Klaten Bersinar
Selamat Datang di Klaten Bersinar

Berita Solo

3 Fakta Bangkrutnya 10 Pabrik Tekstil di Solo Raya : Paling Banyak di Boyolali, 10 Ribu Orang di-PHK

Produk impor kini membanjiri pasar tekstil dalam negeri membuat produk lokal kalah saing. Terutama setelah diterapkannya Permendag no. 8 tahun 2024

TribunSolo.com/Ahmad Syarifudin
Ilustrasi mesin tekstil di Kampus AK Tekstil 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Produk impor yang kini membanjiri pasar tekstil dalam negeri membuat produk lokal kalah saing. Terutama setelah diterapkannya Permendag no. 8 tahun 2024.

Mereka pun kesulitan menjual barangnya sehingga membuat sejumlah pabrik tutup. Termasuk 10 pabrik besar di Solo Raya.

Berikut ini fakta-fakta terkait bangkrutnya 10 pabrik tekstil di Solo Raya :

1. Karanganyar dan Boyolali Terbanyak Kolaps

“Setelah ada 6 pertama, lalu ada 4 lagi. Jadi total yang masuk anggota API (Asosiasi Pertekstilan Indonesia) yang melakukan penutupan usaha 10,” jelas Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Tengah, Liliek Setiawan.

Perusahaan-perusahaan ini tersebar di sejumlah daerah.

“Yang paling banyak di Karanganyar dan Boyolali,” terangnya.

2. 10 Ribu Karyawan di-PHK

Pihaknya memperkirakan ada sekitar 10 ribu karyawan yang terdampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari tutupnya pabrik ini.

“Total kalau angka 6 pertama 7 ribu. Kalau ditambah 4 kemungkinan mendekati 10 ribu,” jelasnya.

Pabrik tekstil merupakan jenis usaha padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.

Baca juga: Sekar Tandjung, Satu-satunya Politikus Gen Z yang Nyalon Wali Kota Solo Jateng, Penerus Gibran?

Dengan demikian dampak yang ditimbulkan akibat penutupan pabrik ini cukup besar.

“Tidak bisa dipungkiri industri dan produk tekstil yang ada adalah industri yang padat karya menyerap tenaga kerja. Betapa besar dampaknya pada tenaga kerja terhadap penurunan utilitas nasional yang terjadi saat ini,” tuturnya.

3. Khawatir Bakal Pengaruhi Industri Tekstil se-Indonesia

Secara nasional utilitas industri tekstil telah mencapai 45 persen.

Ia khawatir jika kondisi ini terus berlanjut maka industri tekstil di Indonesia bisa kolaps.

“Utilitas nasional yang tinggal 45 persen, sudah pasti utilitas berkisar di situ. Saat ini semua sengsara tidak ada yang tidak. Kalau kondisi hari ini dibiarkan terus pasti menghitung hari,” jelasnya.

(*)

 

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved