Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Boyolali

Melihat Kampung Matoa di Pengging Boyolali, Setahun Dua Kali Panen Per Pohon Bisa Cuan Rp 5 Juta

Kampung Matoa di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali sedang panen. Bagi warga masyarakat yang mau memetik bisa datang langsung.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Ryantono Puji Santoso
TribunSolo.com/Tri Widodo
Warga Bendan, Kecamatan Banyudono memanen Matoa yang di tanam di halaman rumahnya, Jumat (1/9/2023). 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Mungkin masih ada masyarakat yang belum pernah merasakan buah Matoa?

Buah yang berasal dari Papua itu mirip dengan Kelengkeng, tapi ukurannya lebih besar.

Warna kulit buahnya merah kalau sudah matang.

Rasa buahnya perpaduan antara kelengkeng, Rambutan dan ada sedikit rasa kelapa mudanya.

Bagi yang penasaran mencicipi langsung dari pohonnya silahkan datang ke Pengging, tepatnya di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Boyolali.

Kampung Matoa ini berada di sebelah Utara kompleks wisata pemandian Pengging.

Atau di sebelah baratnya alun-alu Pengging, Boyolali.

Di sepanjang jalan kampung di sana, sudah berdiri pohon matoa yang rimbun di setiap halaman rumah.

Setiap rumah rata punya 2-3 pohon, tergantung luasnya pekarangan.

Bagi masyarakat Bendan, buah matoa ini menjadi rejeki tahunan.

Sebab, untuk pohon yang besar, sekali panen bisa menghasilkan 100 kilogram buah matoa.

Untuk harga menyesuaikan dengan kualitas buahnya.

Baca juga: Potret Keseruan Festival Layang-layang di Pengging Boyolali, Ada Layang-layang Berekor 60 Meter

Jika buahnya besar-besar, perkilogramnya bisa tembus Rp 50 ribu.

"Warga kampung Matoa ini terangkat ekonominya. Bisa hasil tambahan.  Rata-rata yang bisa Rp 5 juta ke atas," kata Giyanto warga Dukuh Karang Duwet, Desa Bendan, Kecamatan Banyudono.

Dia mengaku seluruh halaman rumah warga punya pohon Matoa.

Buah yang harganya relatif stabil ini menjadikan buah matoa menjadi primadona.

"Untuk penjualan, itu pelanggan datang ke sini sendiri. Pembeli biasanya dari Solo," ujarnya.

Mutia, Warga lainnya mengaku bulan Agustus hingga awal September waktu yang tepat untuk datang ke kampung Matoa ini.

Sebab, awal Agustus saat panen pertama, dan pohon kembali berbunga beberapa saat kemudian.

"Ini panenan keduanya. Hasilnya juga lumayan. Dapat 50 kilogram pagi ini," tambahnya.

Totok Sudaryanto salah satu pelanggan mengaku kampung Matoan ini memiliki cita rasa buah yang lebih enak ketimbang matoa di tempat lain.

"Sumber mata air yang banyak. Menjadikan rasa buah yang lebih manis, buahnya besar-besar," pungkasnya. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved