.com, Sabtu (1/4/2023).
Seiring berjalannya waktu, masjid itu mengalami pergantian nama.
Pernah bernama Suronoto, tapi pada akhirnya hingga saat ini kerap dikenal dengan nama Masjid Paromosono.
Baca juga: BREAKING NEWS : Warga Rejosari Solo Kemalingan, Dua Sepeda Motor Vario Raib Digondol 4 Pria
Baca juga: Masjid Kuno Hadiah PB X di Jogonalan Klaten : Konon Angker, Ada Penampakan Kaki Hingga Sosok Gaib
Kanjeng Nuky menjelaskan Suronoto merupakan nama abdi dalem yang bekerja di bidang keagamaan dan bertanggung jawab kepada penghulu.
Adapun Paramosono sendiri merupakan nama yang diberikan oleh abdi dalem bernama Suronoto itu tadi kepada masjid tersebut.
Menurut Kanjeng Nuky, masjid Paromosomo merupakan masjid umum pertama yang dibuat oleh Paku Buwono II untuk Kotanagari Surakarta.
"Masjid Paromosono tersebut merupakan masjid umum sebelum Masjid Agung Surakarta dibangun," jelasnya.
Masjid ini pun hingga saat ini masih eksis.
Peninggalannya saat ini masih terlihat, yakni terdapat mimbar kuno dengan ornamen menyiratkan gaya pada zaman Majapahit yang berasal dari era awal Demak.
Kanjeng Nuky menambahkan, gaya bangunan masjid tersebut turun temurun dari Demak, Pajang, Kotagede, Karta, Plered, Kartasura dan terakhir Surakarta.
"Bangunannya masih sangat terawat hingga saat ini," katanya.
"Bahkan tidak ada yang berubah dari bahan bangunannya, bedug yang tertinggal saat ini juga masih terawat," tandasnya.
(*)
Pasar Kabangan Dinilai Kurang Strategis Digabung dengan Pasar Jongke Solo Jateng, Ini Kata Pedagang |
![]() |
---|
Gibran Sebut Aduan Mahasiswa UNS ke Dirinya Salah Alamat, Minta Langsung ke Menteri Pendidikan |
![]() |
---|
Gibran Geber Pengerjaan 2 Lapangan Blulukan dan Stadion UNS Jelang Piala Dunia U-17 |
![]() |
---|
Tempuh Rute 113,7 Km, Ganjar Harap Peserta Tour de De Borobudur Nikmati Wisata yang Tersaji |
![]() |
---|
Gibran Lagi di Korea Selatan, tapi Diminta Presentasikan Pengentasan Kemiskinan dalam Rakernas PDIP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.