Berita Boyolali

Produksi Lele di Boyolali Peringkat Lima Jateng, Dinas Dorong Penggunaan Magot Jadi Pakan Alternatif

Jumlah produksi Lele di Boyolali tak bisa dipandang sebelah mata. Disnakkan Boyolali kini tengah mendorong penggunaan magot sebagai pakan alternatif.

Penulis: Tri Widodo | Editor: Adi Surya Samodra
Tribunsolo.com/Tri Widodo
Penampakan kolam budidaya maggot di kawasan tempat pembuangan akhir (TPA) Winong, Boyolali, Minggu (12/11/2023) 

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Tri Widodo 

TRIBUNSOLO.COM, BOYOLALI - Jumlah produksi Lele di Boyolali tak bisa dipandang sebelah mata.

Per tahun, wilayah di Lereng Merapi - Merbabu ini mampu menghasilkan ikan lele sebanyak 34 ribu ton.

Dengan jumlah pembudidaya mencapai 2.870 orang, produksi Lele di Boyolali menempati urutan ke lima di Jawa Tengah.

Meski produksinya tinggi, tapi keuntungan yang didapat pembudidaya sangatlah tipis.

Masa budidaya ikan Lele selama 3 bulanan, keuntungan yang didapat dari usaha ini hanya Rp 1-2 ribu/kg.

Tipisnya keuntungan itu tak lepas dari jerat pakan pabrikan.

Baca juga: Pilih Sendiri Hari, Terobosan Dishub Boyolali Jateng soal Uji KIR Gratis, Segini Kuota Hariannya

Pakan memang menjadi masalah utama para peternak.

Karena harga pakan ini tak kenal rumus fluktuatif.

Adanya cuma naik dan terus naik saja.

"Biaya produksi utama sektor peternakan. Termasuk perikanan itu adalah di pakan," kata Kepala Bidang (Kabid) Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Nurul Nugroho, Selasa (23/7/2024).

Kondisi itu tak bisa dibiarkan terus menerus.

Pemerintah harus hadir, untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan.

Untuk itu, pihaknya perlu mengurangi ketergantungan pakan pabrikan dengan pakan mandiri.

Cara dengan mendorong para pembudidaya menciptakan pakan alternatif.

Berbagai terobosan pun dilakukan untuk menciptakan pakan mandiri ini.

Baca juga: Kejari Boyolali Jateng Tak Cawe-cawe di Pilkada 2024, Kajari : Netralitas Adhyaksa Harga Mati

Terbaru, Nugroho menggagas pemanfaatan limbah rumah tangga untuk memproduksi Magot.

Magot itulah nanti yang akan menjadi pakan pendamping, dari pakan pabrikan.

Penggunaan Magot sebagai pakan alternatif ikan Lele cukup efektif.

Bagaimana tidak, pembudidaya bisa menghemat hingga 30 persen dari biaya produksi untuk pakan.

"Kalau dengan pakan pabrikan. Biaya produksi perkilogram Lele mencapai Rp 17 ribu. Tapi dengan Magot ini, perkilogram Lele biaya produksinya hanya Rp 14 ribuan saja," ujarnya.

Penggunaan pakan Magot inipun sudah banyak diteliti.

Tak hanya mudah dibudidaya, biaya produksi magotnya juga sangat murah bahkan 0 rupiah.

Karena memanfaatkan limbah rumah tangga.

Selain itu, dengan budidaya Magot juga bisa mengurangi produksi sampah.

Karena seluruh sampah rumah tangga yang organik bisa digunakan untuk pakan Magot.

Tak hanya mendorong pembudidaya, pihaknya juga akan membuat demplot budidaya ikan Lele dan Magot.

"Demplot kita nanti bisa menghasilkan 10 kilogram Magot per hari, dengan memanfaatkan 100 kg sampah perhari dari lingkungan masyarakat sekitar," jelasnya.

Dengan terobosan ini, diharapkan masyarakat pembudidaya ikan Lele kian sejahtera.

"Harapannya pembudidaya ikan Lele bisa merasakan dampak ekonomi dan lingkungan. Karena masalah sampah terkurangi," pungkasnya.

(*)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved