Desa Perajin Stagen di Sukoharjo

Kisah Perajin Kain Tenun Stagen di Sukoharjo : Bertahan dari Gempuran Teknologi, Tetap Gunakan ATBM

Meski sudah ada alat tenun menggunakan mesin, perajin ini memilih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

|
TribunSolo.com/Anang Ma'ruf
Yatmi, perajin kain tenun stagen di Desa Luwang, Gatak, Sukoharjo, masih memanfaatkan alat tradisional, Rabu (7/6/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Di tengah perkembangan zaman dan gempuran teknologi saat ini, masih ada yang terus bertahan dengan alat-alat tradisional.

Seperti para perajin kain tenun stagen di Desa Luwang, Gatak, Sukoharjo.

Meski sudah ada alat tenun menggunakan mesin, perajin ini memilih menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM).

Yatmi (70), salah satu perajin tenun stagen di Desa Luwang, sudah berjibaku puluhan tahun dengan kerajinan ini.

"Sudah puluhan tahun, yang pasti sejak saya remaja. Saya lupa umur berapa saya belajar tenun ini dan dulu saya belajar dengan bapak saya," ucap Yatmi, kepada TribunSolo.com, Rabu (7/6/2023).

Dia bercerita dahulu desanya dipenuhi perajin kain tenun yang menggunakan ATBM yang terbuat dari bambu.

Baca juga: Sosok Sadirmun, Jemaah Calon Haji Tertua dari Sukoharjo, Usianya 94 Tahun

Baca juga: Kuliner Sukoharjo : Mie Kusumo, Sensasi Nikmati Mie Ayam Dibakar! Ada Rasa Original Sampai Rendang

Namun seiring berjalannya waktu dan adanya penemuan mesin tenun, saat ini para warga tidak lagi menggunakan alat tradisional tersebut.

Di Desa Luwang sendiri, masih ada yang menggunakan alat tradisional alias ATBM itu, tapi jumlahnya tak lebih dari jumlah jari di dua tangan manusia.

"Kalau yang menggunakan alat ini memang masih ada, tetapi tidak banyak kurang dari sepuluh," ujarnya.

Padahal menurutnya alat tradisional tersebut memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dnegan mesin.

Di sisi lain, perajin kain tenun stagen di desanya makin berkurang juga karena rendahnya penghasilan yang didapat dari industri ini.

Yatmi sendiri juga saat ini hanya bisa membuat dua potong kain stagen per harinya karena terkendala fisik yakni sudah lanjut usia.

"Saya buat sendiri, satu potong berukuran 8 meter hanya di harga Rp 20ribu, itu sudah ada yang ambil dan dijual di Pasar Klewer Solo," lanjutnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved