Resah Gelisah Kuliner Non Halal di Solo
Pasca Insiden Penolakan Festival Kuliner Non-Halal di Solo Jateng, Bagaimana Kondisi Para Pedagang?
Festival kuliner non-halal “Pecinan Nusantara” di Solo Paragon Mall sempat menuai penolakan oleh sejumlah ormas, pada Rabu (3/7/2024) lalu.
Penulis: Ahmad Syarifudin | Editor: Vincentius Jyestha Candraditya
Penyelenggara pun melabeli non-halal agar pengunjung tahu bahwa kuliner yang dijual memang bukan untuk kalangan muslim.
“Itu prinsipnya orang beda-beda. Itu sudah ditulisi non-halal. Kita aja yang menyikapi. Tapi udah clear sudah diurus sama yang di atas,” jelasnya.
Meski begitu, ia mengaku tidak pernah mendapatkan gangguan selama berbisnis kuliner non-halal.
Menurutnya, masyarakat Solo memiliki toleransi yang baik.
Baca juga: Netizen Keluhkan Tak Ada Pawai Pembangunan Kota Solo Jateng, Anggaran Dihapus saat Gibran Menjabat
“Enggak (ada gangguan) kalau di Solo. Toleransinya bagus. Belum pernah (didatangi ormas). Sementara ini aman,” ungkapnya.
Ia sendiri menjual sate babi sebagai menu utama dengan harga Rp 25 ribu per porsi.
Warung yang terletak di Wonosaren nomor 41, Jagalan, Jebres ini juga menyediakan menu lain seperti tongseng, krengseng, hingga rica-rica.
Bisnis yang dirintis sejak 5 tahun silam ini meski mengandalkan warung kecil di pinggir jalan ternyata banyak dicari oleh para penggemar kuliner non-halal.
“Awalnya dimodali teman tahun 2019. Dari pada nganggur jual sate. Resepnya sendiri bisa. Dari awal di sini. Sekitar 5 tahun. Ya coba-coba dari pada nggak kerja jualan ini,” tuturnya.
Menurutnya, Kota Solo memang salah satu daerah yang menjadi tujuan para penikmat daging babi.
Di sini berbagai olahan daging babi tersedia mulai dari sate babi, babi kuah, babi guling, hingga bakso babi semua tersedia.
“Iya (banyak dicari). Solo memang banyak sekali,” jelasnya.
Kuliner Non Halal
Solo
Lipsus
Liputan Khusus
TribunSolo.com
Babi
Pedagang
Festival Kuliner Non-halal
Solo Paragon Mall
| Sempat Diterpa Kasus Penolakan, Kuliner Non Halal di Solo Jateng Tetap Diburu Wisatawan Gegara Ini |
|
|---|
| Budaya 'Keplek Ilat' Jadi Alasan Kuliner Non-Halal Menjamur di Solo Jateng, Padahal Mayoritas Muslim |
|
|---|
| Tak Representasikan Penolakan Kuliner Non Halal, Tren Toleransi Kota Solo Meningkat Sejak Era Jokowi |
|
|---|
| Bantah Solo Intoleran Buntut Penolakan Kuliner Non Halal, Perayaan Imlek Hingga Natal Jadi Bukti |
|
|---|
| Solo Jateng Diyakini Miliki Toleransi Tinggi, Insiden Penolakan Kuliner Non-Halal Cuma Miskomunikasi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.