Resah Gelisah Kuliner Non Halal di Solo
Pasca Insiden Penolakan Festival Kuliner Non-Halal di Solo Jateng, Bagaimana Kondisi Para Pedagang?
Festival kuliner non-halal “Pecinan Nusantara” di Solo Paragon Mall sempat menuai penolakan oleh sejumlah ormas, pada Rabu (3/7/2024) lalu.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin
TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Festival kuliner non-halal “Pecinan Nusantara” di Solo Paragon Mall sempat menuai penolakan oleh sejumlah ormas, pada Rabu (3/7/2024) lalu.
Hal ini pun awalnya menimbulkan berbagai keresahan dari para pelaku kuliner non halal.
Dikhawatirkan hal ini bakal membuat pedagang yang berjualan daging babi sepi dari pembeli.
Lantas bagaimana kondisi di lapangan setelahnya?
Berdasarkan penelusuran TribunSolo.com, para pengusaha warung kuliner non-halal justru merasakan dagangannya makin ramai.
Hal ini dialami oleh pemilik Sate Babi Pak Ciwir, Wiranto.
Menurutnya, banyak yang justru penasaran dengan ragam kuliner non-halal di Solo setelah adanya insiden ini.
“Malah tambah ramai. Ya mungkin malah viral juga. Iya (jadi penasaran),” ungkapnya.
Ia dalam sehari bisa menghabiskan daging babi 25-30 kg.
Jika Sabtu Minggu omsetnya bisa meningkat dengan menghabiskan daging 40-45 kg.
Warungnya didatangi pengunjung dari berbagai daerah.
Baca juga: Lampu Hijau Bhre Maju Jadi Wali Kota di Solo Jateng, KPU Sebut Tak Harus Mundur dari Mangkunegaran
Tak hanya dari Solo, bahkan dari luar provinsi banyak yang datang sekadar ingin mencicipi sate babi buatannya.
“Luar kota banyak ke sini. Jogja, Semarang, Surabaya, Malang. Sabtu Minggu (ramai). Paling jauh dari Papua ke sini,” tuturnya.
Sebagai sesama pengusaha kuliner non-halal menurutnya tidak ada yang salah dengan penyelenggaraan festival tersebut.
Kuliner Non Halal
Solo
Lipsus
Liputan Khusus
TribunSolo.com
Babi
Pedagang
Festival Kuliner Non-halal
Solo Paragon Mall
| Sempat Diterpa Kasus Penolakan, Kuliner Non Halal di Solo Jateng Tetap Diburu Wisatawan Gegara Ini |
|
|---|
| Budaya 'Keplek Ilat' Jadi Alasan Kuliner Non-Halal Menjamur di Solo Jateng, Padahal Mayoritas Muslim |
|
|---|
| Tak Representasikan Penolakan Kuliner Non Halal, Tren Toleransi Kota Solo Meningkat Sejak Era Jokowi |
|
|---|
| Bantah Solo Intoleran Buntut Penolakan Kuliner Non Halal, Perayaan Imlek Hingga Natal Jadi Bukti |
|
|---|
| Solo Jateng Diyakini Miliki Toleransi Tinggi, Insiden Penolakan Kuliner Non-Halal Cuma Miskomunikasi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.