Kirab Malam 1 Suro di Solo Jateng: 7 Kebo Bule Keraton Solo Jadi Cucuk Lampah, 14 Pusaka Ikut Diarak

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Andreas Chris Febrianto Nugroho

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Peringatan Malam 1 Suro kali ini memang menjadi salah satu tradisi yang melekat. 

Kirab ini digelar pada Minggu (7/7/2024).

Dalam gelaran bertajuk Hajad Dalem Kirab Pusaka Malam 1 Suro Tahun Je 1958 yang digelar oleh Keraton Solo kali ini menang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

Namun ada sejumlah perbedaan terkait jumlah baik dari Kebo Bule Kyai Slamet yang biasa menjadi cucuk lampah atau penunjuk jalan, untuk kirab kali ini hanya ada 7 ekor saja.

Sementara untuk pusaka yang ikut dikirab setidaknya ada 14 pusaka dari berbagai jenis yang merupakan kepunyaan Kerajaan pecahan Mataram Islam tersebut. Dan diikuti sekitar 5.000 peserta kirab yang juga akan melakukan tradisi tapa bisu selama menyusuri rute kirab.

Sebagai informasi, terkait berapa banyak pusaka yang akan ikut di kirab dalam tradisi memperingati Malam 1 Suro merupakan hak prerogatif dari penguasa Keraton Kasunanan Solo yakni Paku Buwono (PB) XIII.

Sejumlah prosesi pun dilaksanakan terlebih dahulu sebelum ditutup dengan kirab pusaka dalam tradisi Hajad Dalem Kirab Pusaka Malam 1 Suro Tahun Je 1958 kali ini. Beberapa waktu sebelum pergantian tahun, keluarga kerajaan akan memulai prosesi ziarah ke makam Raja-raja Mataram Islam di Imogiri.

Baca juga: Momen Malam 1 Suro di Solo Jateng, Masyarakat Berebut Air Bekas Jamasan Pusaka dan Udek-Udek 

Pada malam pergantian tahun Jawa, prosesi dimulai dengan Wilujengan di dalam Keraton bersama PB XIII sebagai raja mulai pukul 21.00 WIB. Lalu dilanjutkan dengan persiapan Kirab Pusaka yang akan dimulai tepat pada pukul 00.00 WIB.

Kirab Pusaka kali ini tidak ada perubahan terkait rute jalan yang akan dilewati dimulai dari depan Kori Kamandungan menuju jalan Supit Urang lalu berbelok ke jalan Alun-alun Utara berbelok ke jalan Pakoebuwono menuju jalan Jenderal Sudirman dan diteruskan ke jalan Mayor Kusmanto ke arah Selatan menuju jalan Kapten Mulyadi dan ke arah Barat menuju Jalan Veteran.

Kemudian belok di simpang gemblegan menuju jalan Yos Sudarso dan kembali ke jalan Slamet Riyadi menuju area Keraton melewati jalan Pakoebuwono mengarah ke dalam Kori Kamandungan melalui jalan Alun-alun Utara dan jalan Supit Urang.

Ditemui di sela prosesi, Pemimpin Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Solo GKR Wandansari Koes Murtiyah menjelaskan ada sejumlah prosesi yang digelar sebelum diakhiri dengan kirab pusaka dalam memperingati pergantian tahun Jawa di Keraton Kasunanan Solo pada malam ini.

"Setapak demi setapak tata cara ganti tahun je 1958 bisa terlaksana. Wilujengan tadi sudah selesai, ini kirab pusaka," ujarnya.

Sementara itu saat ditanya filosofi dari penggunaan 7 Kebo Bule sebagai penunjuk jalan dalam kirab, Moeng sapaannya menjelaskan penamaan dan penggunaan Kebo Bule Kyai Slamet memiliki makna mendalam agar manusia senantiasa mendapat keselamatan di dunia maupun di akhirat.

"Sebetulnya yang paling utama orang hidup itu kan mendapat selamat di dunia dan di akhirat, itu jadi bukan mengikuti kerbau tapi itu simbolisasi saja. Dan juga pada waktu itu orang Jawa sangat bergantung pada kerbau yang bisa mengolah tanah sehingga menghasilkan pangan. Dan itu utama bagi orang hidup itu makan itu, jangan sampai kekurangan pangan," jelas Moeng.