Nasib Baliho Kampanye di Tahun Politik

Sampah Baliho Kampanye Kebanyakan Tak Laku di Tangan Pengepul Rosok, Ini Alasannya

APK berupa baliho maupun banner kebanyakan tidak laku di tangan pengepul rosok karena tidak bisa didaur ulang.

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
Limbah Alat Peraga Kampanye (APK) kini tengah menggunung di halaman kantor Satpol PP Kota Solo. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Pesta demokrasi sebentar lagi akan berakhir.

Setelah gegap gempita warga menyalurkan haknya, sejumlah masalah timbul, salah satunya sisa alat peraga kampanye (APK).

APK berupa baliho maupun banner kebanyakan tidak laku di tangan pengepul rosok karena tidak bisa didaur ulang.

Salah satu pengepul rosok, Aris Widodo mengungkapkan tidak ada gunanya menerima baliho sisa kampanye yang kebanyakan berupa banner-banner kecil.

“Kalau sisa kampanye tidak ada. Kalau seperti baliho tidak ada yang mau. Nggak laku kalau dirosok. Itu kan dilebur tidak bisa. Rontek itu dibuang. Minimal 2-3 meter baru laku,” ungkapnya.

Caleg Dapil 3 Banjarsari A yang juga menjabat Ketua DPD PKS Kota Solo Daryono mengungkapkan pihaknya secara mandiri menurunkan APK terutama yang ada di jalan-jalan kecil.

Dari baliho dan banner yang diturunkan hampir semuanya dibuang begitu saja.

Baca juga: Perusahaan Periklanan Pesanan Parpol di Tahun Politik Punya Tanggungjawab Turunkan Baliho Kampanye?

Baca juga: Polemik Baliho Kampanye di Tahun Politik, Siapa yang Pasang, Siapa yang Copot?

“Sebagian besar dibuang. Kebanyakan kecil, rusak juga. Ada yang mendaur ulang tapi mungkin persentasenya kecil,” jelasnya.

Caleg Dapil Laweyan yang juga Plt Ketua DPD PSI Kota Solo Sonny menjelaskan ia justru menghindari baliho dimanfaatkan kembali karena menurutnya rawan disalahgunakan.

“Semua kami buang. Jangan sampai ada yang disalahgunakan. Dipasang di warung dikira kampanye lagi,” tuturnya.

Sedangkan untuk baliho besar yang dikelola oleh perusahaan periklanan masih berpotensi untuk dimanfaatkan.

Owner Gage Design, Bambang Nugroho menjelaskan baliho sisa iklan sering dimanfaatkan untuk alas di tempat pengungsian.

“Kita biasanya kita simpan. Misalnya ada bencana alam, masih bisa kita manfaatkan. Tidak dibuang,” jelasnya.

Ada pula yang memanfaatkannya menjadi alas kolam lele.

Namun sejauh ini untuk sisa baliho kampanye belum ada yang memanfaatkan untuk semacam ini.

“Ada sebagian untuk terpal lele. Ini belum. Tapi tetap kita simpan. Suatu saat ada kondisi darurat ada barang,” tuturnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved