Nasib Baliho Kampanye di Tahun Politik
Era Digital, Caleg di Solo Tetap Manfaatkan Baliho untuk Kampanye, Masih Efektif!
Peserta pemilu masih menyebar segala macam baliho secara masif memenuhi tiap ruang di jalan-jalan.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Era digital dimana berbagai hal disebarkan melalui internet, ternyata ini tidak membuat iklan luar ruang berkurang.
Peserta pemilu masih menyebar segala macam baliho secara masif memenuhi tiap ruang di jalan-jalan.
Hal ini dirasakan oleh Caleg Dapil 3 Banjarsari A yang juga menjabat Ketua DPD PKS Kota Solo Daryono.
Ia menilai elektabilitasnya meningkat setelah menyebar baliho.
“Tetap saja baliho dan banner pengaruhnya besar. Sebelum memasang baliho dan banner popularitas saya sangat rendah. Tapi ketika selesai padang survey berikutnya popularitasnya tertangkap di masyarakat. Makanya baliho masih banyak dipakai,” ungkapnya.
Menurutnya, media sosial hanya bisa secara signifikan mempromosikan di kalangan anak muda.
Baca juga: Sampah Baliho Kampanye Kebanyakan Tak Laku di Tangan Pengepul Rosok, Ini Alasannya
Maka dari itu, baliho fisik tetap digunakan untuk berkampanye.
“Okelah orang bergeser ke sosmed. Tapi di sosmed sendiri pangsanya sendiri spesifik untuk milenial. Dua-duanya masih dilaksanakan,” jelasnya.
Meski begitu, tak semua berjalan mulus. Persaingan tiap peserta pemilu tidak semuanya berjalan sehat.
Ia sendiri mengaku sempat diganggu dengan perusakan Alat Peraga Kampanye (APK) terutama di Dapil 4 Banjarsari B.
“Ketika dipasang alat peraga langsung rusak itu ada. Terutama di Dapil 4 itu sangat kerasa. Daerah yang dipasangi alat peraga kampanye oknum melakukan perusakan. Walaupun memaklumi kita prihatin juga. Pokoknya selain yang mereka hilang,” ungkapnya.
Ketua DPD PSI Kota Solo Sonny juga merasakan hal serupa.
Baca juga: Polemik Baliho Kampanye di Tahun Politik, Siapa yang Pasang, Siapa yang Copot?
Menurutnya, baliho cukup penting meski kini hampir semua orang pegang gawai.
“Ada beberapa hal kita sebagai caleg tidak semua harus masuk. Ada beberapa wilayah kalau kita masuk butuh waktu yang cukup panjang. Masa kampanye hanya sekitar 2 bulan. Dengan adanya baliho membantu mengingat,” jelasnya.
| Pengepul Rosok Bukan Jawaban Atasi Sampah Baliho di Tahun Politik, Dibakar Jadi Masalah Baru? |
|
|---|
| Sampah Baliho di Solo Diduga Capai 2,48 Ton, Asumsinya Tiap Caleg Cuma Hasilkan 5 Kg Sampah Baliho |
|
|---|
| Timbulkan Berton-ton Sampah, Pemerhati Lingkungan Usulkan Peserta Pemilu Dibebani Dana Kontinjensi |
|
|---|
| Sampah Baliho Kampanye Kebanyakan Tak Laku di Tangan Pengepul Rosok, Ini Alasannya |
|
|---|
| Perusahaan Periklanan Pesanan Parpol di Tahun Politik Punya Tanggungjawab Turunkan Baliho Kampanye? |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.