Berita Klaten

Keresahan Petani Tembakau Klaten : Boro-boro Anak Sampai Kuliah, Beri Uang Saku Sampai SMA Kewalahan

Petani tembakau di Kabupaten Klaten resah meski pada tahun ini mendapat hasil tanam yang bagus. 

Penulis: Zharfan Muhana | Editor: Adi Surya Samodra
TribunSolo.com / Zharfan Muhana
Petani tembakau di Nangsri, Jogonalan, Klaten tengah menjemur hasil rajangan tembakau. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Zharfan Muhana

TRIBUNSOLO.COM, KLATEN - Petani tembakau di Kabupaten Klaten resah meski pada tahun ini mendapat hasil tanam yang bagus. 

Bagaimana tidak, hasil panen mereka tidak dapat terserap ke perusahaan atau pasar. 

Kondisi itu yang dialami petani tembakau, salah satunya, di Lereng Merapi. 

Terpatnya, di Kecamatan Manisrenggo dan Prambanan

Itu bahkan telah menjadi bahasan dalam rembug petani tembakau di Desa Barukan, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, Sabtu (30/9/2023). 

Baca juga: Jari Manis Kiri Ibu Hamil Klaten Bengkak, Gegaranya Cincin, Damkar Klaten Bantu Lepas Pakai Benang

Petani tembakau, Suradi (46) mengatakan setidaknya ada puluhan petani tembakau yang berkumpul. 

"Ini tadi hanya perwakilan yang datang, ada sekitar 70 orang," ujar Suradi saat ditemui TribunSolo.com.

Ia mengatakan kondisi petani, khususnya petani tembakau di wilayah Klaten sangat memprihatinkan.

"Kondisi konco-konco (teman-teman pengrajah dan petani) tembakau sangat memprihatinkan dengan kebijakan perusahaan atau pemerintah, bahkan petani mau menanam tembakau takut karena tidak ada jaminan (dibeli perusahaan atau pasar)," ucapnya.

Kondisi tersebut telah terjadi setidaknya sejak 9 tahun terakhir, tepatnya mulai tahun 2014.

Baca juga: Festival Mbok Sri Delanggu Klaten : Ada Kirab Budaya 1 Km, Dimeriahkan Ogoh-ogoh Wereng 1 Meter

Para petani tidak merasakan manfaat dari hasil tembakau, mereka malah ditindas.

Jaminan dibeli perusahaan tidak ada, dan juga potongan yang tidak berpihak ke petani.

Ia menyebut para petani sudah di bebani 1 persen pajak yang sebelumnya sudah dikenakan pajak 10 persen + 6 persen, ditambah lagi pajak 1 persen oleh pengrajang.

"Mau hidup bagaimana?," ucap Suradi.

Sumber: TribunSolo.com
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved