Breaking News
Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Sukoharjo

DBD Renggut 7 Nyawa di Sukoharjo, Sampai April 2024 Tercatat Ada 280 Kasus 

Tujuh orang meninggal karena demam berdarah di Sukoharjo, tercatat ratusan kasus terjadi hingga April 2024 ini.

TRIBUNSOLO.COM/Tri Widodo
Ilustrasi fogging. 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Anang Ma'ruf

TRIBUNSOLO.COM, SUKOHARJO - Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo mencatat Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Sukoharjo meningkat signifikan.

Pada bulan Maret 2024 kasus Demam Berdarah Dengeu (DBD) mencapai 102 kasus. 

Namun, pada bulan April 2024, meningkat menjadi 280 kasus DBD.

Sebanyak 280 kasus DBD didominasi oleh anak-anak usia 2 hingga 10 tahun. 

Data yang diperoleh TribunSolo.com, Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo mencatat selama periode Januari-April 2024 mengalami peningkatan.

Meningkatnya kasus DBD menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Tri Tuti Rahayu menjelaskan, kasus DBD tidak hanya dialami oleh kalangan anak-anak, tetapi remaja dan orang dewasa. 

"Kasus seperti ini melalui virus dengue yang ditularkan lewat gigitan nyamuk aedes aegypti, jadi siapapun bisa terkena termasuk remaja dan orang dewasa," ujar Tuti saat di konfirmasi TribunSolo.com, Jumat (10/5/2024).

Baca juga: Cara Bupati Sri Mulyani Tekan DBD di Klaten, Minta Dinkes Masifkan Sosialisasi!

Meski demkian dari 280 kasus itu, didominasi oleh anak-anak dengan usia muda.

"Dari 280 kasus itu dominasi anak-anak dan tercatat tujuh penderita DBD meninggal dunia," terangnya.

Ketujuh penderita DBD yang meninggal dunia itu berasal dari Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Tawangsari, Kecamatan Nguter, Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Bulu dan Kecamatan Weru.

"Kalau dibilang merata, memang hampir merata di semua kecamatan di Kabupaten Sukoharjo," paparnya. 

Lebih lanjut, data yang diterima, kasus DBD yang paling banyak di wilayah Kecamatan Weru dengan 78 kasus dua diantaranya meninggal dunia. 

Kemudian disusul Kecamatan Tawangsari dengan 51 kasus satu diantaranya meninggal dunia. 

Tuti menuturkan orang yang mengalami kasus DBD diawali dengan gejala demam tinggi, mual, dan muntah serta nyeri otot dan persendian. 

Tri Tuti Rahayu telah berkoordinasi dengan puskesmas di 12 Kecamatan untuk menggerakkan masyarakat agar kelakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan masing-masing. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved